BAB II - Cannot Out

120 11 0
                                    

Kemilau cahaya gorden memasuki ruangan coklat muda. Seorang gadis dengan rambut berwarna hitam kemerahan meletakkan cairan ungu di gelas kaca berbentuk segitiga, gadis itu bicara assendiri sesekali menuangkan beberapa tetes air bening yang menyebabkan asap bergumpal tipis.

Tangannya dengan lincah mengaduk cairan itu, gadis itu menggunakan ranting kecil berwarna biru yang seukuran jari telunjuk orang dewasa. Ranting itu meruncing pada ujungnya dengan daun perak di salah satu cabangnya.

"Selesai juga, kuharap ramuan ini bisa membuatku lolos seleksi." dia berbalik lalu melihat ranjang putih di ruangannya. "Sekarang aku harus lapor pada Shia-sensei."

"KYOKO!"

*

"KYOKO!"

Aku berteriak dengan wajah panik, nafasku tersengal, keringat membanjiri tubuhku, detak jantungku beritme lebih cepat. Mimpi buruk macam apa itu?

Saat memasuki semak-semak dan melihat Kyoko berbalik. Dia tidak sama lagi seperti Kyoko yang kukenal, pakaian kasual nya yang rapi tidak tersisa sedikitpun. Ketika dia berbalik wajahnya juga amat berbeda, kepalanya terbelah dua hingga otaknya terlihat, bola matanya keluar dan menggantung liar hampir mencapai hidungnya, mulutnya robek tanpa bentuk, dan tubuhnya dipenuhi darah ... darah yang mengubah warna pakaian putihnya menjadi merah.

"Ukh!" aku menahan diriku, memeluk tubuhku yang gemetaran bukan main. Selalu saja begini, terlalu cepat trauma dengan sesuatu.

"Ah, kau sudah bangun?" seorang gadis muncul entah darimana, aku tidak mengenalnya bahkan pernah melihat wajahnya pun tidak. Gadis itu menghampiriku, dia memakai sarung tangan hijau, rambutnya agak kemerahan dengan jubah kebelakang berwarna putih. Di tangannya terdapat sebuah botol seperti parfum dengan warna ungu muda.

Kenapa ada orang yang tak dikenal di kamar-!

Ini bukan kamarku!

"Di mana ini!?"

"Jangan takut, kau berada di kabin miliku. Aku membawamu dari Hutan Ghfer karena kau pingsan di sana, tapi aku tak sempat menolong temanmu dari monster-"

"Jadi itu kenyataan!?" aku menahan nafas.

Gadis itu mengangguk dengan tatapan menyesal, "Sungguh disayangkan gerbang yang kau masuki di daerah sana. Bahkan kau beruntung aku menemukanmu sebelum monster itu mencabik-wajahmu sangat pucat, apa kau sakit?"

Aku tidak tahu dia bicara apa. Dia bertanya tentang sesuatu, tapi entahlah, otakku dipenuhi oleh kejadian yang kukira mimpi sebelumnya. Jadi itu adalah kenyataan? Atau jangan-jangan ini hanyalah mimpi bertingkat?

Kucubit lenganku sekerasnya untuk bangun. Tapi tidak, memang inilah kenyataannya. Kyoko yang berlumuran darah itu ...

"Ukh!"

"Kau benar-benar sakit! Sebentar, biar aku ambil ramuan penetralnya."

Gadis itu panik lalu melihat deretan dinding dengan botol-boto parfum tanpa merek. Mungkin itu parfum herbal?

"Ramuan ini akan menghilangkan rasa mual-mu," ucapnya menyerahkan salahsatu botol herbal berwarna biru muda.

Anehnya, dia menyebutnya dengan ramuan.

"Tenang saja, itu bukan racun, kau bisa minum tanpa khawatir. " dia bicara dengan nada rendah dan kembali menuju sebuah alat yang tidak kuketahui apa. Bentuknya seperti tabung di laboratorium kimia sekolahku, tapi tidak ada pipet atau cairan di sana.

Dengan ragu aku mendekatkannya dengan bibirku. Tidak ada bau apapun pada ramuan itu, sementara rasanya seperti air putih begitu kuputuskan untuk meneguknya.

The SorcheressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang