[#5] Taklukkan Hati Bella (1)

5.8K 248 185
                                    

"Selamat pagi Kak Bel!"

"Makin cantik deh!"

"Ih Kak Bel imut banget!"

Para siswi silih berganti menyapa Bella yang berjalan di lorong sekolah. Dia membalas mereka dengan senyuman manis. Sementara para siswa tak bisa berkata-kata, karena terpana oleh kecantikan Bella, si ketua OSIS itu.

Ivan, Rafi, Niki dan Rizal sedang mengintai dari balik semak-semak.

"Nah itu dia si Bella, ayo Zal, lakukan seperti apa yang kami perintahkan padamu," ujar Ivan sambil mendorong tubuh Rizal keluar dari balik semak-semak.

"Ta-tapi... aku gugup banget nih." Kepala Rizal berkeringat, tubuhnya gemetar. Dengan agak ragu dia pun mulai melangkah, menuju ke tempat Bella berada.

"Semangat Zal, semoga gak berhasil!" teriak Niki. Untung saja para siswa lain yang mendengar hal itu tak menghiraukannya.

"Dasar oon lu Nik, malah teriak-teriak, entar kita ketahuan lagi ngintip disini!" bisik Rafi.

Sementara itu Rizal telah berada di depan Bella yang berjalan semakin mendekatinya. Dengan segenap keberanian yang telah terkumpul, dia pun mulai membuka mulut tuk bicara, "Hai Bella!" sapanya pelan.

Namun Bella tak menghiraukannya, dia berlalu begitu saja melewati Rizal. Tak ada satu pun kata yang terucap dari mulut Bella. Kecuali seulas senyum yang sedari tadi melekat di wajahnya.

Rizal mematung, dia tak bisa berkata-kata lagi. Hanya kebingungan yang berputar dalam pikirannya. Kenapa dia tak membalas sapaanku? tanyanya dalam hati.

"Oy Zal!" Niki menepuk bahu Rizal.

Rizal tersentak, dia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya dia memutar badan, menghadap ke arah Niki.

"Lu sih Zal, menyapa Bella pelan banget. Ya jelas gak direspon sama dia," ujar Rafi.

"Sudahlah, masih ada kesempatan lain. Nanti jam istirahat pertama kita berkumpul di ruang klub JoKo," kata Ivan.

"Oke, Van!" balas teman-temannya serempak.

Teng... teng...

Lonceng sekolah berbunyi. Mereka berempat pun masuk ke kelasnya masing-masing.

***

Rizal, Ivan, Rafi dan Niki sudah berkumpul di ruangan klub JoKo. Mereka duduk di kursi, saling berhadap-hadapan melingkari meja bundar berwarna coklat. Mereka sedang mendiskusikan rencana untuk mencomblangkan Rizal dan Bella.

"Gimana Nik, udah loe buat surat cintanya?" tanya Ivan.

"Nih, Van," Niki menyerahkan surat beramplop pink kepada Ivan.

Ivan membuka amplop itu, dan mengeluarkan surat yang ada di dalamnya. Dia melihat sekilas, lalu membolak-balik surat yang ditulis tangan itu.

"Buat apaan tuh surat, Van?" tanya Rafi penasaran.

Ivan memasukkan kembali surat itu ke dalam amplopnya. Lalu menatap ke arah Rafi. Ivan berdehem kemudian mulai bicara. "Jadi begini rencananya."

Rizal, Niki, dan Rafi memperhatikan Ivan dengan seksama.

Ivan bertopang dagu dengan kedua tangannya. Kemudian lanjut berbicara. "Surat cinta ini akan kita berikan untuk Bella. Isi dari surat ini untuk mengarahkan Bella agar menunggu di kebun belakang sekolah sore nanti. Dan pada saat itu, Rizal datang dan mengakui bahwa orang yang memberikan surat itu adalah dia," jelas Ivan.

"Emang zaman sekarang masih ampuh tuh surat-suratan? Kids zaman now kan sukanya chatting-an bukan surat-suratan," tanya Rafi. Dia ragu dengan rencana yang dijelaskan Ivan.

"Sebagian orang memang menganggap cara begitu udah jadul, tapi bagi sebagian yang lain cara itu malah menjadi cara paling romantis untuk menyatakan perasaan terhadap seseorang," jawab Niki sambil membenarkan posisi kacamata hitamnya.

"Surat cinta ini akan kita masukkan ke dalam lokernya si Bella. Dan tugas ini akan gue serahkan pada loe Raf," ujar Ivan sambil meletakkan surat itu di hadapan Rafi.

"Loh kok gue?" tanya Rafi heran.

"Karena loe yang paling berbakat dalam urusan mengendap-endap, Raf."

Rafi mendesah, "Iya deh Van, iya," jawabnya dengan malas. Kemudian dia meraih surat beramplop pink itu, lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.

"Ingat, letakkan suratnya paling lambat setelah istirahat siang nanti," tambah Ivan.

***

Sore itu Ivan, Niki, dan Rafi telah berada di kebun belakang sekolah. Lebih tepatnya mereka sedang bersembunyi di balik semak-semak.

Ivan menggunakan teropong bermotif lope-lope dengan warna pink. Dia meneropong ke arah Rizal yang masih berdiri sendirian di sana.

"Ternyata loe itu pinky boy ya, Van!" tukas Rafi sambil menahan tawa.

Ivan mendengus, "Ini punya adek gue Raf, gue cuma minjem sama dia."

"Siapa nama adek loe, Van? Cantik gak? Kalo cantik kenalin sama gue!" pinta Niki sang playboy cap pedeh.

"Dasar hidung belang loe, gak bisa denger cewek, langsung mau dimodusin!" ujar Rafi sambil menoyor kepala Niki.

"Hidung gue gak belang, cuma satu warna ini!" Niki menunjuk-nunjuk hidungnya, untuk membuktikan perkataannya itu.

"Ssstt... jangan berisik, nanti ketahuan!" Ivan meletakkan jari telunjuk di atas mulutnya. "Itu si Bella udah datang!" tambahnya.

"Mana sini gue lihat!" Niki merebut teropong dari Ivan. Dia langsung menempelkan lubang teropong itu ke depan matanya. "Loh kok mereka jauh banget?" tanyanya bingung.

"Itu kebalik oon!" Rafi menoyor kepala Niki.

"Dari tadi beraninya loe noyor pala gue. Mau ngajak berantem ya, hah?" ujar Niki tersulut emosi.

"Oke kuy gelut!" balas Rafi tak mau kalah.

Mereka berdua pun bertengkar seperti anak-anak. Main jambak-jambakan, cubit-cubitan, senggol-senggolan.

Ivan yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Ya Allah... kenapa hamba dikumpulin sama dua orang stress ini, apa salah hamba?"

Jduaakk!

Rizal terpental akibat pukulan telak dari Bella, yang mengenai wajahnya.

"Haaahh!!" teriak Ivan. "Apa yang terjadi?"

Sebenarnya apa yang terjadi antara Rizal dan Bella? Tunggu saja jawabannya di part selanjutnya.

Bersambung 🔜 Next Part 🔓🔓🔓

***

Meme untuk kalian para jomblowers

Jangan lupa vote dan commentnya ya gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan commentnya ya gaes. Hohoho

~Revan Hikaru~

Jomblo KoplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang