BAB VI - Library and Academy

66 13 2
                                    

Setelah melewati satu hari penuh sejak kedatanganku, kini aku berada di asrama pribadiku dengan sapu di tangan. Bukannya aku ingin menyapu karena ruanganku kotor melainkan ini adalah sapu terbang. Sayangnya aku belum bisa menggunakannya.

Shia-sensei memintaku untuk pergi ke perpustakaan umum. Sebenarnya, adalah tugasnya untuk menjelaskan berbagai hal tentang dunia ini. Tetapi karena pertempuran dengan Darken kemarin yang menyebabkan banyak siswa terluka, aku diminta belajar secara otodidak.

Dari luar jendela terlihat banyak orang yang terbang dengan sapunya. Sebagian ada yang memakai seragam hitam sama seperti Thermite, tetapi yang paling dominan terlihat adalah seragam abu-abu. Di lain pihak, seragam warna putih adalah yang paling jarang terlihat.

Aku tidak menggunakan salahsatunya dan tetap setia dengan pakaian yang kupakai kemarin.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu terdengar dari kamarku. Aneh, aku tidak kenal siapa pun sampai-sampai seseorang mau menemuiku..

TOK TOK TOK!

Suara itu semakin keras. Memangnya dia tidak bisa sabar!

"Sebentar!" bentakku sebal.

TOK! TOK!

Ya, Tuhan, siapa orang yang tidak sabaran itu?

Orang yang berdiri di sana saat pintu itu aku buka adalah orang yang paling tidak ingin kutemui seumur hidupku. Dia bertanya antara niat dan tidak niat. Dia bahkan tidak mau repot-repot untuk menatapku dan justru menguap karena mengantuk. "Ke perpustakan?"

Aku menggerutu di dalam hati, bagaimana mungkin dengan kondisinya yang begitu, dia berbicara dengan seseorang. Dan lagi, apa dunia ini memperbolehkan laki-laki dengan seenaknya keluar masuk asrama perempuan?

"Ya, nanti aku kesana."

"Nanti?" dia mengernyitkan dahinya, tapi ekspresinya masih datar. "Baik, akan kutunggu."

Tunggu?

Di saat itu juga, lelaki itu menarikku masuk dan menutup kamarku. Dia tidur di atas kasur dan membuatku tidak bisa berkata apapun lagi.

"H-Hei apa yang kau lakukan, ini kamarku!" teriakku panik.

Lelaki itu, maksudku Raze tidak menjawab apapun. Nafasnya menjadi lebih tenang dan wajahnya tidak menunjukkan ekspresi yang dominannya adalah datar. Dia sudah tidur, secepat itu!

Sekarang apa? Aku tidak mungkin meminta Shia-sensei untuk mengurusiku karena muridnya tak hanya aku. Lagipula dia sedang sibuk dengan para siswa yang sakit. Kalau aku harus meminta bantuan orang-orang di sekitar asramaku, jangan-jangan aku justru dituding melakukan sesuatu terhadap orang menyebalkan ini. Seperti memberi racun contohnya?

Dalam keadaan bingung itu aku mendapati suara pintu yang terketuk lagi. Panik tentu saja! Bagaimana aku menjelaskan tentang Raze yang sedang tidur di kamarku, tidak mungkin aku bilang Raze bisa masuk dengan memaksa sedangkan Raze tidak tahu dominan sihir untuk membuka pintuku.

"Atha?" dari luar suara terdengar, aku menghela nafas lega setelah mendengar suara familier itu. "Aku tahu seharusnya ini dilarang, tapi boleh aku masuk?"

"Sebentar, setidaknya kau butuh persiapan untuk melihat ini." melihat Raze yang tidur di tempatku saat ini.

"Melihat—apa?"

"Kau akan segera tahu."

Aku membuka pintu, lalu menarik tangan laki-laki yang jauh lebih tinggi dariku. Ingat tentang teman sekolah menengah pertamaku? Entah bagaimana dia hari ini mengunjungiku.

The SorcheressWhere stories live. Discover now