Wattpad Original
Es gibt 3 weitere kostenlose Teile

Bab 2

139K 4.6K 718
                                    


Sosok itu masih berdiri di sana. Wajahnya yang rupawan terlihat begitu terkejut ketika menatapku. Bahkan, sempat beberapa kali ia mengejapkan matanya ketika memandangku.

Oh, Kak Melvinku yang ganteng! Ternyata masih ingat dengan Oon—ralat—Ninda yang cantik jelita ini. Aku terharu.

Kini Kak Melvin mulai berdeham untuk mengalihkan diri dari rasa terkejutnya.

"Pagi Kak ... ehmm ... maksud saya Pak ...," sapaku semangat kepada Kak Melvin. Enggak lupa aku mengedipkan mataku ke arahnya.

Kak Melvin mulai menatapku tajam dengan ekspresi enggak suka. Aku kangen ekpresinya itu!

"Genit banget, sih, lo, Nin!" omel Qila sambil menyenggolku. Aku hanya tersenyum lebar ke arahnya.

"Guru baru, ya, Pak? Kenalan, dong," ucapku lagi dengan kedipan mata dan senyuman lebar.

Kini semua anak sudah menyorakiku dengan berbagai macam kata. Tapi, siapa peduli? Aku, 'kan, sedang bahagia karena bertemu dengan jodohku.

"Silent, please," kata Kak Melvin menenangkan seisi kelas yang berisik. Sedetik kemudian hening. Semua mata kini tertuju ke arah Kak Melvin yang mulai mengatur napas. "Baiklah, pagi semua." Kak Melvin menyapa kami.

"Pagi, Pak," ucap anak-anak bersamaan.

"Pagi, Pak!" teriakku paling terakhir dengan semangat. Sekali lagi, semua anak menatapku dengan ekspresi aneh.

"Okay, let me check your attendance list first," ucap Kak Melvin tanpa memedulikan semua gerak-gerikku.

Kak Melvin mulai memanggil nama kami satu persatu. Hampir semua anak cewek kini sibuk memandang ke arah Kak Melvin dengan tatapan memuja. Hal ini membuatku sangat enggak ikhlas karena harus berbagi ketampanan Kak Melvin.

"Sejak kapan, sih, lo jadi genit gitu?" tanya Kucrut menoleh ke arahku.

"Sejak menemukan jodoh gue kembali," jawabku seraya menopang daguku dengan tangan kananku. Mataku kini masih memperhatikan Kak Melvin yang sedang memanggil nama April.

"Lo kemaren sakit flu atau sakit jiwa, sih, Nin? Jadi gini banget lo," cibir Qila. Tangannya mulai terangkat dan melambai-lambai di depan wajahku, membuat sosok Kak Melvin terhalang oleh tangannya.

"Sebenernya gue kemaren sakit malarindu, Qil. Ah, Kak Melvinku sayang," kataku seraya menarik tangan Qila dan menyingkirkannya dari depan wajahku.

"Melvin? Siapa Melvin?" tanya Qila bingung.

"Itu Bapak guru ganteng. Dia, 'kan, Kak Melvinku sayang."

"Ngaco lo! Itu Pak guru ganteng namanya Pak Arga tahu!"

Pak Arga?

Kini aku memandang bingung ke arah Qila. "Kak Melvin, kok," ucapku dengan yakin.

"Wong dia kemarin nulis namanya sendiri di papan tulis."

"Siapa emang namanya?" tanyaku penasaran juga bingung sendiri.

"Namanya M. Argara Nohan. Enggak ada Melvin-Melvinnya, Nin."

"M nya itu Melvin, Qila!"

"Muhammad kali, Nin."

Kok, Muhammad, sih? Kan, Melvin. Serius deh, namanya Melvin, bukan Muhammad. Lagian enggak mungkin aku salah mengenali orang yang kusukai sejak kecil.

"M-nya tuh Morgan," ucap Beta tiba-tiba dari arah kiriku.

"Bukanlah, M-nya tuh Morena. Hahaha ...," timpal Kucrut.

Oon in ActionWo Geschichten leben. Entdecke jetzt