23

55.5K 12.9K 1.6K
                                    

CLOSED


"What the hell?" umpat Mark saat melihat toko milik keluarga Esther tutup.

Dengan curiga dia menaiki tangga menuju kamar Esther di rooftop, jangan-jangan Esther juga tidak ada. Pantas saja tadi di sekolah ia tidak melihat Esther sama sekali.

Benar saja, rooftop lengang. Tidak ada yang menjawab saat Mark menyerukan salam dan memanggil nama Esther. Tapi aneh ㅡkamar Esther tidak dikunci. Perkiraan sok tahu Mark mengatakan Esther dan keluarganya mungkin pergi buru-buru.
Tapi kenapa?

"Ah ㅡtelepon," akhirnya Mark mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Esther untuk melakukan panggilan.

Tidak ada jawaban.





Mark menghela nafas kesal.
Dalam hatinya bercampur rasa kesal, kecewa, dan penasaran. Untuk apa Esther mengundangnya kalau ternyata tidak ada siapa-siapa disini?

Tidak mungkin kan Mark disuruh jaga rumah?





"Wah!" terdengar seruan kaget perempuan di belakang Mark. "MALIIIIING! MALING YA??!"

Perempuan itu mungkin sudah sekitar 25 tahunan, mengejar Mark sambil mengacungkan gagang sapu yang dia pungut di lantai.
"Mau kemana, maling?"

"Bukan! Saya bukan maling!" sangkal Mark sambil menghindar.
Tapi... sepertinya Mark pernah melihat perempuan ini. Wajahnya tidak asing.

"Bohong! Pasti maling kㅡ"

"Eonni, jangan," panggil suara lemah yang memunculkan diri dari balik dinding ㅡChoi Esther. "Dia bukan maling, dia temenku."

Pantas saja wajahnya familiar, ternyata perempuan galak ini kakak Esther. Dia menurunkan gagang sapunya.
"Temen? Kamu punya temen?" tanyanya.

"Temen sekolah," ujar Esther sambil menatap Mark.

"Ah~" kakak Esther memandangi Mark dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Tapi... kayaknya mukanya kenal. Hm..."

Mark tercekat. Jangan-jangan kakak Esther mengenalinya sebagai Mark Lee NCT yang keren dan tampan dan berbakat dan...

"Aha! Kamu anak yang kerja sambilan jadi delivery jajangmyeon kan?" kata kakak Esther bersemangat. "Waaah~ dunia sempit."

"Eh? B- bukㅡ"

"Iya eonni, dia si jajangmyeon," potong Esther. "Dia mau nganter kembalian sekalian minjem buku."

"Oh," kata kakak Esther. "Ya udah. Aku ke bawah dulu, kamu istirahat ya."

Istirahat?

"Dan kamu," Mark berjengit karena tiba-tiba hidungnya ditunjuk. "Cepet pulang kalo udah nggak ada urusan. Oke?"

"I-iya," jawab Mark.





Akhirnya kakak Choi Esther menghilang menuruni tangga ke lantai bawah. Meninggalkan Mark yang menatap Esther penuh tanda tanya. Ia menunggu Esther berkata sesuatu, tapi semenit berlalu dan Esther masih bersandar di dinding tanpa berkata apa-apa.

"Jajangmyeon?" Mark akhirnya berbasa-basi. "Sejak kapan orang seganteng ini jadi delivery man jajangmyeon?"

"Harusnya kamu berterimakasih, daripada aku bilang kamu idol kan?" timpal Esther dengan suara yang terdengar lemah.

Hening karena Mark sekali lagi menunggu Esther memberi penjelasan. Tapi nihil lagi.

"Kamu dari mana?" tanya Mark akhirnya. "Kenapa tadi kakakmu bilang istirahat? Kamu sakit lagi?"

"Aku dari rumah sakit," jawab Esther lirih. "Maaf, harusnya aku batalin janji dulu sebelum kamu kesini."

Mark mendekat.
"Kamu sakit apa sih? Jangan bilang rahasia lagi, aku muak dengernya."

Kepala Esther tertunduk mendengar Mark.
"Oke, kalo kamu mau tau," ujarnya. "Aku nggak kasih tau kamu bukan karena sok mau main rahasia-rahasiaan. Bukan juga karena aku haus perhatian atau sengaja bikin kamu penasaran. Aku cuma nggak mau perlakuan kamu jadi beda."

"Beda gimana?"

"Hmm, giniㅡ bukan karena aku merasa kamu punya perasaan khusus ke aku. Ini berlaku ke semua orang, bukan cuma kamu."

"Okeㅡ oke, emang kamu sakit apa sih?" tanya Mark tidak sabar.

Esther menghela nafas dalam-dalam, lalu ia melepas sweater-nya. Setelah itu perlahan ia melepas kancing kemejanya yang ketat sampai leher.
Mark menelan ludah, dia bahkan terlalu penasaran sampai tidak sempat berpikir mesum seperti biasanya. Firasatnya mengatakan ini masalah serius, dilihat dari ekspresi Esther dan perkataannya tadi.

Akhirnya Esther berhenti setelah melepas kancing keempat. Mark melihat Esther mencabut benda yang selama ini membuatnya penasaran. Benda yang tadinya menempel di bagian atas dada Esther kini disordorkan ke hadapan Mark.

Mark menerima alat yang berbunyi pip pip pelan itu.
"Ini... apa?"

(Btw angkanya salah harusnya 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Btw angkanya salah harusnya 20.700.000, lagi rusuh jadi salah ;( )

Terpampang foto Esther, dan nama Choi Esther di bawahnya. Lalu ada angka yang terus berkurang nominalnya seperti stopwatch.





"Itu alat penghitung detak jantung," jawab Esther. "Angka yang tertulis itu sisa detak jantung yang aku punya."
.
.
.
.
.
ㅡtbc

Garing ya sorry agak gak konsen bikos aku neomu riweuh mau pindah ke hogwarts =__,=
Btw itu cuplikan gambar diambil dari manga tokidoki alias heartbeat, keren banget anjer kusuka :"
Yg mau baca juga dm aja tar aku kasih linknya yaaaw

Garing ya sorry agak gak konsen bikos aku neomu riweuh mau pindah ke hogwarts =__,=Btw itu cuplikan gambar diambil dari manga tokidoki alias heartbeat, keren banget anjer kusuka :"Yg mau baca juga dm aja tar aku kasih linknya yaaaw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Backup ; mark lee ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang