Chapter 10 : Tentang Raka

220K 11.5K 270
                                    

Raka terkejut bercampur marah melihat seseorang yang selama ini tak ingin Raka lihat. Orang yang sudah membuat hati Raka hancur berkeping-keping.

"Halo, adikku sayang." Ujarnya sambil tersenyum melihat Raka yang tampaknya terkejut dengan kedatangan nya yang tiba-tiba itu.

"Kak– Kak Rizky?" Ujar Raka gugup, suaranya bergetar menahan amarah dan tangis. Antara Rindu dan benci saat Raka melihat kakaknya pulang secara tiba-tiba itu.

"Raka!" Teriakkan Devan terdengar dan Raka langsung sadar sepenuhnya, dia langsung berlari tidak peduli dengan kakaknya yang baru saja pulang. Yang dia inginkan sekarang hanya kesendirian.

Dengan cepat Raka langsung naik ke atas motor dan menyalakan motor kesayangannya itu, dia mengambil helm dan memakainya cepat. Sebelum pergi, dia melihat Rizky yang sedang menatapnya tanpa berkedip.

"Raka! Jangan pergi!" Devan sudah berdiri di depan pintu melihat putranya yang sudah pergi dengan motor ninja kesayangannya.

"Papah." Rizky menyentuh pundak ayahnya pelan dan Devan baru sadar, ternyata tidak hanya dia yang ada diluar.

Devan melihat putra sulungnya itu dengan tatapan terkejut. "Rizky?"

***

Raka membawa motornya itu ke danau. Tempat yang biasanya dia kunjungi saat dia sedang banyak pikiran. Ada beberapa masalah dikepala nya sehingga Raka sendiri saja pusing memikirkannya.

Raka turun dari motornya dan melihat langit yang sudah gelap itu.

"Aaaarrrrggggghhhh!!!" Raka berteriak. Dia berharap dengan dia teriak sekeras-kerasnya masalah yang ada di kepalanya itu akan menghilang. Namun, apa yang Raka inginkan tentu saja tidak akan pernah terkabul, masalah-masalah yang ada di kepalanya masih terus tersimpan di dalam sana.

Dada laki-laki itu naik turun menahan amarah yang masih tersimpan di dalam hatinya. Dia memandang air danau yang jernih itu dengan tatapan kosong.

Harus bagaimana lagi dia menghadapi masalahnya dengan kepala dingin?

***

"Papah sudah nggak tahan sama sikap adikmu yang seperti anak kecil." Ujar Devan mengusap wajahnya kasar sambil melihat putra sulungnya dengan tatapan bersalah, dia merasa bersalah telah mendidik anak-anaknya secara tidak baik.

Rizky tersenyum kecil, memaklumi bahwa papahnya sudah lelah dengan sikap Raka yang sama sekali susah untuk dimengerti, dia anak yang keras kepala. Tangan Rizky terulur untuk mengenggam tangan papahnya itu.

"Biar Rizky yang nasehatin Raka, aku yakin Raka pasti nurut, tolong, Papah fokus aja sama pekerjaan Papah dan jangan mikirin Raka dulu." Ujar Rizky dengan senyuman. Devan ikut tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih." Jawabnya pelan.

***

"Saran pleasee.. saudara sepupu lo itu nggak suka apa aja." Ujar Alana setengah memohon kepada Annisa yang sedang memakan cemilan.

Annisa terus mengunyah makanan dan mengacuhkan pertanyaan Alana dan matanya tetap fokus kepada layar televisi.

Alana mengambil bantal yang ada di sofa, lalu kemudian dia melemparkan bantal itu tepat di wajah perempuan itu.

"Ahh." Annisa meringis pelan sambil mengelus wajahnya.

"Pulang deh sono, gue kan manggil lo kesini buat nyari solusi bukannya minta lo ngabisin makanan gue." Alana sudah bete setengah mati, dia menatap Annisa dengan wajah yang cemberut, kedua tangannya terlipat di dada.

Pengagum RahasiaWhere stories live. Discover now