Apa benar itu dia?

629 30 0
                                    

Tak terasa hari-hariku di asrama akan segera berlalu, tinggal menghitung hari lagi wisudaku akan tiba. Semua ujian sudah aku lalui dengan baik, sekarang aku sedang memperbaiki barang-barangku. "Meira, kamu tidak ingin menunggu wisudanya?" Tanya Kinar teman dekatku di asrama. Aku menoleh padanya lalu menjawab, "gak tau juga Nar, soalnya aku juga udah rindu rumah."

"Tunggu sebentar napa Mei." Kinar mendekat kearahku. "Aku sudah menelpon supirku kemarin agar menjemputku besok, soal wisuda menurutku itu tidak terlalu penting," tuturku memasukkan semua barang-barangku dikoper.

"Aku akan sangat merindukanmu Meira." Kinar tiba-tiba memelukku dari belakang, aku tersenyum lalu memegan tangannya. "Aku juga sepertinya akan merindukanmu Nar," ujarku.

Kinar memang teman terdekatku begitu pula dengan dia akulah teman terdekatnya, sejak pertama masuk asrama dia yang pertama kali aku kenali. Aku kenal dengannya lewat bu Norma yang merupakan tantenya, kami cuman tinggal berdua dalam satu kamar itulah sebabnya kami selalu bersama.

Setelah menyelesaikan pekerjaanku, membereskan semua barang-barangku Kinar mengajakku untuk shalat duha. Semenjak tinggal di asrama tidak hanya kewajibanku yang aku laksanakan, berkat dorongan orang-orang asrama aku juga sering melaksanakan sunnah-sunnah seperti shalat duha dan tahajud. Entahlah aku lebih religius tinggal di asrama, aku juga sudah bisa dibilang mandiri. Makanan sesekali aku yang menyiapkan, aku sudah bisa masak sendiri. Andai saja bunda masih ada, pasti dia sangat bahagia melihatku sudah bisa masak sendiri dan mencuci pakaianku sendiri.

Tentangnya, aku masih terkadang memikirkannya. Ahhh ralat, bahkan setiap saat malah. Aku selalu berdoa pada Tuhan jika memang dia yang ditakdirkan untukku kumohon agar kami bertemu lagi dan bersatu dalam ikatan suci, aku sadar memang hubungan kami dulu tidaklah baik, tapi dalam pandangan orang-orang awam seperti aku dulu mungkinlah masih dalam tahap wajar, tapi semenjak di asrama aku kepikiran akan hal ini yang membuatku heran juga, dia pernah mengimaniku di rumah sakit waktu itu? Kurasa dia juga paham tentang agama, tapi aku pernah mendengar ceramah kalau yang bukan mahrom tidak boleh berduaan meskipun dalam keadaan shalat. Tapi, mungkin saja ia belum paham akan hal itu, seperti aku dulu kan? Ck. Menerka-nerkanya membuat kepalaku kembali berdenyut.

Tentang sakit dikepalaku ini, aku tidak tahu penyakit apa yang aku derita. Bu Norma sering memberiku obat katanya dari si mbok dan pernah suatu hari saat liburan aku pulang di rumah dan simbok menemaniku ke dokter untuk periksa, kata dokter penyakitku sudah membaik. Itu saja yang ia katakan, aku tidak tahu penyakit apa yang ia maksud. Aku juga tidak menanyakannya, karena setiap aku menanyakannya pastilah simbok mengalihkan pembicaraan.

Tentang bayang-bayang suram yang sering muncul dibenakku perlahan-lahan sudah mulai jelas, bahkan sudah bukan bayangan lagi tapi sepotong-potong ingatan sudah muncul dipikiranku.

Ingatan-ingatan yang muncul dikepalaku bukannya malah membantuku untuk mengingat semuanya, malah membuatku makin penasaran dibuatnya. Ada ingatanku tentang dia yang pernah kutemui sebelum di danau waktu itu. Tapi kapan? Aku hanya mengingatnya pernah bertemu sebelum di danau itu dan seingatku kami sangat dekat? Akhh belum sempat kukumpulkan semua ingatanku kepalaku kembali berdenyut.

Memang sudah semakin jelas, tapi  semakin membuatku penasaran juga. Saat aku liburan semester  satu dulu aku sempat mencari rumah yang pernah diceritakannya padaku, tapi aku tidak berhasil menemukannya. Bagaimana bisa? Memegan satu petunjuk pun tidak ada lalu aku berkunjung lagi dikost-annya, tapi laki-laki yang pernah kutemui waktu itu juga sudah tidak ada.

Akhh aku benar-benar pusing dengan semuanya, aku harus belajar mengikhlaskannya. Tentang menunggunya di danau, hmm aku tidak pernah melakukannya. Mengunjungi danau jika liburan rasanya aku terlalu sibuk.

***

"Meira!" Teriak Kinar sambil memasuki kamar. "Kamu belum siap-siap? Barusan Ammah tanya kalo supir kamu udah nungguin dibawa." Ammah merupakan orang yang dituakan di asrama, yang mengawasi aktivitas kita para santri.

Tentang dia (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora