4-Drunk.

3.1K 496 26
                                    

Jimin's POV

"Jimin..."

Aku segera menghampiri Yoongi yang masih meracau. Sungguh aku tidak bisa meninggalkannya seorang diri karena ia tidak ingin ditemani siapapun selain aku, dan aku sangat khawatir, bagaimana jika ia dehidrasi? Atau mual?

"Ya Yoon? Aku ada disini."

Aku duduk disisi tempat tidur. Kondisi Yoongi terlihat sangat buruk. Suhu tubuhnya meningkat karena pengaruh alkohol. Keringat membasahi kemejanya. Bukankah jika dibiarkan ia bisa terkena flu? Sepertinya aku harus mengganti kemejanya.

Yoongi tampak tertidur, tapi ia terus meracau memanggil namaku. Dahinya berkerut dalam dan keringat juga membasahi wajahnya. Setelah menyiapkan kausnya,  aku menyeka keringat didahinya dengan lap basah. Saat aku sedang membuka kancing kemejanya, Yoongi tiba-tiba mencekal tanganku, membuatku terkejut. Aku masih terkejut ketika tubuhku ditarik secara paksa dan tiba-tiba aku berada dibawah tindihan tubuhnya. Aku mengerjapkan mata. Yoongi pasti tidak sadar. Matanya masih terpejam tapi aku bisa merasakan cekalan tangannya dipergelangan tanganku.

"Yoon—ukhh—"

Saat aku hendak menyadarkannya, Yoongi tiba-tiba menempelkan bibirnya dibibirku. Aku mematung, tubuhku tidak bisa kugerakkan karena terlalu terkejut. Panas nafas Yoongi menyapu wajahku, dan aku bisa merasakan panas tubuhnya dari balik piyamaku. Aku berusaha mendorong tubuhnya, tapi Yoongi terlalu berat dan tangannya mencekal tanganku dengan sangat erat. Aku tidak bisa menghindar saat ia mulai mengisap bibir bawahku dan menggigitnya. Lalu Yoongi mulai menciumku dengan liar dan tangannya yang lain menahan daguku sehingga aku benar-benar tidak bisa menolak.

Aku dilanda kepanikan. Yoongi, sadarlah!

...

Author's POV

Yoongi benar-benar mabuk, tidak sadar atas perbuatannya. Tanpa ia sadari, ia melakukan hal-hal yang selama ini ia lakukan pada pemuda itu dalam imajinasinya. Yoongi mencium Jimin dengan liar, kasar dan penuh gairah. Dan pemuda itu tidak bisa melakukan apa-apa karena kekuatannya jelas tidak sebanding dengan pria itu.

Yoongi menarik dagunya dengan kasar, hingga mulut Jimin terbuka, memberi akses bagi lidah Yoongi masuk. Menyusuri rongga mulutnya, menggoda Jimin dengan cara melingkarkan lidahnya di lidah pemuda itu. Membelai rongga dalam pipinya. Sungguh, semua itu terlalu banyak bagi pemuda itu, dan Jimin yang awalnya dilanda kepanikan mulai kehilangan kesadarannya karena belaian lidah pria itu terlalu memabukkan, sebuah hal baru bagi pemuda itu. Jimin memejamkan matanya saat Yoongi mengisap bibirnya, rasa panik yang sebelumnya hadir benar-benar sirna sekarang.

Tangan Yoongi yang sebelumnya mencekal pergelangan tangan Jimin bergerak keatas, pemuda itu terkesiap saat merasakan belaian pada perutnya. Tangan pria itu menyusup kedalam piamanya, dan ia tidak bisa menerjemahkan sensasi saat tangan besar dan panas itu menyentuh kulitnya secara langsung. Isi perutnya terasa meleleh dan dadanya terasa penuh, Jimin benar-benar tidak mengerti.

Bergerak semakin keatas, tangan pria itu menyentuh dada kiri Jimin, membuatnya mendesah. Desahan pemuda itu semakin nyata saat tangan besar Yoongi mulai meremasnya, menimbulkan rasa sakit dan nikmat disaat yang bersamaan.

"Yoon—ahh.."

Entah mengapa Jimin sangat ingin menyebut nama pria itu, seperti candu. Bibir Yoongi masih melumat bibirnya, memberikan kecupan-kecupan panas. Masih meremas dada Jimin, bibir pria itu mulai turun, menyusuri dagu dan menciumi rahangnya, meninggalkan rasa panas di tempat-tempat Yoongi menciumnya. Menjilat, bahkan mengisap leher pemuda itu dengan penuh gairah. Jimin memekik saat Yoongi menggigit bahunya, sakit dan nikmat bercampur menjadi satu.

"Jimin..."

Suara pria itu terdengar serak, dalam dan penuh gairah. Tangan kirinya semakin keras meremas dadanya dan Jimin mendesah semakin keras. Kenikmatan yang timbul saat pria itu menggosok puncak dadanya benar-benar tak terkatakan. Tangan itu meremas dadanya, mempermainkan putingnya dan mencubitnya dengan kasar, membuat pemuda itu memekik. Kedua tangan Jimin meremas seprai dibawah tubuhnya, ketika gelombang kenikmatan menerjangnya.

Pemuda itu tak sadar ketika tangan Yoongi yang lain mengangkat piamanya, memperlihatkan tubuhnya yang indah. Lalu, Yoongi mulai menjilati dada kanannya, dan mengisap putingnya dengan penuh gairah. Jimin tidak bisa berhenti mendesah saat Yoongi menggigiti putingnya perlahan, pemuda itu merasa tubuhnya semakin memanas.

Lalu, semuanya terhenti begitu saja.

"Yoon...?"

Jimin membuka matanya dan mendapati pria itu tertidur diatas tubuhnya.

...

Jimin's POV

Aku tidak bisa mendeskripsikan apa yang saat ini aku rasakan. Menangkup kedua pipiku dengan tangan, seluruh wajahku terasa panas. Apa yang telah kami lakukan, apa yang telah aku lakukan? Saat ini aku bahkan tidak sanggup menatap bayanganku sendiri di cermin karena malu.

Seharusnya aku bisa mencegah Yoongi menyentuhku seperti itu, tapi aku malah terhanyut didalam kendalinya. Aku menggigit bibirku gusar. Yoongi mabuk, dan aku bukannya merawatnya dan menyadarkannya, aku malah mengambil keuntungan darinya!

Entahlah, aku merasa buruk.

...

Yoongi's POV

Aku terbangun karena alarmku yang terus menerus berdering. Aku merasa seperti ada palu imajiner yang menghantam kepalaku berkali-kali. Aku benar-benar tidak bisa mengingat kejadian tadi malam. Mengurut keningku, aku berusaha bangkit dan duduk. Dan saat itu, aku merasakan sesuatu yang basah dan dingin di sekelilingku. Aku mengintip ke balik selimut.

Sial, aku pasti memimpikan hal-hal gila lagi.

...

Setelah mandi dan membereskan kekacauan di kasurku, aku turun ke dapur untuk membuat kopi. Dan di tangga aku berpapasan dengan Jimin.

"Kk—kau sudah baikan?" Aku memiringkan kepala. Gelagat pemuda ini sangat asing.

"Ya," aku mengangguk, "tapi aku sama sekali tidak bisa mengingat kejadian tadi malam." Apakah hanya perasaanku atau bahu pemuda itu memang menegang? Jimin menggigiti bibirnya, membuatku gemas.

"Em, well? Bukankah cuaca hari ini tidak terlalu dingin hingga kau harus memakai turtleneck kan, Jim?" Pemuda itu terlihat tidak nyaman saat aku menanyakannya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang ingin memakainya."

Akhirnya aku hanya mengangkat bahu, menyerah. Tiba-tiba aku teringat satu hal penting.

"Jimin, ada hal penting yang harus kita bicarakan."

"Aa—apa?" Jimin melirikku takut-takut.

"Mengenai sekolahmu."

TBC~

Maapkeun Bung yg qotor:"

Maapkeun Bung yg ga jago bikin M juga wkwk peace

FYI, bikin adegan plusplus tuh ya Bung ngga bisa nulis banyak uhh-ahh karena selalu kepikiran itu lagi naena apa lagi kepedesan:v *peace*


Regards,
Bung:)

Dilemma.Where stories live. Discover now