Wattpad Original
There are 2 more free parts

Bab 3

124K 4.4K 414
                                    

Hari pertama mengajar itu lumayan menyenangkan. Tapi, hari kedua dan seterusnya aku rasa akan jadi sebuah mimpi buruk.

Kalian kenal cewek yang bernama Oon? Kalau tidak kenal, kalian beruntung. Jadi, Oon itu adalah cewek penuh musibah. Dia mimpi burukku sejak kecil. Pengganggu kehidupanku. Pembawa sial.

Aku benar-benar tidak pernah menyangka akan mengajar di sekolah tempat dia bersekolah. Parahnya, aku mengajar di kelasnya. Entah dosa apa yang kuperbuat sehingga aku bertemu kembali dengannya.

Seingatku, Mama pernah bilang bahwa cewek genit pemakan es krim itu melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Tapi, kenapa dia bisa nyasar di sekolah yang menjadi tempatku mengajar, sih? Tahu begitu aku lebih baik menolak tawaran Tante Maya—Mamanya Yoga, sahabatku—untuk menjadi guru pengganti di tempatnya mengajar. Astaga, aku tidak pernah merasa menyesal separah ini.

Oh, Tuhan. Mengapa Engkau menciptakan makhluk seperti Oon yang genitnya amit-amit?

Astaga, aku bisa mati karena serangan jantung jika harus bertemu dengannya lagi. Aku benar-benar tidak sanggup!

"Kak Melvin!"

Aku menoleh kaget ke asal suara. "Keyla! Enggak pakai teriak bisa kali," omelku sebal ke arah sepupuku yang kini sudah berada di sebelahku.

"Ya habisnya, Kak Melvin dari tadi Eyla panggil enggak nengok-nengok."

"Ya udah, ayo pulang."

Kami berdua berjalan ke arah mobilku yang terparkir tak jauh dari sana. Hari ini Tante Kina menyuruhku menjemput Keyla di tempat les pianonya. Sebenarnya, sih, aku malas. Tapi, karena Tante Kina mengancam akan menyebarkan nomorku ke Oon, apa boleh buat. Akhirnya kuturuti juga permintaannya ini.

Ingat nama itu benar-benar bikin aku jantungan.

"Eyl, bukannya Oon ngelanjutin sekolah di Amerika, ya?" tanyaku pada Keyla.

"Iya, Kak, dulu. Tapi, awal semester ini Kak Oon balik dan ngelanjutin sekolah di sini. Kenapa, sih, nanyain Kak Oon? Kangen, ya?" goda Eyla yang membuatku meliriknya sebal.

"Enggak, ngapain kangen sama cewek genit enggak jelas. Hiii ...," jawabku mrinding sendiri.

"Jangan gitu kali, Kak. Nanti kualat terus naksir sama Kak Oon baru tahu rasa, loh," kata Keyla cekikikan.

"Enggak ada sejarahnya seorang Melvin naksir sama Oon," kataku sebal. Namun, Keyla malah tertawa terbahak-bahak.

"Kak, beli es krim, yuk!" ajaknya meledek. Aku langsung melotot ke arahnya. Keyla kembali tertawa ketika melihatku semakin sebal.

Sudah tahu aku sangat tidak suka es krim, masih saja mengajakku membelinya. Dasar Keyla, sepupu menyebalkan.

"Eh, Kak. Nanti mampir ke tempat Tante Zita dulu, ya. Eyla mau ketemu Avri buat ngasihin buku tugasnya."

Avri adalah anak dari Tante Zita—Tantenya Oon dan juga Keyla. Dulu, setiap kali aku main ke tempat Tante Zita, aku selalu bertemu Oon. Hal ini lama-lama bikin aku parno. Jadi, sekarang, setiap kali nama Tante Zita disebut, aku pasti langsung deg-degan karena takut.

"Males, ah. Besok 'kan ketemu di sekolah," kataku menolak ajakan Keyla.

"Kalau enggak dikasih sekarang, bisa-bisa aku enggak dipinjemin buku tugasnya lagi, Kak. Ayo, Kak. Please," rengeknya. Kujawab langsung dengan gelengan kepala.

Aku benar-benar tidak ingin bertamu ke rumah Tante Zita. Sebenarnya, Tante Zita itu baik, sangat baik. Sialnya, setiap kali aku main ke sana, pasti bertemu sama Oon. Dan hal itulah yang membuatku malas untuk pergi ke sana. Aku tak ingin mengambil resiko.

Oon in ActionWhere stories live. Discover now