PART 8

7.8K 398 4
                                    

1 tahun yang lalu...

Klek... Suara lampu yang menyala membuat satu ruangan itu terang dan ada seorang pemuda berjalan sambil terpincang-pincang.

"Dari mana aja kamu" pekik seorang pria paruh baya dari arah ruang tamu

"P-papa"

"Dasar anak ngak tau diri udah di tampung disini masih aja ngak tau diri. Harusnya saya udah buang kamu dari dulu, kamu sadar ngak sekarang jam berapa?" tanya pria paruh baya itu pada sang anak yang sekarang sedang menunduk ketakutan"

"Ma-maaf pa" ucap sang anak yang semakin menunduk ketakutan.

"Kamu itu harusnya sadar diri selama kamu masih tingal di rumah ini seharusnya kamu harus berguna, liat sekarang jam berapa" ucap sang ayah sambil menjambak rambut sang anak.

"Argh s-sakit pa" ucah anak itu lirih sambil memegangi kepalanya berusaha setidaknya menghalau rasa sakit yang diberikan sang ayah pada kepalanya. Namun rupanya sang ayah tidak perduli.

"Ingat Benua selama kamu masih disini jangan pernah melawan saya. Dari mana kamu?" ucap sang ayah pada Benua. Ya anak itu Benua dan sang ayah pastilah Brama.

"Ak-aku habis dari cafe pa" jawab Benua takut.

"Ngapain dari cafe, kamu mau lari dari tugas kamu?" intimidasi dari Brama semakin membuat Benua takut.

"Aku kerja disana pa" satu ucapan kalimat yang mampu membuat Brama semakin murka.

"Apa!! Kerja, kamu kerja disana. Dan kamu melupakan tugas kamu disini, benar-benar kamu" ucap Brama yang mulai kalap menarik Benua dari arah ruang tamu menuju ke arah kamar mandi atas.

Brama menyeret saja Benua tanpa melihat bagaimana kondisi dari Benua. Dan Benua pun hanya bisa pasrah, kakinya pun seperti mati rasa akibat cara berjalan yang di paksakan.

Setibanya dikamar mandi atas Brama mendorong Benua hingga menabrak dinding kamar mandi yang dingin. Brama mulai melepaskan baju yang di pakai Benua mulai menyalakan air dan menyiram Benua dengan air yang dingin.

Benua yang menerima itu hanya bisa pasrah tubuhnya benar-benar lemas kali ini. Sedari tadi siang Benua belum sempat makan dikarena kondisi kafe tempat berkerja sedang ramai, di tambah hawa dingin malam ini rasanya dia ingin pingsan, tapi apa daya jika dia pingsan maka sang ayah pasti akan semakin kalap untuk menyiksanya sehingga mau tidak mau Benua harus mempertahankan kesadarannya.

"Anak kaya kamu gini pantas mendapat hal seperti ini." ucap Brama sambil menyiksa Benua dengan menyiram air dingin pada Benua.

"Ampun.. Pa ampun... Maafin Benua" ucap Benua lirih.

Brama yang melihat hal itu bukannya berhenti tapi semakin parah menyiksa Benua hingga dirasa cukup Brama pun meningalkan Benua yang berada dalam kamar mandi dengan mengigil kedinginan. Lagi lagi malam ini Benua kembali harus ditemani oleh hening dan sunyinya malam ,walau sudah terbiasa tapi masih saja ada perasaan sakit setiap kali mengingat hal itu.

"Kenapa papa benci banget sama aku pa, apa salah Benua? Sampe papa benci sama aku" ucap Benua lirih disertai isakan-isakan kecil dari arah kamar mandi. Biarkan kali ini Benua menangis menumpahkan seluruh air matanya berharap hari esok dia akan bahagia.

.
.

"Ngakkkk....." teriak Benua terbangun dari mimpi buruknya.

"Yaampun kenapa mimpi tadi terasa nyata?" tanya Benua dalam hati.

Tok...tok...

Terdengar suara pintu yang terketuk dari arah luar.

"Siapa?"

"Ben.. Ini papa, kamu belum tidur? Boleh papa masuk?" ucap Brama yang ternyata mengetuk pintu.

"Boleh, masuk aja pa" ucap Benua mengijinkan Brama masuk.

Clek... Suara pintu terbuka menandakan bahwa Bram telah masuk kekamar Benua.

"Boleh papa duduk disini Ben?" ijin Brama untuk duduk di kasur sebelah Benua.

"Duduk aja gak papa" jawab Benua rada cangung, mungkin akibat mimpi yang dia alami barusan dan kurang dekat ia dengan sang ayah lantaran Brama akhir-akhir ini sering pulang malam saat Benua sudah tertidur dan tak sempat sarapan pagi bersama.

"Makasih, kamu kok belom tidur Ben?" tanya Brama memecahkan kecangungan antara dia dan Benua.

"Tadi udah tidur tapi kebangun." jawab Benua jujur toh dia benar-benar terbangun karena mimpi buruknya.

"Kamu mimpi buruk ya?" tanya Brama lagi.

Sebetulnya Brama sudah tau bahwa anaknya itu bermimpi buruk dilihat dari keringat yang sebiji jagung mengingat kamar Benua cukup dingin untuk ukuran AC nya tidak mungkin kan kepanasan. Dan yang paling penting adalah teriakan Benua dari arah luar yang mampu menarik perhatian Brama untuk kesini.

"Iya"

"Boleh papa tau kamu mimpi apa?" tanya Brama kembali ke Benua.

"Emmm, tadi Benua mimpi di mimpi Benua ada papa" jawab Benua.

"Ada papa? Emang papa kenapa?" tanya Brama penasaran.

"Di mimpi itu Benua pulang malam tapi papa marah sama Benua terus papa menyeret Benua ke kamar mandi di atas dan waktunya itu tengah malam di sana pokoknya papa jahat" jawab Benua menceritakan mimpinya.

Brama yang mendengarkannya tersentak kaget karena itu memang terjadi satu tahun yang lalu.

"Intinya di mimpi itu papa benci punya anak kaya Benua. Dan mimpi itu terasa beneran" ungkap Benua kembali.

"Mimpi kan cuma bunga tidur, dan yang pasti papa itu sayang sama Benua" ucap Brama berbohong. Biarlah kenangan masa lalu itu tinggal kenangan dan menghilang dengan ingatan Benua. Bilang saja Brama pengecut tapi itu kenyataannya Brama takut bahwa ketika Benua mengingat kembali Benua membencinya.

"Tapi pa, mimpi itu terasanya kaya Benua pernah ngerasa ngalamin hal itu. Juga berapa hari ini ada bayangan-bayangan orang yang kesakitan di pikiran Benua. Semua itu siapa pa? Apa itu masa lalu Benua" tanya Benua langsung karena dia merasa sudah cukup untuk menyimpan sendiri. Dia butuh seseorang yang menceritakan masalah lalunya bukan menutupinya.

Pertanyaan yang Benua tanya kepada Brama membuat Brama kaget. Bagaimana dia harus menjawab? Bagaimana jika Benua akhirnya il. mengingat semua? Cepat atau lambat Benua pasti mengingat semua dan hal itu yang Brama takutkan Benua akan meningalkan mereka semua ketika semua orang mulai menyanyi Benua.

"Pa... Papa kok ngelamun? Emang siapa orang-orang dalam bayangan itu" tanya Benua menyadarkan Brama kembali.

"Emm papa ngak tau siapa. Udah sekarang kamu istirahat lagi jangan capek-capek kan kata dokter kamu ngak boleh capek-capek ini udah malem juga. Besok kita bahas ini lagi ya, oiya kalau kepala kamu pusing langsung kasih tau papa ya jangan di pendam" ucap Brama mengakhiri pembicaraan dengan Benua.

"Iya pa"

"Ya udah kamu tidur gih udah malem. Besok kan harus sekolah. Dan yang harus kamu tanamkan yaitu papa sayang sama kamu dan Galaxy kalian anak-anak papa" ucap Brama pada Benua sambil memandang lekat mata hitam dan terlihat sayu milik anak sulungnya itu.

"Iya pa Benua tau kok papa sayang sama Benua." balas Benua sambil tersenyum pada Brama.

Brama yang melihat senyum itu semakin menyesal karena dia sudah pernah menyakiti sang anak. menghilangkan senyum indah anak itu dulu dan membuat air mata pada sang anak. Dan sekarang yang Brama harus lakukan adalah memperbaiki semuanya walaupun terlambat. Setidaknya dia masih memiliki kesempatan untuk membahagiakan putra yang ia sia-siakan Benua.

.
.

TBC

Hii revisi part 8 up. Semoga suka part ini ngak banyak dirubah karena part ini memang udah segini porsinya makasih buat yang udah baca,vote dan komen

Bye
Publish
27-12-2017
Revisi
04-06-2018
Chelle

ONE DAY (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant