fourteen

1.1K 125 10
                                    

Sekarang disini Seulgi, di dalam mobil berdua dengan Jimin.

Canggung

Itu yang mereka berdua rasakan, tak ada yang memulai obrolan.

Seulgi akhirnya memutuskan untuk memainkan ponselnya dan Jimin sibuk dengan kegiatan menyupir. Mereka berdua menghabiskan waktu di perjalanan dalam kegiatan masing-masing.

"Udah sampe" gumam Jimin lalu keluar dari mobil dan di susul Seulgi.

Jimim berjalan mendahului Seulgi yang masih berusaha menyamai langkahnya dengan Jimim. Saat Jimin mendekat kearah pintu tanpa harus lelah mengetuk atau menekan bel pintu itu sudah terlebih dahulu terbuka dari dalam.

"Selamat datang tuan dan nona" ucap seorang pelayan saat mereka memasuki rumah besar itu. Jimin tak menanggapi sedangkan Seulgi tersenyum kepada pelayan tersebut.

"Kamu udah dateng" ucap tuan Park yang seketika muncul dari dalam rumah dengan tongkat kayunya.

Seulgi pun memberi bow sebagai tanda hormatnya. Lalu tersenyum manis seraya berkata "iya tuan"

"Tuan? Jangan panggil aku begitu, panggil aku ayah aja ya" titah Tuan Park sambil tersenyum ramah.

"Iya tu- eh maksud aku ayah" Seulgi memberikan senyum canggungnya.

"Jimin kenapa di pipi kamu ada memarnya?" tanya tuan Park terlihat khawatir dan ingin menyentuh memar itu tapi Jimin menghindarinya dengan cepat.

"Kepentok pintu. Aku mau ke kamar" ucap Jimin dingin lalu langsung meninggalkan mereka ke kamar.

Seulgi mengkerutkan alisnya, tidak sopan sekali dia, pikir Seulgi. Sedangkan tuan Park hanya menghela nafasnya.

"Seulgi, sekarang lebih baik kamu membersihkan tubuh dahulu" titah tuan Park.

Seulgi mengangguk pelan. Pelayan pun mengantarnya menuju kamar yang telah di siapkan untuknya. Bahkan pakaian Seulgi sudah di tertata rapih di lemari sekarang.

Seulgi lekas mandi, lalu ia memakai baju rumah yang biasa ia gunakan namun sekarang lebih rapih.

Tok tok

Seulgi membuka pintu kamarnya yang berbunyi itu, lalu melihat ada seorang perempuan berbaju pelayan berdiri di hadapannya.

"Tuan Park memanggilmu keruangannya nona" ucap pelayan itu.

Dan sekarang mereka berdua berjalan di rumah besar itu sampai menuju sebuah ruangan dengan pintu berwarna coklat sebagai jalan masuknya.

Sebelum masuk Seulgi merapihkan anak rambutnya dengan tangan, lalu mengetuk pintu itu dan perlahan membukanya seraya mengucap "permisi"

"Masuklah Seulgi, aku menunggumu"

Seulgi mengangguk lagi dan memasuki ruangan yang di dalamnya terdapat sebuah meja besar dan tiga kursi. Satu kursi di duduki tuan Park berada di belakang meja dan dua kursi lainnya yang ada di depan meja. Seulgi juga memperhatikan disana terdapat banyak berkas-berkas yang tersusun rapih di rak buku.

"Duduklah" ucap tuan Park

Seulgi segera menuruti perkataan tuan Park, dia tersenyum kikuk karna sedari tadi tuan Park terus melihat kearahnya dengan senyum bahagia.

Married With Enemy ✔Where stories live. Discover now