2-He finds him super cute.

3.8K 548 27
                                    

Yoongi's POV

"Selamat pagi." Sapa Jimin yang baru saja memasuki ruang makan. Aku mendongak, mengalihkan pandanganku dari koran yang sedang kubaca untuk menyapanya, sampai nafasku terhenti. Pemuda itu hanya mengenakan kaus putih pendek super besar—yang kemungkinan milik Jongsuk—dan celana pendek putih serta sendal kamar. Rambutnya terlihat berantakan, menunjukkan tulang lehernya yang halus dan sedikit bahunya karena kausnya terlalu besar. Sungguh, bagi remaja berumur 16 tahun, tubuhnya sangat indah. Ia terlihat sangat menggoda.

Sedetik kemudian aku sadar. Sial, Yoongi! Kau baru saja melakukan pelecehan terhadap adik sepupumu sendiri! Aku menghela nafas, merutuki pikiranku yang liar. Jimin duduk disebelahku dan sambil menunggu pelayan membawakan sarapannya, ia menopang dagunya dan termenung. Aku memperhatikan matanya yang sayu, efek tangisan dahsyatnya kemarin. Aku berdeham.

"Apakah tidurmu semalam nyenyak?" Ia menatapku, lalu tersenyum tipis.

"Tidurku nyenyak, terima kasih sudah bertanya." Aku balas tersenyum. Meskipun kata-katanya masih terlalu formal, tapi setidaknya kami sudah lebih dekat dari sebelumnya. Aku menyesap kopiku dan melirik jam tanganku, pukul setengah tujuh. Setidaknya aku punya waktu setengah jam sebelum persiapan rapat hari ini. Aku melirik Jimin yang sedang menuang sirup mapel ke panekuknya.

"Jimin, apa yang kamu ingin lakukan pagi ini? Aku memiliki waktu sekitar setengah jam untuk menemanimu." Ia mengerjapkan matanya.

"Apa aku tidak merepotkanmu? Kukira kau orang yang sangat sibuk." Aku tertawa mendengar ucapan polosnya.

"Aku memang sibuk, tapi bukan berarti aku tidak punya waktu luang sama sekali. Dan ya, kau tidak merepotkanku." Matanya terlihat berbinar. Ekpresinya imut sekali.

"Aku ingin menjelajahi rumahmu." Ucapnya dengan penuh semangat.

Tuhan, anak ini manis sekali.

Apa aku bisa menahan diri untuk tidak mencicipinya?

...

"Dan terakhir, kolam renang. Kamu bisa menggunakannya kapanpun kau mau." Matanya menjelajahi setiap sudut. Aku diam-diam bersyukur, karena setidaknya Jimin sudah tampak lebih ceria dari hari pertamanya disini.

"Apa saat musim dingin airnya membeku?" Jimin berjongkok dan mulai membuat pola-pola di air dengan jarinya.

"Tentu saja kolamnya dikosongkan," Jimin menoleh padaku, "jangan harap kau bisa berenang di musim dingin, Jimin."

Pemuda itu memasang tampang cemberut dan aku tertawa karena ekspresinya itu. Kurasa berada didekat Jimin baik juga, ia mudah membuatku tertawa. Setelah puas bermain air, ia bangkit dan kami berjalan ke ruang depan. Jam menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit, aku bisa berangkat dengan santai ke kantorku. Aku melirik Jimin yang terdiam.

"Jimin, aku berangkat. Untuk hari ini beristirahatlah, tolong jangan pergi dari lingkungan rumah ini. Mungkin lusa aku baru bisa mengajakmu mengelilingi kota ini." Aku mengatakannya dengan hati-hati. Aku sungguh tidak ingin membuatnya merasa dikekang, tapi aku memang terlalu khawatir padanya.

"Baiklah, Yoongi." Diluar dugaan, Jimin tampak menerimanya, dan akupun tersenyum lega.

"Oke, aku berangkat." Aku hendak pergi saat kurasakan tarikan di lengan jasku. Aku menoleh dan mendapatinya sedang menunduk, memainkan ujung kausnya.

"Emm, Yoongi... Ayah biasanya memelukku sebelum berangkat,.. jadi.."

Sial, anak ini manis sekali. Akupun langsung menariknya kedalam pelukanku tanpa ragu, lalu mengelus rambutnya perlahan. Kemarin aku tidak menyadarinya karena terlalu fokus menghiburnya, tapi pemuda ini sungguh memiliki aroma yang nikmat. Samponya beraroma vanilla dan tubuhnya menguarkan aroma karamel. Sungguh memabukkan. Sebelum aku lepas kendali, aku melepaskan pelukannya. Jimin memandangku, dengan senyuman yang tersungging dibibir mungilnya.

Tuhan, kurasa aku bisa gila.

...

Aku memijit pangkal hidungku, berusaha mengenyahkan bayang-bayang tadi pagi. Aku benar-benar kehilangan fokusku, padahal rapat dengan klien penting akan dimulai dalam lima belas menit kedepan. Jimin, senyum dan aroma tubuhnya membuat otakku berhenti berfikir. Bayang-bayangnya benar-benar menuntut seluruh otakku untuk hanya memikirkannya seorang. Menghela nafas, aku mulai menekuni berkas yang berada dihadapanku lagi, hingga suara ketukan pintu terdengar.

"Pagi, Boss." Taehyung, orang kepercayaanku dengan santainya memasuki ruanganku.

"Seingatku, aku belum mengizinkanmu masuk." Sindirku. Taehyung hanya mengangkat bahu.

"Seingatku, aku sudah menjadi wakilmu selama lima tahun terakhir. Apa aku masih harus meminta izin untuk sekedar masuk ke ruanganmu?" tanyanya santai, sambil meletakkan berkas yang sebelumnya ia bawa ke mejaku. Aku hanya memasang ekspresi jengkel. Orang ini bisa menjadi sangat menyebalkan.

Aku meraih berkas yang ia berikan lalu membacanya. Oh, aku terkesan.

"Ini—"

"Aku tahu, Boss. Kau ingin berterima kasih padaku karena sudah menyiapkan bahan presentasimu, kan? Tidak perlu, Boss. Tapi beberapa pujian mungkin akan menyenangkan hatiku." Ucapnya sambil menyisir rambutnya dengan jemarinya. Taehyung adalah tipe orang yang terlalu santai, tidak menaati peraturan dan benar-benar suka dipuji. Aku mengernyitkan dahi, kesal. Orang ini bisa menjadi amat sangat menyebalkan.

"Yang mau aku katakan adalah, perbaiki ejaanmu." Aku tersenyum culas. Taehyung adalah orang terakhir yang akan aku puji didunia ini, kau tahu.

...

Author's POV

Mungkin kau bertanya-tanya mengapa pria sedingin Yoongi bisa dengan mudah bersikap manis pada Jimin. Hal itu bukan hanya dikarenakan hubungan darahnya dengan Jimin, tetapi juga karena Yoongi tertarik dengan kepolosan pemuda itu. Kebanyakan wanita (dan lelaki) yang berada disekelilingnya selalu memandangnya dengan pandangan lapar, dan Yoongi sama sekali tidak berminat untuk dijadikan mangsa. Ia benar-benar lelaki normal yang menyukai wanita (dan lelaki) bertubuh indah, tetapi bila hal tersebut dibarengi dengan sifat murahan, ia lebih baik mundur. Ia benar-benar tidak menyukai orang sejenis itu. Selain itu, kebanyakan orang tertarik padanya setelah mengetahui kekayaannya.

Yoongi sendiri pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita dan pria, tapi semuanya tidak pernah bertahan lama, karena kebanyakan dari mereka menuntut waktunya terlalu banyak. Jadi, sebenarnya sulit bagi Yoongi untuk menemukan orang yang sesuai karena pekerjaannya yang sibuk. Dan juga ia tidak pernah mau menjalin hubungan dengan relasi kerjanya, hal itu tidak sejalan dengan profesionalisme yang dianutnya.

Bagi Yoongi, menemukan orang yang sesuai dengan keinginannya jauh lebih sulit dibanding menghadapi klien paling menyulitkan. Menemui orang tepat dengan kepribadian yang menawan benar-benar merupakan tantangan bagi seorang eksekutif muda seperti Yoongi.

TBC~

...

Bertemu lagi:)

Gimana ceritanya menurut kalian?

Satu hal yg mau Bung jelasin adalah disini Jimin memanggil Yoongi dengan nama langsung, tanpa embel-embel 'hyung'. Kenapa? cause i find it cute:) heheh. Ga ding. Jadi Yoongi tuh emang ngga peduli sama yg begituan, dan dia pengen Jimin semakin terbuka sama dia dan nganggep Yoongi sebagai  temen sebaya. Modus ya dia wkwk /digaplokyungi

Terakhir, semoga hari kalian menyenangkan :)


Regards,
Bung:)

Dilemma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang