8-Hurts like hell.

2.4K 438 44
                                    

Jimin's POV

Aku terbangun pada pukul 4 pagi, akibat kembali tertidur tadi malam, setelah lelah menangis. Tubuhku masih terasa lelah, tapi aku tidak berminat untuk kembali tidur. Akhirnya aku memutuskan untuk mencuci muka ku dan keluar untuk menghirup aroma pagi.

Menuruni tangga dengan perlahan, aku memutuskan untuk pergi ke dapur dan membuat segelas coklat panas dengan marshmellow. Setelah siap, aku pergi ke arah kolam renang.

Mungkin bermain air sambil meminum coklat panas akan menenangkan hatiku.

Mendorong pintu kaca, aku berhadapan dengan kolam renang yg di payungi langit shubuh. Lampu taman di setiap sudutnya membuat suasana jadi lebih terang. Aku berjalan, bermaksud menghampiri salah satu kursi ketika mendapati sesuatu dari sudut mataku.

Yoongi.

Yg terdiam, mendongak menatap langit yg cukup cerah berhias bintang.

Pada detik itu, rasa sendu kembali menghantamku dan aku bermaksud untuk kembali masuk. Tapi seruan pria itu menghentikan ku.

"Jimin?"

Aku membalikkan tubuhku perlahan, lalu memberinya senyuman kaku.

Yoongi terdiam, sejenak hanya menatapiku. "Kemarilah." Dan aku pun perlahan menghampirinya.

Berhenti sejauh 3 langkah darinya, aku berusaha memberi jarak di antara kami. Khawatir Yoongi akan mendengar suara patahan hatiku. Bisa kurasakan tatapan Yoongi padaku.

"Mengapa kemarin kau tidak makan malam? Aku menunggumu untuk makan bersama." Tanya nya.  Aku hanya menatapi cokelat panas digenggamanku.

"Tertidur." Jawabku pelan.

"Apa kau tidak enak badan?" Aku dapat mendengar nada khawatir terselip disana. Membuatku mau tidak mau tersenyum kecil.

"Hanya kelelahan."

Kelelahan karena menangis.

"Jangan terlalu lelah, kau harus menjaga kesehatanmu." Tiba-tiba aku merasa geli. Seharusnya Yoongi mengatakan hal itu pada dirinya sendiri.

"Kau seharusnya mengatakan hal itu pada dirimu sendiri." Ujar ku sambil menatapnya. "Akhir-akhir ini kau sibuk sekali."

Yoongi tersenyum sedih padaku. Menghampiriku, mengusak rambutku pelan. Seperti biasanya. Aku memejamkan mataku, menikmati sentuhannya. Kapan terakhir kali ia membelai rambutku seperti ini?

"Maaf, aku terlalu sibuk sampai tidak bisa menemanimu." Ia terdengar menyesal.

"Tidak apa-apa," aku menggelengkan kepalaku pelan, "aku mengerti." Sejenak aku bisa merasakan Yoongi mematung, hanya menatapku. Lalu sedetik kemudian ia menurunkan tangannya dari rambutku.

"Bagaimana jika kita makan siang bersama? Hari ini kau libur, kan?" Aku menatapnya berbinar-binar. Makan siang bersama? Sudah lama sekali sejak terakhir kali kami melakukannya!

Aku menganggukkan kepalaku kuat-kuat, membuat Yoongi tertawa kecil. "Mau sekali!" Seru ku senang.

Yoongi tersenyum lembut. "Baiklah, nanti siang aku akan meminta supir untuk mengantarmu, kita bertemu di restorannya." Jantung ku berdebar lebih kencang melihat senyumnya. Sepertinya, hatiku belum bisa berhenti mencintainya.

Dilemma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang