1. Pallete - i

28.3K 712 87
                                    

Udara yang bercampur dengan bau cat minyak dan kanvas menyeruak masuk ke hidung seorang pria tampan berkulit putih pucat bernama Oh Sehun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Udara yang bercampur dengan bau cat minyak dan kanvas menyeruak masuk ke hidung seorang pria tampan berkulit putih pucat bernama Oh Sehun. Ia adalah pria dari jurusan seni musik yang gedungnya tidak jauh dengan gedung kekasihnya yang berada di jurusan seni lukis. Setiap hari Sehun menjemput sang kekasih di gedung seni lukis, sehingga tidak jarang mahasiswa yang berada di jurusan seni lukis tidak asing dengan keberadaan Sehun. Menjemput kekasihnya adalah sesuatu hal yang menjadi hobby baru bagi seorang Oh Sehun.

Seperti saat ini, ia melihat wanita yang sedang berkonsentrasi dengan kuas dan palletenya. Cat minyak yang disatukan dengan kanvas atas bantuan sebuah kuas membuat kanvas putih tersebut memiliki warna. Warna yang sangat indah dimata Sehun. Perpaduan warna yang begitu menenangkan.

Wanita yang duduk dipinggir jendela dengan kursinya seperti sebuah lukisan. Dimana matahari sore membuat wanita itu seperti bayangan yang indah. Sehun benar-benar menyukai saat-saat seperti ini. Langkah lebar membawanya ke belakang wanita itu. Ia melihat kanvas bergambar pemandangan dengan daun berguguran, atau lebih tepatnya wanita itu sedang melukis membayangkan musim gugur yang menyenangkan. Wanita itu sama sekali tidak sadar dengan kehadiran pria tampan yang saat ini berada dibelakangnya, memperhatikan gerak geriknya.

Setelah beberapa saat, pallete dan kuasnya ia letakkan, ia baru tersadar dengan keberadaan Sehun, "Oh? Kau sudah datang?"

Sehun tersenyum hangat dan menganggukkan kepalanya. Wajar jika wanita bernama Im Yoona itu tidak menyadari keberadaannya. Jika Yoona sudah bergulat dengan kanvas dan cat minyak, ia akan melupakan semua hal tentang dunia dan asik dengan dunia yang ia buat sendiri. Yoona berdiri melepaskan celemek yang berguna melindungi bajunya dari noda cat minyak. Pakaian kasual yang ia pakai hari ini membuat Sehun cukup terpana. Hanya dengan memakai kemeja putih yang ukurannya besar untuk wanita bertubuh ramping sepertinya, celana jeans hitam dan sepatu kets menambah kesan cueknya. Rambut yang ia ikat dengan model ikat kuda, dengan gerakan pelan dan terlihat sexy dimata Sehun, Yoona melepaskan tali pengikat rambutnya. Membiarkan rambutnya jatuh begitu saja. Rambut kecokelatan dan menjadi cokelat terang saat matahari menyinari rambutnya. Mata bulat seperti seekor rusa betina dan bibir tipis menggoda.

Yoona membereskan peralatannya. Menggantungkan celemek, membersihkan pallete dan kuasnya, serta menutup kanvasnya dengan kain putih tipis, "Kau masih ingin disini?"

Sehun kembali kealam sadar ketika Yoona menanyakannya, "Disini begitu menyenangkan dan menenangkan. Apakah perlu aku pindah ke jurusan seni lukis?"

Yoona duduk berhadapan dengan Sehun, "Memang. Aku menyukai bau cat minyak dengan kanvas. Tetapi musik tidak buruk," jawaban Yoona sungguh memuaskan Sehun. Ia bersyukur jurusan yang ia ambil sangat disukai oleh Yoona. Sehun memperhatikan Yoona kembali yang sedang memasang kalung dan jam tangannya. Yoona sangat tidak menyukai saat-saat melukisnya terganggu dengan keberadaan kalung dan jam tangannya.

Yoona yang merasakan diperhatikan oleh Sehun menoleh dan menatap balik pria albino itu, "Apa ada yang salah?"

Sehun menggeleng pelan, "Tidak ada,"

Setelahnya mereka berdua terhanyut dalam keheningan. Yoona menatap keluar jendela, melihat detik-detik bagaimana matahari menyembunyikan dirinya dan daun pohon maple yang berguguran dengan anggun. Musim sudah mulai berganti, cuaca yang hangat berubah menjadi dingin. Banyak orang yang berburu baju hangat yang dijual dengan potongan harga yang tinggi.

Jika Yoona memperhatikan daun maple yang berguguran dengan begitu anggun, berbeda dengan Sehun. Ia memperhatikan Yoona dengan begitu lekat. Ia meyakinkan dirinya bahwa yang sedang ia lihat bukanlah lukisan yang Sehun sukai. Itu adalah kenyataan. Kecantikan Yoona, matahari terbenam, dan gugurnya daun maple berbaur menjadi satu. Ketiga hal itu memiliki nilai artistik yang tinggi.

Sehun lekas membuka tas dan mengambil bukunya. Ia mulai memuntahkan tinta pena di atas lembar berwarna putih. Menulis bait demi bait yang menggambarkan keindahan yang ia lihat saat ini. Yoona yang masih setia dengan lamunannya dan Sehun yang tidak berhenti menulis. Ia bahkan mulai menuliskan not-not nada yang sesuai. Menurutnya Yoona adalah inspirasinya dalam bermusik.

Beberapa menit mereka lalui dengan kegiatan masing-masing. Yoona tahu bahwa Sehun sedang berkonsentrasi dalam menciptakan sebuah simfoni baru untuk musiknya. Mungkin Sehun terinspirasi dari anggunnya daun maple yang menggugurkan dirinya. Jika sudah seperti itu, Yoona tidak akan mengganggu Sehun dengan sejuta idenya.

Hingga sebuah deritan pintu menginterupsi keheningan mereka. Wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh yang mungil menghampiri mereka, "Kau sudah lama menungguku?"

Sehun menutup bukunya dengan cepat dan bergegas berdiri, "Tidak begitu lama. Yoona menemaniku,"

Wanita mungil yang bernama Bae Joo Hyun itu mengintip dari tubuh besar Sehun, "Yoona, terima kasih sudah menemani Sehun menungguku. Pastikan besok kau mempunyai waktu luang, aku akan mentraktirmu," Yoona hanya mengacungkan ibu jarinya bahwa ia setuju dan mendapat kekehan dari sahabatnya yang bernama Joo Hyun.

Joo Hyun merangkul lengan kekasihnya, Oh Sehun, dan berpamitan dengan Yoona. Sedangkan Yoona masih tetap berada pada posisinya. Ia melihat dua sejoli yang sedang dimabuk cinta keluar gerbang universitasnya dari jendela ruangan yang terletak di lantai dua.

Cerita ironis. Sehun menyukai Yoona dan begitu pula sebaliknya. Namun Yoona menyadari perasaan Bae Joo Hyun yang memiliki rasa cinta untuk Sehun. Ia memilih untuk mengalah dan membiarkan Joo Hyun mengambil Sehun. Sahabatnya meminta bantuan pada Yoona untuk memanggil Sehun ke atap terbuka di kampusnya. Sehun dengan perasaan menggebu-gebu akan pikirannya bahwa Yoona akan membalas perasaannya terkena hantaman yang begitu keras. Bukan Yoona yang berada diatap itu, melainkan Bae Joo Hyun, sahabat Yoona. Sehun menyimpulkan secara sepihak bahwa Yoona tidak memiliki perasaan apapun pada dirinya, tetapi itu adalah salah besar. Sehun menjadikan Bae Joo Hyun sebagai pelarian agar perasaannya tidak begitu sakit mendapatkan penolakan dari gadis yang ia cintai. Anggaplah bahwa Sehun adalah pria yang gegabah dalam mengambil keputusan. Ia benar-benar tidak mengetahui apa yang Yoona rasakan.

Berada diantara hubungan dua orang yang ia sayangi sungguh memuakkan. Yoona menyayangi sahabatnya, Bae Joo Hyun. Namun ia juga menyayangi seorang pria bernama Oh Sehun. Berada di antara mereka sungguh menyesakkan. Melihat mereka berdua semakin dekat. Sehun semakin menunjukkan sikap keromantisannya dan Joo Hyun semakin menunjukkan sifat manjanya benar-benar membuat Yoona muak. Tidak ada senyum lepas yang keluar dari wajah Yoona. Untuk apa tersenyum lepas ketika hatinya tercabik-cabik?

Seperti pallete yang tidak memiliki cekungan untuk menampung cat minyak. Sebanyak apapun menuangkan cat minyak dan warna yang tercampur dengan sendirinya, jika warna hitam sudah mengikutsertakan dirinya dengan warna lain, maka hasil warnanya akan sama.

Hitam.

Hitam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
short stories ✔Where stories live. Discover now