Chapter 36 : Dia Siapa?

160K 8K 574
                                    

Raka baru saja sampai di rumahnya setelah dia mengantar Alana ke rumahnya, hari ini entah kenapa dia sangat senang sekali, karena hari ini dia bisa jalan-jalan sepuasnya hingga sore dengan gadis yang bernama Alana. Entah kenapa Raka merasakan hatinya sangat damai jika bersama dengan perempuan itu, seakan-akan segala masalah hilang begitu saja saat melihat senyum nya yang manis dan juga menghangatkan.

Raka masuk ke kamarnya dan langsung duduk di tepi kasur. Dia mengambil ponselnya yang ada di saku seragamnya. Iseng-iseng dia membuka galeri ponselnya, dan dia langsung tersenyum saat semua isi galerinya hanya foto Alana yang dia ambil secara diam-diam dan juga saat dia dan Alana berfoto bersama.

Sebenarnya, bukan Raka yang meminta untuk foto bersama, namun gadis itu yang terus memaksa dan Raka sangat senang bisa ada kenangan antara dia dan Alana.

"Raka sudah pulang?" Saat sedang asik melihat isi galeri dia dikagetkan dengan suara berat khas milik papahnya, Devan.

Buru-buru Raka mematikan ponselnya takut ketauan sang ayah kalau dia sedang jatuh cinta, sepertinya.

"Udah pah, barusan." Raka tersenyum kikuk sambil menatap sang ayah gugup, seperti sedang mengumpatkan sebongkah berlian dan jangan sampai ketahuan dengan papahnya.

"Sekolahnya gimana? Masuk semua pelajarannya?" Tanya Devan lagi lalu melangkah masuk ke dalam kamar Raka.
"Iya, masuk kok pah." Raka tersenyum.

Devan ikut tersenyum dan mengusap kepala Raka pelan. "Bohong, wali kelas kamu tadi bilang sama papah dan nanyain kenapa kamu nggak masuk. Jadi, ngepain aja kamu tadi?"

Raka melotot, ah dia lupa. "Hehe ketahuan deh, maaf yah pah. Tadi Raka telat masuk sekolah, eh jalan-jalan dulu deh sama Alana." Ujar Raka sambil tersenyum senyum sendiri saat menyebut nama Alana.

"Ohh, jadi anak papah yang satu ini sudah mulai jatuh cinta?" Devan duduk disamping Raka sambil menatap mata anaknya itu.

"Hah? Eng.. enggak kok! Aku nggak jatuh cinta! Apa sih!" Raka mengelak lalu membuang muka, tidak mau melihat Devan karena dia yakin, pipinya pasti sudah memerah sekarang.

Devan tersenyum. Wajar jika anak seumuran Raka sudah mengerti apa yang namanya cinta dan Raka sudah SMA, sudah besar, jadi Devan mengizinkan anaknya itu untuk mencintai siapapun wanita yang disukainya, namun semua itu pasti ada batasnya.

"Iya deh, yaudah papah keluar yah , kamu mandi sana, abis itu makan." Raka mengangguk lalu Devan bangkit dan mulai melangkah keluar kamar Raka.
Saat papahnya sudah tidak ada, Raka melihat pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat, dia tersenyum. "Namanya, Alana pah." Ujar Raka.

***

"Aduh, mbak nya kayaknya lagi seneng banget yah? Senyum senyum sendiri gitu? Lagi mikirin apa sih?" Annisa menaruh ponselnya di dalam tas dan melihat sahabatnya yang sedang senyum senyum sendiri kayak orang gila.

Dalam sekejap, Annisa sudah tau bahwa sahabatnya ini sedang terkena penyakit, penyakit yang pasti semua orang rasakan, penyakit jatuh cinta. Annisa tersenyum lalu menyolek dagu Alana pelan.

"Siapa nih?" Goda Annisa sambil mendorong bahu Alana pelan.
"Apa sih Nis?" Tanya Alana.
"Ish! Jangan pura-pura nggak tau deh, siapa cowok yang lo suka? Kayaknya lo lagi jatuh cinta nih, siapa?" Tanya Annisa lagi penasaran.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang