Six

94 6 0
                                    

Iris matanya berwarna coklat muda dan terlihat amat jernih, sangat cantik ketika kau menenggelamkan pandangan disana. Sejak Jungkook memasuki ruang tersebut, iris mata itu amat menyita perhatiannya. Tidak terdiam namun terus memandang ke segala ruang dengan pandangan yang nampak kosong.

Jungkook tidak berani melangkah lebih, ia memilih menyembunyikan diri dibalik bahu Taehyung. "Apa yang terjadi?" bisiknya pada Taehyung.

"Namanya Seora. Umurnya 7 tahun." Seulas senyum tipis terpancar dari wajah Taehyung.

Bodoh, batin Jungkook. Ia ingin rasanya mengertak Taehyung dengan senyum bodohnya ketika hanya memberikan sepengal informasi yang tidak dapat menjawab situasi mereka.

"Ia mengalami kecelakaan. Saat berumur 3 tahun, cukup parah. Akibatnya, otaknya mengalami kerusakan." Taehyung menjeda ucapannya. Saat itu juga Jungkook langsung merasa bersalah telah bertanya. "Ia mengalami kelumpuhan seluruh tubuh. Hal yang bisa ia lakukan hanya mendengar dan melihat."

Jungkook merasakan keadaan yang membingungkannya. Baru saja ia menyesali akan keadaannya tapi kemudian tertampar akan keadaan orang lain yang lebih buruk.

"Ada apa? Aku sedang tidak memberi kelas kuliah perkumpulan penderita penyakit kronis"

'Brengsek!' kali ini Jungkook hampir mengatakannya tapi terhalang oleh senyum Taehyung yang nampak 'semakin ditatap semakin bersinar'.

"Aku membawa mu untuk membantu ku"

Jungkook memutar bola matanya seolah berucap 'cepat katakan bodoh!'

"Bernyanyi lah untuknya. Aku tahu kau suka bernyanyi. Aku sering mendengar mu."

Jungkook hanya meresponnya dengan sebuah tatapan tajam namun Taehyung masih menunjukkan senyuman 'semakin ditatap semakin bersinar' miliknya.

"Akhir-akhir ini aku melakukan therapi kepadanya. Dengan musik. Ia dapat meresponnya. Ketika aku memutarkan sebuah lagu dia selalu tersenyum. Aku rasa itu bagus karna dapat merangsang otaknya."

"Jadi kau memintaku bernyanyi untuknya?" baru kali Ini Jungkook memahami inti sari dari keanehan Taehyung yang berputar-putar.

"Yap!" jemari lentik Taehyung berjentik nyaring. "Tunggu! Aku menyimpan gitar, tunggu sebentar" Ia hampir meninggalkan Jungkook sebelum akhirnya berbalik. "Kau bisa bermain gitar kan?"

"Hmmm" Sebuah gumaman panjang dan kepala yang mengangguk sebagai jawaban Jungkook.

Seketika itu juga Taehyung pergi meninggalkannya.

Jungkook amat terasa canggung, ia masih pada posisinya dan tidak berniat beranjak. Rasanya selalu sulit baginya ketika harus bertemu dengan orang baru sekalipun saat ini orang tersebut hanya bisa menatap dan mendengarnya. Maksudnya adalah ini bahkan lebih parah dari bertemu dengan orang baru dalam keadaan normal. Dapat disimpulkan bahwa Jungkook termasuk lelaki yang memiliki kecendruman introver yang tinggi sehingga menyulitkannya dalam pergaulan. Ia berharap Taehyung segera kembali.

Selang beberapa menit Taehyung datang dengan sebuah gitar acoustic-nya, waktu yang cukup lama untuk Jungkook mengusapkan tangannya yang lembab berulang kali.

"Lagu apa yang ia sukai?" tanya Jungkook saat masih mengatur penyetelan gitar tersebut.

"Hmm... Sesuatu yang lembut. Coba 'If you - Bigbang' aku pernah dengar kau menyanyikannya"

Sebenarnya Jungkook ingin mempermasalahkan kapan Taehyung mendengarnya bernyanyi, tapi jika dipikir hampir sepanjang waktu di ranjangnya ia bernyanyi.

Petikan gitarnya lembut, mengalir menutup suara tabung oksigen yang menganggu. Suara alto yang penuh akan emosinya mengalir bersamaan dalam irama gitarnya. Terdengar lembut namun juga Kuat secara bersamaan. Tidak hanya Taehyung yang menikmatinya, namun juga seorang gadis yang sedari tadi hanya terbaring dalam diamnya sejak kedatangan Jungkook dalam ruang tersebut.

Taehyung ikut tersenyum ketika Seora tersenyum. Jungkook melihatnya, perubahan ekspresi yang semula datar menjadi terlihat lebih manis oleh senyum. Tanpa sadar ia juga ikut tersenyum selama bernyanyi.

-***-

"Terimakasih" Taehyung menjulurkan segelas black americano kearah Jungkook. Mereka tengah terduduk pada cafe rumah sakit yang cukup ramai.

"Terimakasih juga minumannya" Saat ini prasaan Jungkook jauh lebih baik dari sebelumnya. Prasaan dimana rasa senang karna pertunjukkan mu diterima, seperti itulah rasanya.

"Merasa lebih baik?"

Jungkook mendongakkan kepalanya yang semula tertunduk menyesap kopinya.

"Kau terlihat lebih baik setelah tadi, jadi hal ini benar-benar berkerja ya?" Senyum itu lagi, yang entah kenapa selalu memikat namun juga menyiratkan banyak hal untuk Jungkook.

"Apa maksudmu?"

"Tidak, aku hanya senang kau terlihat lebih cerah dari sebelumnya" Taehyung menopang dagunya dengan pandangan lurus pada Jungkook.

Ingin rasanya Jungkook mengerakkan tangannya untuk menampar dahi dokter dihadapannya agar sedikit berjarak dengannya, namun yang bisa ia lakukan hanya membuang pandangan dan mengubah posisi duduknya.

"Habiskan pelan-pelan dan kembalilah setelah minuman mu habis. Aku bisa diomeli oleh suster jika memberikan mu kopi" Taehyung masih sempat memaparkan senyumnya sebelum memutuskan bangkit dan meninggalkan Jungkook dengan gitar yang tadi ia gunakan. "Ah! Dan bawa saja gitar itu keruanganmu. Aku kurang pandai bermain gitar" singkatnya untuk kemudian benar-benar pergi meninggal Jungkook seorang diri.

'Dasar dokter aneh' celetus Jungkook dengan nada pelan ketika Taehyung telah menghilang dalam keramaian.

ThantophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang