Thirty Eight

9.8K 880 23
                                    

Matahari belum keluar dari peraduan, bahkan langit masih berwarna biru, hanya burung-burung kecil yang sudah berkicau menandakan hari sudah pagi. Angelo membuka matanya, hatinya merasa berkebat saat tahu dan sadar bahwa ada seseorang yang tidur di ranjang yang sama, di bawah selimut yang sama dengannya, Leeandra.

Gadis itu tidur membelakanginya, meringkuk memeluk guling tunggal yang biasanya menjadi teman tidur Angelo. Angelo melihat lekuk tubuh Lee benar-benar sempurna. Jika ia mau, bisa saja ia melucuti semua pakaiannya dan mendekapnya membawanya tenggelam dalam lautan nafsunya. Angelo tersenyum bahagia karema saat ia membuka mata di pagi hari, ia melijat wanita yang dicintainya. Leeandra bergerak saat Angelo merengkuh tubuhnya, Lee melihat sepasang tangan yang bulunya terlihat rapi di atas kulit bersihnya memeluk pinggangnya.

"Membangunkanmu?" tanya Angelo.

"Tidak juga, ini sudah pagi," jawab Lee.

"Selamat pagi, Sayang."

"Selamat pagi, Ang." balas Lee, bagi Angelo saat Lee memanggilnya Ang adalah sebuah panggilan sayang darinya.

Angelo menyibak rambut panjang Lee dam menciumi leher belakangnya, membuat Lee melenguh, Lee merasa geli dan terangsang.

"Ang." Leeandra menghentikan kegiatan Angelo yang bisa membuatnya terangsang lebih lanjut. Angelo hanya tertawa kecil dan menggosokkan wajahnya di punggung Lee. Ia berusaha menjauhkan miliknya dari tubuh Lee sebelum terlambat.

"Mau lari pagi?" bisik Angelo di sela tawanya.

"Ide bagus."

"Ayo." Angelo menarik tangan Leeandra bangkit dari ranjang.

Lee mengikat rambut panjangnya sementara Angelo mengambilkan celana olahraga untuknya dan Lee. Lee yang lebih dulu berganti dan selesai memilih turun menunggu Angelo di bawah. Ang turun beberapa menit kemudian dan berbelok ke sekat belakang dapur dekat pintu samping. Kembali sambil membawa dua pasang sepatu olahraga yang dirasa berbeda ukuran dengan Lee. Angelo menyumpal ujung sepatu yang akan dipakai Lee dengan gumpalam tisu jadi terasa pas saat dipakai Lee.

Ira turun saat keduanya tertawa dan berbincang soal sepatu yang kebesaran untuk kaki Lee. Ira melihat ke duanya begitu serasi, saling menerima, saling menyayangi dan berbagi.

"Selamat pagi, Bu Lee dan Pak Angelo." sapa Ira pada ke dua orang yang berada di ruang makan terlihat sibuk dengan sepatu di tangan Angelo.

"Pagi, Ira."

"Pagi. Oh ya, Ira tak usah masak sarapan untuk kami," balas Angelo tersenyum pada Ira.

"Iya, Pak Angelo," jawab Ira patuh.

Angelo selesai memasangkan sepatu di kaki Lee dan bangkit. Ia mengajak Leeandra keluar dari pintu samping. Ira melanjutkan kegiatan paginya, membereskan dapur di rumah Angelo seperti biasanya yang ia lakukan di dapur majikannya itu setiap paginya. Udara sejuk pagi hari menyergap mereka berdua, jalanan masih diterangi lampu jalan berwarna kuning dan lampu-lampu rumah tetangga Angelo masih menyala. Angelo mengajak Lee ke taman yang ada di tengah perumahan, di sana belum ada banyak orang yang datang. Tapi ada beberapa pasangan yang berlarian kecil sambil menggerakkan tangan mereka.

"Pagiku berwarna karenamu." Angelo tersenyum membuat Lee pun ikut tersenyum.

Mereka berkeliling taman sambil berlari kecil hingga keringat keluar, setelah matahari sudah mulai meninggi Angelo mengajak Lee untuk mampir ke Abang penjual bubur ayam di luar komplek perumahan.

"Bang Mi'un, buburnya dua ya yang komplit," ujar Angelo memesan dua porsi bubur ayam.

"Siap, Mas," ujar Bang Mi'un penjual bubur ayam langganan Angelo. Angelo duduk di sisi Leeandra yang mengelap keringatnya.

Eccedentesiast ✓ [Terbit : Ready Stock]Where stories live. Discover now