Twenty Two

11K 1K 10
                                    

Angelo segera menata map-map yang berserakan di mejanya. Ia tak mau tahu pekerjaannya masih separuh selesai, yang jelas jam kerjanya sudah berakhir. Pastinya semua pegawai sudah pulang, termasuk pegawai Pramdana. Ia segera keluar dari ruangannya dan bertemu dengan Angga dan Aryo yang menatapnya kaget karena ketidaksabaran Angelo saat membuka pintu.

"Pasti soal gadis itu," tebak Aryo.

"Pak Ang ...." Aryo meminta.

"Yo, soal kerjaan besok aja, oke," ujar Angelo yang masuk ke dalam lift. Aryo hanya bisa menelan ucapannya. Angelo dan Angga sudah menghilang ke dalam lift.

Ia hanya menghela napas karena tahu bahwa bosnya yang masih single itu sedang kasmaran. Angelo yang berada di dalam lift tak bisa berdiri tenang dan membuat Angga tersenyum.

"Jangan menertawaiku! Kau bosan hidup ya?" Pertanyaan yang tak membutuhkam jawaban itu tak ditanggapi Angga. Ia memaklumi betapa terpesona bosnya itu pada gadis yang berdansa dengannya malam itu.

Ia mendatangi Pramdana dan membiarkan Angga melihatnya terbengong. Ia tahu di mana harus mencarinya, mengabaikan sapaan semua staf yang sedang berjalan keluar untuk pulang. Ia menaiki lift, saat ia turun dari lift justru gadis yang dicarinya masuk ke dalam lift. Ia menyusuri lantai dua dan sampai ke devisi room dan bertemu dengan teman pergantian sift Lee. Ia dihampiri Bu Rita, kepala devisi.

"Selamat sore, Pak Angelo. Ada yang bisa dibantu?"

"Selamat sore. Apa kau melihat Leeandra?" tanya Angelo pada kepala bagian.

"Maaf, saya tidak tahu. Mungkin teman kerjanya tahu persisi di mana ia. E, Indah tahu di mana Leeandra?" Bu Rita memanggil Indah yang kebetulan lewat ruang kepala devisi.

"Selamat sore, Pak Angelo, Bu Rita. Saya melihat Lee turun ke lantai satu mendorong troli keranjang kotor ke bagian laundry," jawab Indah yang tersenyum terkesima oleh ketampanan Angelo.

"Terima kasih." Angelo segera pergi menyusuri tangga darurat bukan ke pintu lift. Rita dan indah melihat Angelo berjalan cepat meninggalkannya begitu saja.

"Ya Tuhan, beliau tampan sekali!" ujar Indah yang terkesima pada rupa Angelo.

"Hush! Sana kerja lagi!" Rita memerintah Indah untuk kembali bekerja.

"Iya, Bu. Permisi." Indah segera pergi melanjutkan pekerjaaannya. Sementara Rita merasa meleleh karena sikap baik Angelo pada pegawainya.

Angelo menuruni puluhan anak tangga dan sampai di lantai satu. Ia menghampiri bagian laundry, ruangan besar bercat putih dan bertuliskan selain karyawan dilarang masuk itu ia masuki. Ia melihat ada tiga pegawai dan semuanya menatapnya kaget.

Angelo tersemyum saat melihat seorang gadis berambut hitam panjang yang ditata rapi mengambil selimut-selimut putih dalam dekapannya.

"Aku mencarimu," ucapan Angelo membuat Lee mengalihkan perhatiannya pada rak besar di depannya pada pria berjas yang terlepas kancingnya itu tersenyum padanya.

"Oh, selamat sore, Pak Angelo," sapa Lee dengan sopan.

"Bisa kita bicara sebentar?" pinta Angelo yang menatap wajah Lee menundukkan pandangannya.

"Maaf, saya masih bekerja Pak. Dan selimut-selimut ini ditunggu pelanggan. Permisi." Bukan karena Lee menyepelekan pemilik Pramdana, tapi ia masih bekerja. 

"Aku kira kau sudah selesai jam kerjamu? Berikan saja nomer ponselmu." Angelo menghalangi pintu ganda itu dengan dirinya dan otomatis membuat Lee menghentikan langkahnya dan memandang wajah Angelo.

Ia melirik ke arah pegawai laundry yang melihat ke arahnya sambil berbisik. Ia memejamkan matanya, ia tak mau dapat masalah dan menyebutkan deretan angka yang menjadi nomer teleponnya. Angelo menelepon nomer yang diberikan Lee dan benar ponselnya di saku celana Lee bergetar.

Eccedentesiast ✓ [Terbit : Ready Stock]Where stories live. Discover now