seven

1.2K 150 6
                                    

Setelah aku mengajak Taeyong ke kantin, kami langsung mengambil duduk di dekat Wendy dan Sehun.

Dari tadi aku tidak bisa menahan tawaku mendengar cerita dari Wendy karna cerita konyolnya. Terkadang Taeyong juga ikut menimpali kata-kata Wendy sehingga kami tertawa bersama. Padahal baru tadi aku mengenalkan Taeyong pada Wendy dan Sehun tapi rasanya kita sudah seperti mengenal lama.

"Akhirmya pesenan gue dateng juga" kata Wendy dengan semangat sambil mengambil dari Sehun "tengkyu bee" sambung Wendy, Sehun hanya tersenyum.

"Oh iya, ini buat Seulgi dan pacarnya." Sehun menyerahkan pesanan kami.

Perkataan Sehun membuat aku tersedak dan terbatuk-batuk.

Pacar?

"Astaga dia bukan pacar gue" Aku menatap Sehun yang terlihat bingung.

"Gue kira kalian pacaran" Sehun langsung memberi cengiran jahilnya.

"Bukan Hun" Taeyong menanggapinya tapi kenapa wajahnya merah.

"Lihatlah wajah mereka berdua merah" sahut Wendy. Aku refleks menutup wajahku.

Dan akhirnya aku dan Taeyong berakhir dengan ejekan dari sepasang kekasih itu, Wendy dan Sehun. Sambil menyatap makanan kami melempar lelucon konyol aku hanya dapat tertawa keras. Aku juga baru tau Taeyong pandai melucu.

"Ugi ada sisa makanan di sudut bibir lu" ucap Taeyong. Aku mencari tisue untuk membersihkan bibirku tapi tisuenya habis. "Biar gue bantu" Taeyong mendekatkan ibu jarinya kewajahku. Aku membeku tidak bereaksi apa-apa dan saat 2 cm lagi jari Taeyong menjangkau bibirku.

BRUK

Aku terperanjat lalu segera menoleh ke asal suara. Itu -si bogel- Park Jimin dia menjatuhkan sebuah kursi sambil menatap tajam kearah ku dan Taeyong. Wajah Jimin merah padam dan nafasnya tersenggal-senggal dia seperti menahan sesuatu. Lalu Jimin menghembuskan nafasnya kasar dan pergi dengan langkah cepat di kantin. Semua orang menatapnya bingung dan takut karna wajah Jimin tadi sangat menyeramkan.

Aku heran. Apa Jimin marah kepadaku?

Tapi apa salahku?

Memangnya aku berbuat apa?

---

Tidak ada tempat pilihan lain bagi Jimin selain rooftop. Ia mengeluarkan sebatang rokok dari saku lalu menyulutnya dengan korek api dan mulai menghisapnya. Ya, Jimin merokok. Dia selalu melakukan ini untuk menenangkan diri. Jika di ingat dia pertama kali merokok saat ibunya meninggal waktu itu ia berusia 11 tahun.
Jimin tersenyum miris. Dia tidak mau mengakui bahwa tadi ia sangat merasa marah. Melihat bagaimana Seulgi tersenyum dan tertawa dengan lepas di hadapan laki laki itu. Di pikiran Jimin seharusnya hanya ia yang boleh mendapatkan semua itu bukan pria lain.

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Jimin langsung menoleh kearahnya ternyata itu Yoongi. Yoongi mengambil sebuah kursi tua yang sebenarnya sudah lapuk namun masih bisa di gunakan. Dia mengambil tempat di samping Jimin walau sedikit jauh karna ia membenci rokok.

"Ngerokok mulu lo, pantes bogel" ketus Yoongi yang di balas tatapan sinis dari Jimin.

"Ngerokok emamg ngaruh sama tinggi badan?" Tanya Jimin sewot.

"Ga tau tuh. Gimana udah tenang belom?" tanya Yoongi. Jimin hanya mengangguk pelan.

"Gue bingung bang, kenapa gue ngerasa kesel pas ngeliat Seulgi sama cowok lain. Bener bener deh, gak ngerti lagi gue" Jimin berkata sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Mungkin lo belum sadar. Tapi itu keliatan dari sikap lo kalo lo udah jatuh sama dia" Yoongi berkata dengan tenang sambil memejamkan matanya.

Jimin diam membeku dia tidak tau harus memberi respon apa. Rokok miliknya pun tidak di hisap lagi walau masih terselip di sela jarinya.

"Bener ternyata kalo lo udah jatuh ke cewek itu, biasanya lo bakal ngelak tapi liat? Sekarang lo cuma bisa diem" Benar. Semua yang di katakan Yoongi itu benar Jimin tak dapat mengelak sama sekali.

"Terus gue harus apa bang?" gumam Jimin sangat pelan tapi sampai ke telinga Yoongi.

Yoongi langsung membuka matanya. Dia menatap Jimin lekat-lekat yang nampak frustasi. "Gue jadi ingat dulu pas cewek itu tiap hari ngasih lo surat bodohnya " ucap Yoongi memancing respon Jimin.

Jimin tersenyum.

"Ya, gue juga inget. Semua surat bodoh itu. Surat yang puitis dan dramatis. Dulu surat itu sering gue buang karna menurut gue gak penting, tapi ga tau kenapa pas gue baca gue ngerasa sedikit seneng. Dia cewek gila, itu yang ada di fikiran gue. Gimana bisa dia suka sama gue yang seorang berandal. Awalnga gue kira dia suka sama gue karna muka gue dan harta gue, kaya cewek lain. Tapi dia beda, di surat dia selalu nulis hal hal bodoh dan dia gak pernah nyerah" Tanpa Jimin sadari ia membuang putung rokok miliknya ke tanah dan setiap pergerakannya selalu di perhatikan Yoongi yang hanya mendengar sedari tadi.

"Sampe gue inget kalo Seulgi adalah anak kecil yang dulu pernah ngebentak gue pas di pemakaman nyokap" Jimin menutup matanya dia tersenyum manis. Yoongi pun ikut tersenyum dan menatap Jimin. "Kang Seulgi. Cewe bodoh itu, yang dulu selalu di kepang dua dan pake kacamata, lengkap dengan senyum bodoh yang ada di mukanya. Dia bisa bikin gue jatuh hati sama dia, seperti lelucon" Jimin terkekeh sebentar lalu dia berubah menjadi diam dengan pandangan lurus.

Lalu dengan yakin Jimin berkata.

"Gue gak bakal ngelepas dia. Gak akan"

 Gak akan"

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
Married With Enemy ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz