one

2.1K 191 11
                                    

"LO!"

"Hello my lovely princess."

"Heh anjing, jauh jauh lo. Gue alergi ngeliat lo, tau ga?"

"Kenapa? Lo takut suka lagi sama gue?" Berkata dengan begitu percaya dirinya lalu mengerlingkan matanya, cakep kali?

Ewhh.. najis!

"In your dream mr. Park."

Dengan segera aku mengambil langkah, berniat meninggalkannya sebelum ia mengeluarkan bisikan-bisikan setan yang dapat membuat orang terjerumus.

"Mau kemana lo? Yakin ga butuh gue?"

Langkahku terhenti, terlalu kesal sampai malas untuk berjalan lagi. Maunya dia tuh apa sih? Ngapain juga aku butuh dia?

"Murid beasiswa kok bisa bisanya telat mulu. Ayah lo tajir apa gimana sampe ga butuh beasiswa lagi?"

Gleg

Aku menelan ludahku kasar, terlalu kesal sampai tidak berpikir sejauh itu. Oke, mungkin ini bukan pertama kali aku terlambat justru sebaliknya, aku sudah sering terlambat sampai mendapat teguran keras dari kepala sekolah yang mengancam akan mencabut beasiswaku. Aku bersekolah disini dengan beasiswa yang aku dapatkan, bukan karna tidak mampu, aku hanya terlalu pintar.

Dan lagi, kalo sampe beasiswaku di cabut bisa bisa aku dimasukin ke asrama khusus perempuan. BIG NO! Aku menatap si setan kecil yang sedang menyeringai kepada ku, dia Park Jimin. Setan bertubuh kecil, berotak mesum, dan dapat membuatku kesal sampai keubun-ubun hanya dengan mendengar suaranya saja.

"Terus mau lo apa? Nerobos masuk gitu atau ga sekolah sekalian. Cuih, berandal kaya lo mana bisa di andalin."

Senyum penuh kemenangan terbut di bibirnya, rasanya aku mau jepit mulutnya pake jepit jemuran punya mama Yoona!

"Opsi terakhir lebih bagus, tapi gue punya opsi yang lebih bagus. Terserah lo mau ikut atau nggak"

Jimin berjalan mendahuluiku dengan tas yang dia pakai di bahu kanannya. Aku mengikuti, berjalan dibelakangnya sambil melihat sekitar takut ketahuan. Tiba tiba dia menghentikan langakahnya.

BRUK

"Aw! Setan! Jangan ngerem mendadak dong!"

"Stt. Brisik lo! Kalo ke gep gue tinggal lo sendiri," ucapnya. Ia melirik kanan-kiri persis seperti maling yang mengendap-ngendap ingin mencuri.

"Lagian lo mau kemana sih? elah lama amat," balasku. Aku mengalihkan karna malas telah disalahkan.

"Udah sampe, lo panjat tuh!"

Aku bergeming, ngerasa gak percaya sama ucapan Jimin. Orang gila mana yang manjat tembok sekolah setinggi dua meter? Lagian ya si Jimin ini kan pendek, emang dia bisa manjat tembok ini?

"Heh anak dajal! Gimana gue manjatnya, tinggi banget gini." Aku menatapnya tidak percaya bercampur kesal.

"Ck siapa suruh pendek banget," gumamnya. Namun, masih terdengar jelas di telingaku karna sudah kubersihkan semalam.

"Hah?! Hei tuan Park Jimin, ngaca dong lo juga pendek."

"Udah jangan banyak omong, sekarang naik ke pundak gue."

Married With Enemy ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora