Part 9

10.7K 710 71
                                    

Nggak selamanya penampilan dan kelakuan itu sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak selamanya penampilan dan kelakuan itu sama. Percuma terlihat baik didepan kalau dibelakang suka mainin perasaan cewek.

---Part 9---

Koridor kelas sepi, hanya terdengar suara guru yang sedang menjelaskan. Seperti murid XII. IPA 2 yang tengah sibuk memperhatikan Bu Safira di depan; menjelaskan rumus-rumus Fisika yang tidak dimengerti oleh beberapa anak. Sesekali mereka mendengkus sembari melirik jam yang terpajang di dinding kelas.

Sepuluh menit lagi bel pulang berbunyi, tapi terasa lama sekali. Berbagai macam kegiatan mereka lakukan, seperti: mengetukkan jari ke meja, menggigiti ujung pulpen, dan mencoret-coret bagian belakang buku.

"Baiklah, sekarang kalian boleh mencatat," ujar Bu Safira, setelah menyelesaikan kegiatan menulisnya di papan tulis. Mulutnya juga sudah pegal karena sedari tadi tak henti mengoceh; memberi penjelasan kepada murid-murid kesayangannya.

Semua anak mengangguk patuh. Menghela napas sambil mencatat dengan kecepatan super. Takut kalau catatan belum selesai, sedangkan bel pulang sudah berbunyi duluan. Guru perempuan yang berusia 27 tahun itu duduk dibangkunya. Melihat ponselnya, siapa tahu ada  info dari grup sekolah.

Kring....

Mendengar suara yang begitu nyaring dari ruang guru, semua anak tersenyum sumringah. Bu Safira mengangkat kepalanya. "Silakan simpan bukunya. Kalau belum selesai mencatat, tolong difoto. Pelajaran selanjutnya akan saya cek," ujar Bu Shavira, mendapat anggukan dari setiap anak-anak IPA 2.

"Pelajaran cukup sampai disini. Silakan pulang," ucap Bu Safira, kemudian pergi meninggalkan kelas. Beberapa anak yang sudah menyimpan seluruh peralatan sekolah kedalam tas sudah duluan keluar. Ada yang masih menyisir rambut, memakai bedak, dan sibuk bercerita.

Zahra mengambil ponselnya dalam saku, bermaksud menguhubungi kakaknya.

Aa Aldo 👹

Aa?
Bisa jemput Ara?

Zahra menghela napasnya. Pesannya belum dibalas oleh kakaknya. Cewek itu keluar kelas bersama teman-temannya yang lain. Rani, cewek itu masih di ruang teater sejak jam ishoma. Katanya, sih, mau persiapan untuk lomba. Karena tidak mau mendapat banyak tatapan juga pertanyaan, Zahra memilih duduk di pos satpam. Kalau di halte, dia tidak yakin akan nyaman di sana lama-lama.

"Lho, kenapa nunggu disini, Mbak?" Zahra menoleh, mendapati Pak Bambang---satpam sekolah---yang berdiri di dekatnya.

Pak Bambang ini punya panggilan sendiri untuk siswa-siswi SMA Bintang, yaitu mas-mbak. Karena dia orang Jawa, jadi loga bicaranya pun khas banget.

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang