[#21] Buku Keramat (3)

2.1K 125 169
                                    

Tet... tet... tet...

Tempo suara yang dihasilkan oleh elektrokardiogram kian lama kian cepat, aktivitas jantung Ivan yang terdeteksi pada alat itu kian melemah. Dokter beserta para suster pun datang untuk memeriksa keadaan Ivan yang makin kritis.

"Bahaya, kalau begini terus detak jantungnya akan segera berhenti," ujar sang dokter.

"Dok, tolong selamatkan anak saya..." pinta mamanya Ivan, beliau tak kuasa menahan tangis melihat keadaan anaknya sekarang. "Saya mohon, Dokter!"

Leni memeluk mamanya erat, "Tenang Ma... Dokter pasti bisa menyelamatkan Kak Ivan." Dia pun juga ikut menangis.

Teeeeeetttttt...

Semua orang terpaku ketika mendengar suara itu. Mereka menatap ke arah yang sama, ke arah elektrokardiogram yang menunjukkan flat sign. Itu artinya, alat itu tak lagi bisa mendeteksi aktivitas jantung Ivan, jantungnya kini telah berhenti berdetak.

Tangisan pun pecah mengisi kamar rumah sakit itu, semua orang tak kuasa menahan air matanya ketika melihat tubuh Ivan yang kini tak bernyawa. Namun, ada seseorang yang mengintip dari balik pintu. Berwujud layaknya seorang pria berbadan besar dan berwarna hitam. Dia menyeringai ketika melihat jasad Ivan. "Itulah ganjaran untuk orang yang membaca buku keramat tanpa izin! Buahahaha...."

***

"Tidaaaaaakkk!!!"

Teriakan dari remaja laki-laki itu membuat seorang perempuan yang hampir seumuran dengannya terbangun dari tidurnya.

"Ada apa Kak, kok teriak-teriak gitu sih?" tanya Leni sembari mengusap kedua matanya.

Syukurlah, ternyata itu cuma mimpi! batin Ivan.

"Kak!"

"Hah?" Ivan terlepas dari lamunannya, lalu menatap adiknya yang kebingungan.

"Kakak kenapa?"

"Gapapa Len, kakak cuma mimpi buruk tadi..."

"Mimpiin kenangan indah bersama mantan pasti ya?"

"Iihh... apa sih Len, ya gak lah!"

"Hahaha, kali aja kan..." kata Leni seraya tertawa. "Kakak kenapa sih, pake acara jatuh-jatuhan segala, bikin repot orang kan."

Ivan mendengus, "Lah, kakaknya kecelakaan malah dibilang gitu, siapa juga yang mau jatuh sampai luka kayak gini!"

"Hehe becanda Kakak."

Kreeekk...

Pintu kamar rumah sakit itu terbuka. Nampaklah sosok wanita paruh baya masuk ke dalam kamar, dan dia adalah mamanya Ivan dan Leni. "Oh, sudah bangun, Van?"

"Gak Ma, aku masih tidur nih."

"Lah, kalo tidur kok bisa nyahut sih?"

"Itulah hebatnya aku, Ma."

"Apa sih Kakak sama Mama, gaje banget!" ujar Leni seraya menepuk jidatnya.

***

Beberapa hari kemudian Ivan pun telah diperbolehkan pulang. Dan mulai hari ini dia bisa berangkat sekolah seperti biasanya, namun masih dalam keadaan kepala yang dibalut perban.

Di pertengahan jalan menuju sekolah, tiba-tiba Ivan dihadang oleh seorang laki-laki yang menggunakan motor sport berwarna merah. Dia sengaja menghentikan motornya di depan sepeda Ivan.

"Apa-apaan ini, mau begal ya?" Ivan turun dari sepedanya dan mengambil ancang-ancang untuk bertarung.

Laki-laki tak dikenal itu pun melepas helmnya, dan terlihatlah wajahnya. Dia adalah Ahmed, mantan pacarnya Gege dan Hielga. "Gue cuma pengen bicara," ujarnya seraya berjalan mendekati Ivan.

Jomblo KoplakWhere stories live. Discover now