BAB IV - Atha's Magic Skill

94 12 0
                                    

"Selamat datang, Atha!"

Aku melihat seorang lelaki dengan rambut pirang bergelombangnya. Di bagian kanan rambutnya ada jepit lidi menggantung, seperti anak boyband. Tapi entah kenapa wajahnya tidak asing.

Tunggu dulu, rambut pirang, wajah menyebalkan yang sok keren, senyuman seperti orang gila.

"Krypton?!"

Dia menampilkan senyumnya yang memesona, yang akan menjebak perempuan manapun, kecualikan aku.

"Hai, Atha, sepertinya kau juga terjebak?" ujar Krypton dengan nada biasa. Krypton seakan cuek saat mengatakan terjebak.

Ternyata benar dia!

"Bukannya mereka bilang kau pergi ke luar negeri untuk persiapan konser?"

Sejauh isu yang kudengar Krypton akan muncul kembali setelah persiapan konsernya. Walau sudah berjalan cukup lama, mengherankan memang acaranya diundur-undur dengan berbagai alasan, dan ternyata...

"Selama setahun? Wow, mereka sangat baik menyembunyikannya." dia terkekeh geli.

Krypton adalah teman sekelasku dua tahun lalu, menurutku dia orang yang aneh. Seumur hidup aku tidak pernah berpikiran untuk dekat dengannya. Krypton bekerja di bidang industri sejak kecil. Orangtuanya sudah meninggal dan hidup sendirian, sekalipun dibilang akrab, hubungan kami hanya teman sekelas yang kebetulan sering satu kelompok.

"Aku rindu dunia sana, walaupun di sini lebih baik. Dan aku tidak perlu dikekang siapapun." ujarnya dengan lirih.

Aku tertegun entah ingin bicara apa.

"Jahat memang, tapi aku senang bisa menghilang dari sana."

Wajah yang menurut perempuan lain 'tampan' itu menyunggingkan senyum tipis penuh lukanya. Krypton memainkan kunci yang dipegangnya, jubahnya berwarna hitam sama seperti milik Thermite. Dia kehabisan kata untuk menjelaskan maksud ucapannya, dan aku tidak punya hak untuk bertanya macam-macam.

Ditambah, aku paling benci reuni yang mengenang masa lalu, entah kenapa aku benci. Padahal masa lalu adalah bagian dari masa depan ibarat sebuah kunci yang membentuk dirimu sekarang.

"Kau bolos sekolah?" tanyaku mengalihkankan pembicaraan. Krypton berhenti menunduk dan memandangiku sambil tersenyum, "Selalu tepat sasaran," ungkapnya, "Sama seperti Atha yang biasanya."

Seperti biasanya, aku hanya mengatakan yang kupikirkan jadi itu bukanlah pujian bagiku. Lagipula kami akrab secara pasif dan bukan aktif, maksudnya kami sering bertemu di tempat-tempat tidak wajar. Contohnya saat pelajaran olahraga, aku sempat sakit jadi tidur di UKS dan dia sudah lebih dulu di sana bermain game ponsel. Lalu di salah satu kedai, dia membuat semua harga kopi mahal hanya karena dia yang melayani.

"Aku bisa membuat diriku menjadi transparan. Kalau kau, Atha?"

Krypton menghilangkan dirinya lalu muncul kembali di depanku. Ini lebih tidak masuk akal lagi, terutama seorang Krypton yang memilikinya. Maksudku ... kenapa dia?

"Aku baru datang hari ini, jadi aku belum tahu."

"Oh begitu, lalu Shia-sensei ada di mana?" Krypton mengernyitkan dahinya.

"Di kamar Raze." singkatku.

Krypton terpaku di tempat, seakan-akan ucapanku barusan adalah bom waktu yang siap meledak kurang dari dua detik "Raze membuat ulah lagi?" tanyanya terkejut seolah mereka saling kenal.

"Dia membawaku ke asramanya."

Pada detik selanjutnya Krypton tersedak, "Kau?"

"Aku."

The SorcheressWhere stories live. Discover now