Kamu ke JannaNya sama siapa?

528 27 0
                                    

"Apa yang bisa menjaminnya?"

"Kamu. Kamu bisa menjadi jaminan. asal kamu, aku gak punya alasan buat kamu bersedih hanya karna merindu."

Aku melepas pelukannya lalu tersenyum. "Ayolah jangan bersedih dengan sesuatu yang belum pasti," ucapnya. "Ayo kita jalan lagi." Dia mengulurkan tangannya.

"Kemana?" Kutanya sambil meraih uluran tangannya. "Buat kamu senang," jawabnya. "Kita makan bakso yuk? Disana," ajaknya sambil menunjuk pedagan kaki lima yang berada di trotoar yang jaraknya beberapa meter dari kami.

Aku mengangguk dengan senyumku. "Ayo," sahutku. Kita hanya jalan kaki menuju gerobak bakso itu, motornya tinggal di pinggir jembatang tadi.

Aku berjalan sambil menyandarkan kepalaku dibahunya terasa nyaman, saat sampai ditempat tujuan aku mengangkat kepalaku dari bahunya lalu duduk dikursi yang ia tarikkan untukku. "Silahkan duduk nona," ucapnya sambil tersenyum membuat senyumannya itu seakan tertular padaku. "Makasih tuan," jawabku.

"Mas, baksonya dua porsi yah?" Pintanya pada tukang bakso.

"Hmm Ra?" Panggilnya membuatku menoleh dari ponselku dan langsung menyimpang ponselku ditas. "Yah? Sorry balas chat teman hehe," sahutku, entah kenapa aku sepertinya harus menanyakan apa yang sedang kulakukan diponsel itu, meski ia tak meminta.

"Kirain kamu gak punya teman," ucapnya diakhiri tawa ringan. "Punya kok," jawabku. Memang aku jarang terlihat bersama teman-temanku, tapi aku juga punya teman berbagiku meski aku hanya terkadang sebagai pendengar. Aku tak pernah berbagai kisahku dengan temanku.

"Aku liat kamu gak mudah bergaul," katanya lagi. "Ih kamu merhatiin aku yah?' Aku menyipit sambil menunjuknya. "Itu telunjuk diturunin gak? Atau aku gigit?" Ancamnya.

"Ahh mas, jangan telunjuk pacarnya lah digigit. Ini baksonya udah datang." Tukan baksonya datang membawakan dua porsi untuk kami.

"Ra?" Panggilnya lagi sambil mengaduk-aduk baksonya.

"Hm?" Sahutku juga sedang mengaduk baksoku. "Anggap ini kita makan dipinggir jalan yah," ucapnya membuatku mengerut lalu tertawa ringan. "Hehe emang dipinggir jalan kok," kataku.

"Ya udah, anggap aja kita lagi makan bakso," ucapnya lagi. Akh kurasa ini bentuk leluconnya membuatku senang, oke! Aku akan mengikuti alurnya.

"Oke, kamu anggap aja sedang makan bersamaku," ujarku membuatnya melirikku. "Kita gak makan bersama," katanya.

"Emang kagak, kan aku bilang anggap aja."

"Aku gak mau cuman nganggap, tapi mau wujutin." Dia menggigit baksonya lalu menyodorkannya padaku, aku menatapnya. "Makan," suruhnya, aku langsung memasukkan potongan bakso itu kemulutku. "Nah gini nih yang namanya makan bersama, satu bakso tadi dimakan bersama kan?'

"Iya in aja deh," sahutku.

"Kamu tau gak Ra?" Tanyanya.

"Kagak."

"Mau tau?"

"Kagak."

"Kenapa gak mau?"

"Kagak."

"Cinta aku?"

"Kagak."

"He?"

"Kagak mungkin kagak hahaha." Aku membekap mulutku menahan tawa, dia mendengus ditempatnya. Akh giliran aku yang ingin bertanya. Hmmm tapi bertanya apa yah?

"Kenapa ngelamun?" Akhhh dia mendahuluiku. "Karna kamu," jawabku.

"Kenapa aku?"

"Karna kamu."

Tentang dia (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant