19-Kim Seokjin.

3K 378 103
                                    

Full author's POV
Italic for flashback

...

Seokjin hanya bisa terdiam sambil sesekali menghapus air matanya; ia merasa hancur. Mamanya, panutannya, separuh dunianya (separuhnya lagi dimiliki Yoongi, adiknya) telah pergi meninggalkannya dan Yoongi untuk selamanya.

Mati rasa.

Rasa sakit yg menghantam membuat hatinya kebas. Ia menatap kosong nisan dihadapannya, hanya menatapinya. Tidak sadar bahwa hujan mulai membasahi tubuhnya, ataupun kehadiran Yoongi yg juga berdiri disebelahnya. Menangis kacau; sesuatu yg hampir tidak pernah dilakukan adiknya itu.

Mereka basah kuyup, terus berdiri disana sampai sebentuk tangan terulur; memegangi payung yg terbuka, melindungi mereka dari derasnya hujan.

Seokjin perlahan menoleh, dan mendapati pamannya, adik dari mamanya berdiri di belakangnya. Park Jongsuk. Menatapnya sendu, bisa Seokjin lihat luka yg tersirat di kedua mata itu.

"Seokjin, Yoongi... ayo kita pulang..."

Saat itu Min Seokjin berusia 17 tahun, dan Min Yoongi 14 tahun.

...

Seokjin dan Yoongi akhirnya tinggal di bawah asuhan Jongsuk di Busan. Kesedihan keduanya berangsur-angsur memudar dan kehidupan mereka kembali stabil, berkat Jongsuk dan istrinya. Seokjin dan Yoongi kembali merasa dicintai, bahkan Yoongi merasa bahagia karena kini ia memiliki sesosok ayah yg selama ini tidak pernah ia punya.

Hari-hari keduanya dihabiskan dengan sekolah dan belajar; ditambah dengan kursus memasak untuk Seokjin bersama Park Hyeri, istri pamannya, juga ikut serta dalam bisnis Jongsuk untuk Yoongi. Oh, juga bermain dengan si kecil Jiminnie, yg saat itu masih berusia 4 tahun.

"Kau sangat terampil, Seokjin-ah. Seperti mamamu." Puji Hyeri selalu.

Saat itu Seokjin senang, karena ia kembali bisa merasakan hangatnya keluarga. Beberapa tahun pun berlalu, tapi jauh didalam hatinya, ruang kosong itu masih menganga.

Menanti untuk terisi.

Dan, yg berhasil mengisinya adalah Kim Namjoon, adik tingkatnya yg memesona.

"Jin-ah," Namjoon meraih sebuah kotak beludru dari sakunya, membuka dan mengangsurkannya dengan kikuk, "Menikahlah denganku."

Seokjin mengangguk kencang, air mata haru menetes dari matanya. Maka setelah Namjoon memasangkan cincin itu di jari manisnya, Seokjin langsung menghambur ke pelukan kekasihnya.

"Aku mencintaimu, Namjoon-ah." Bisiknya sambil terisak. Namjoon mengelus punggungnya lembut, mengecupi puncak kepala kekasihnya.

"Aku lebih mencintaimu, Seokjin-ah."

Seokjin merasa hidupnya kembali sempurna. Namjoon membuat dirinya kembali utuh. Ia merasa, hidupnya kembali pantas dijalani.

Tetapi, ketika Seokjin mengutarakan niatnya untuk menikah dengan Namjoon, Jongsuk marah besar. Menentang keras hubungan keduanya. Bukan karena Namjoon, Jongsuk bahkan sangat menyukai kepribadian pemuda itu. Tapi karena usia keduanya yg terlampau muda, juga karena setelah mereka menikah keduanya akan pindah menuju Finlandia; mengurus perusahaan milik ayah Namjoon disana.

Dilemma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang