Fourteen

10.4K 1K 32
                                    

Ang menghabiskan sarapannya dengan angan dan harapan jika bertemu dengan gadis itu lagi akan menanyakan namanya atau nomer ponselnya. Jika dia single kemungkinan besar akan tertarik menjadikannya kekasih, jika tidak? Paling tidak ia mengenalnya. Bisa menyapanya dengan namanya di suatu tempat saat bertemu.

Ponselnya berbunyi, ia mendapat telepon dari salah satu temannya saat kuliah dulu.

"Gimana kabarmu, Bro!?" sapa penuh semangat Anjar.

"Baik, gimana denganmu?" jawab Ang pun tak kalah semangat.

"Aku baik juga. Ang, tahu enggak kalau Anne sedang sakit?" tanya Anjar pada Ang serius.

"Anne?" tanya Angelo mengerutkan keningnya.

"Iya, Annelisha kekasihmu waktu kuliah di singapura itu."

"Kami lama hilang kontak. Dan aku pindah ke Australia sejak dia menikah," terang Ang.

"Nah makanya itu, kalian bertiga ini 'kan sahabat kenapa gak ada kabar sih! Aku ketemu Maminya Arvie pas di butik, nah aku tanya-tanya dan bilang kalau Anne lagi gak sehat dan masuk rumah sakit, gitu." Anjar mengingat bagaimana Anne, Angelo dan Arvie adalah tiga sahabat dulunya.

"Sakit apa?" tanya Ang sedih.

"Pastinya kau ketemu sama dia aja Ang. Aku juga enggak bisa ke sana, ini saja aku mau tak off ke Bali."

"Oke, Jar trims atas infonya."

"Sama-sama Bro!"

Ang melihat arlojinya, ia merasa masih ada waktu jika memjenguk Anne ke rumah sakit, akan mulai mencari rumah sakit yang dekat dengan rumah Arvie. Rumah sakit Kartika Asri. Ang segera keluar namun dicegah oleh Aryo sekeretarisnya.

"Peresmian hotelnya satu jam lagi loh, Pak. Pak Danu juga sudah telepon tadi memastikan Bapak tidak telat."

"Sebentar, hanya sebentar. Aku akan segera ke sana setelah dari rumah sakit," ujar Ang yang bergegas pergi.

Lima menit setelah Ang pergi, Danu sang Manajer Hotel Pramdana menelepon pada Aryo karena Ang tak mengangkat teleponnya. Aryo mengatakan apa yang Ang katakan padanya. Acara pemotongan pita dan tumpeng sudah siap dilaksanakan. Semua pegawai Hotel Pramdana juga sudah siap menunggu kedatangan sang pemilik.

Namun sang pemilik justru bertolak ke arah lain. Jauh dari jalan menuju Hotel Pramdana, pertama ia mampir ke toko bunga, ingin membawakan bunga untuk mantan kekasihnya itu. Ia menyusuri jalanan alternatif ke rumah sakit, berputar arah dan memasuki halaman rumah sakit.

Ang membawa buket bunga besar untuk Annelisha, gadis yang ia cintai dulu. Ang bertanya pada petugas rumah sakit di bagian pendaftaran di mana letak kamar rawat inap Anne. Setelah tahu, ia segera naik ke lantai tiga di mana Anne dirawat.

Ia mengetuk pintu kamar rawat inap Anne. Ia memasuki kamar yang disuguhi ruang tamu kecil dengan tiga sofa dan satu meja di depan dan sebuah brankar yang di sana ditiduri oleh seorang wanita yang membuatnya ngilu. Seorang wanita muda menatapnya dan bertanya ia siapa. Namun, Anne yang terbangun dan melihat Ang berada di sisinya meminta Mega tenang.

Ang menatap Anne dengan mata sedih. Anne tersenyum dengan wajah pucatnya pada Ang. Ang memegang tangan Ann yang tak terinfus, melihat tangan ringkih Anne yang tak sama seperti yang ia ingat.

"Ya Tuhan, Anne." Ang menitikkan air matanya sambil tersenyum pilu pada Anne.

Anne tersenyum tipis, "Aku tak apa Ang, kamu gimana kabarnya? Mana isterimu?"

"Aku belum menikah," ujar Ang mengusap air matanya. "Di mana Arvie?"

"Arvie bicara sama dokter. Jangan sedih Ang, aku tak apa." Anne mengelus lembut tangan Ann. Rasanya masih sama seperti elusan lembut Anne waktu ia meminta maaf tak memilihnya, ia memilih pinangan Arvie daripadanya.

"Apa yang terjadi padamu?" Ang menatap sedih Anne. Anne pun sama, ia juga menangis. Tapi menangis bahagia bisa bertemu dengan Angelo lagi.

Tak lama Mami masuk dan menaruh obat Anne di atas nakas. Mami senang bisa bertemu dengan Angelo lagi setelah cukup lama tak bertemu. Angelo sama sekali tak sakit hati atas pernikahan Anne dan Arvie justru ia tamu VVIP yang datang tepat waktu saat pemberkatan di gereja. Namun, setelahnya Angelo memilih pulang ke Australia dan baru kembali beberapa minggu yang lalu.

Arvie bertemu dengan dokter karena Anne meminta rawat jalan saja, merasa sangat bosan berada di rumah sakit. Justru ia ingin tinggal satu rumah bersama Leeandra dan Arvie. Arvie sama sekali tak keberatan. Hubungan Mami dan Anne pun membaik setelah adanya Lee, dan dokter mengijikan Anne pulang dengan beberapa syarat.

Arvie terkejut dengan kedatangan Angelo di kamar rawat inap Anne. Ia merasa lama sekali tak ada kabar soal Angelo.

"Maaf, aku tak bisa lama. Sebentar lagi ada peresmian usahaku. Lain kali aku akan mampir ke sini lagi. Cepat sembuh, Anne." Angelo memberitahu Anne.

Anne tersenyum mengangguk, "Terima kasih, Ang. Maaf tak bisa hadir ke sana. Semoga usahamu sukses ya. Dan, selamat ulang tahun Ang."

"Ah, kau mengingatnya," jawab Angelo senang.

Arvie memeluk Ang sebelum pergi dan menyalimi tangan Mami meminta do'a restu untuk usahanya. Barulah ia segera pergi ke Hotel Pramdana.

Semua pegawai yang ada di sana sudah berkumpul. Mereka memakai seragam Hotel Pramdana, seragam oranye berpita bagian kerah bagian depan dengan dipadukan celana hitam dan disanggul rapi bagi pegawai perempuan, terlihat begitu manis berdiri di halaman depan Pramdana, termasuk Lee. Ia berdiri di belakang teman-temannya. Ia hanya bisa melihat punggung pria pemilik Pramdana.

Angelo datang dan langsung disambut petinggi kantor Pramdana ia berpidato sedikit lalu diberi gunting yang dihias dengan bunga lalu memotong pita di pintu masuk. Tepuk tangan dan ucapan selamat tertuju padanya. Kemudian semua pegawai masuk dan melihat acara pemotongan tumpeng.

Segala prosesi acara hari itu adalah pengenalan Angelo sebagai pemilik dan pegawai. Mereka dihibur oleh salah satu artis yang diundang hingga siang hari. Ia juga mengatakan sendiri bahwa semua pegawainya diundang untuk nanti malam. Angelo melihat ke ballroom hotel, semua persiapannya selesai dilaksanakan hanya tinggal menunggu jamnya saja. Topeng-topeng yang diletakkan di pintu masuk dengan tiga model igu sudah di tata. Sebagian besar ballroom akan jadi lantai dansa. Ia ingin semuanya menikmati pestanya. Berbagi dengan para pegawainya tak akan menjatuhkan harga dirinya bukan?

Ang memeriksa ruangannya di lantai dua, ruangannya berhadapan dengan kantor staff hotel. Ang berada di kantor Pramdana sampai sore. Tiga jam lagi acaranya akan dimulai, jadi ia akan pulang dan kembali nanti malam sebelum acaranya di mulai.

Ia keluar dari ruangannya dan menunggu lift turun. Ang masih memikirkan betapa Anne banyak berubah setelah menikah dengan Arvie. Ia tak menyangka akan melihat Anne begitu ringkih.

Angelo mengambil mobilnya di basement, sekilas ia melihat orang yang dikenalnya melewati dirinya dari spion mobil. Ia menutup kembali pintu mobilnya dan mengikuti gerombolan wanita yang ia taksir sebagai pegawai.

Ia tak melihat punggung gadis yang ia kenal berjalan menjauhi hotel di depannya. Ia menoleh ke arah lain. Ia melihat satu gadis berambut hitam menunggu bus di sebelah barat hotel. Dari samping, bisa pastikan, itu gadis yang bertemu dua kali dengannya. Gadis itu naik bus, duduk di sisi kiri bus dekat jendela. Saat bus melewati Angelo. Angelo tersenyum,

Kita bertemu tiga kali. Ini bukan karena kebetulan semata, 'kan?

♧♧♧

Gimana? Gimana? Udah pada enggak sabar kayaknya pengen lihat Angelo ketemu Lee. Dan si author nyebelin ini adaaa aja ngulur waktunya wkwkwkwk.
Ngegantung perasaan readers yang udah setia nungguin. Ha ha ha.
Ditunggu next partnya. Author mau beberes rumah dan masak dulu. Have a great day all!

Eccedentesiast ✓ [Terbit : Ready Stock]Where stories live. Discover now