6-He did it.

3K 465 26
                                    


Jungkook's POV

Hari Senin selalu menjadi hari yang menyebalkan. Pertama, karena upacara. Kedua, pelajaran hari ini dimulai dengan matematika yang sulit kukuasai. Dan ketiga, di hari ini semua ekskul dinonaktifkan. Aku menghela nafas berat, mendengarkan ceramah Chanyeol-ssaem tentang kalkulus dengan setengah hati, sampai..

" Ah, kau si anak baru itu. Ayo, masuklah."

Dan yang aku lihat adalah seorang pemuda mungil dengan rambut berwarna coklat muda yang berjalan dengan perlahan.

"Silahkan perkenalkan dirimu."

Pemuda itu mengangkat kepalanya perlahan.

"Saya Park Jimin. Mohon bantuannya."

Pemuda itu mengedarkan pandangannya, dan kami pun bersitatap. Detik itu juga aku tahu kami akan menjadi teman baik.

...

Jimin's POV

Aku mengeringkan tanganku dengan tisu. Hari ini berjalan dengan baik. Teman-teman sekelasku menyambutku dengan baik, terutama anak akselerasi bernama Jeon Jungkoook. Sepertinya kami akan menjadi teman baik. Suasana hatiku sedang bagus dan aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak tersenyum. Apa yang Yoongi katakan benar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Aku menyusuri koridor dengan santai. Jungkook sebelumnya menawarkan diri untuk mengantarku ke toilet tapi aku menolaknya karena aku ingin menguji ingatanku tentang bagian-bagian sekolah yang sebelumnya kulalui dengan Jungkook. Aku hanya terus berjalan sampai aku mendengar suara itu. Musik indah yang terdengar sangat ritmis, yang mengingatkanku pada saat aku mengambil kursus tari dulu. Tanpa sadar aku mengikuti suara tersebut hingga aku sampai didepan pintu sebuah ruangan.

"Klub dance..." Aku membaca label pada pintu. Penasaran, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak mengintip. Dan disanalah aku melihatnya. Seorang pemuda sedang menari dengan begitu indahnya. Aku terpesona. Sampai orang itu membalikan badannya dan berteriak karena terkejut akan kehadiranku.

"Aaah, kau mengejutkanku!" Pemuda itu menyisir rambutnya kebelakang, "kukira kau orang dari bimbingan konseling." Aku hanya bisa tertawa sopan. Pemuda dihadapanku ini tersenyum lembut.

"Murid baru? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

...

Hoseok's POV

"Murid baru? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya." Anak didepanku ini tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Imut sekali. Senyumnya menarik hati. Sebelumnya aku sangat terkejut saat melihat seseorang mengintip dari balik pintu, karena mengira ia adalah guru konseling. Yah, ini masih jam pelajaran. Lagipula kami dilarang memasuki ruang klub pada hari Senin.

"Ya, saya murid baru di kelas 2-2" Ahhh, sekelas dengan Jungkook ternyata.

"Ah, kau hoobae-ku. Sudah kuduga." Aku tidak bisa menahan senyumku.

"Em, aku Jung Hoseok. Kelas 3-1."

"Nama saya Park Jimin."

"Hmm, oke Jimin-ssi. Ngomong-ngomong, apa kau tertarik mengikuti klubku?" Mata anak ini melebar, terlihat sangat bahagia.

"Oh, benarkah, Sunbae? Saya ingin sekali! saya pernah mempelajari tari kontemporer dan itu sangat menyenangkan! Tapi terakhir kali saya mengikutinya adalah tiga tahun yang lalu..." Diluar dugaan, ternyata anak manis ini ternyata cukup cerewet. Dan gaya bicaranya yang penuh semangat itu membuatku terkekeh.

"Tenang saja. Kami bisa mengajarimu lagi dari dasar jika kau mau." Jimin mengangguk penuh semangat, "tapi ada syaratnya."

Pemuda itu menunjukkan raut bertanya.

"Panggil aku dengan sebutan 'Hyung' dan berhentilah bersikap kaku padaku." Ujarku sambil tersenyum.

Karena aku ingin mengenalmu lebih dekat.

...

Jimin's POV

Hari ini sangat luar biasa. Diluar dugaan, aku mendapat banyak teman. Aku berhasil bergabung dengan klub yang menyenangkan, dan wali kelasku pun sangat ramah. Aku rasa aku bisa menjalani sisa masa sekolahku dengan gembira. Aku berjalan menyusuri halaman dengan santai sampai aku melihat ferrari putih familier. Aku segera berlari menghampiri pemiliknya dengan senyum.

"Yoon!" Pria yg sebelumnya sedang memainkan ponselnya sambil bersandar itu pun menyadari kehadiranku, dan menampilkan senyumnya yang sangat menawan. Aku berhenti tepat dihadapannya lalu mendongak demi melihat wajahnya. Entah mengapa, berpisah beberapa jam telah sukses membuatku merindukannya. Ketika ia mengusak rambutku, aku merasa pipiku menghangat.

"Semua baik-baik saja, kan?"

Aku tersenyum lebar. Tangan besarnya yg mengelus rambutku...

Aku suka.

"Ya. Kau benar sekali."

"I told you." Sentuhannya merambat ke pipiku, membelainya lembut. Membuat perasaan asing itu muncul lagi. Aku menyukai sentuhannya.

"Jadi, karena kau sudah berjuang hari ini, aku akan memberikan apapun yang kau mau, Jim." Aku berseru senang. Aku suka hadiah.

"Es krim?" Aku menatapnya penuh harap. Yoongi mengangguk, dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berseru senang lagi.

Yoongi mengusap rambutku. "Bahkan bila kau mau, tokonyapun akan kubelikan sekalian, Jim."

...

"Ayolah Jim. Hanya satu suap lagi." Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, tidak dapat menahan senyumku. Oh, situasi ini sangatlah lucu. Salahkan Yoongi yg tidak membawa uang cash.

Sesuai permintaanku, kami pergi ke salah satu kedai eskrim dan memesan, vanila karamel untukku dan coklat kukis untuk Yoongi. Masalahnya, toko itu sedang tidak bisa menerima pembayaran menggunakan kartu karena ada kerusakan dan kami tidak membawa uang cash. Semua semakin rumit karena pesananku sudah datang, sedangkan jarak toko tersebut dengan ATM sangatlah jauh. Jadi Yoongi membatalkan pesanannya dan kami berdua menghabiskan waktu cukup lama mengumpulkan koin-koin dari saku-saku kami dan mobil Yoongi.

Biasanya, Yoongi tidak menunjukkan perasaannya dan ekspresinya cenderung datar. Tapi saat membayar ke kasir, wajahnya sangat merah. Dia pasti sangat malu. Dan aku hanya menertawakannya dari pojok ruangan.

"Jim." Wajahnya itu loh. Aku menggeleng sambil terus menyendok eskrimku. Karena malu, kami memilih meja dipojok ruangan yg tidak terlalu terperhatikan. Dan sejak tadi Yoongi terus memintaku untuk berbagi eskrim setelah aku memberinya satu suapan. Sebenarnya aku tidak keberatan tapi kalian harus melihat ekspresi mupeng Yoongi. Lucu sekali. Kapan lagi aku bisa mengerjai pria ini?

Tiba-tiba aku mendapat ide.

"Mau?"

Aku menyodorkan satu sendok ke depan mulutnya. Saat Yoongi hendak melahapnya, aku langsung memakannya tanpa merasa bersalah sambil tertawa.

Tapi kemudian aku menyesalinya. Karena setelah aku melakukannya, aku merasakan tarikan ditengkukku, dan sesuatu yg basah menyentuh bibirku. Aku membatu.

Yoongi menciumku.

Tbc!

💋💋💋💋💋
Jangan iri sama Jimin ya, nih uda Bung kasih cipok 5x wkwkwkwk;)

FYI, bakal muncul pair selanjutnya, so keep on waiting yashhh:)

Regards,
Bung:)

Dilemma.Where stories live. Discover now