30%

274 29 0
                                    

"kenapa kau bersikap seolah-olah kau adalah 'Malaikat Pelindung'ku?"

Nafas Jeon Wonwoo Tercekat. Pertanyaan Jennie terlontar lagi dari mulutnya.

Tangan Wonwoo masih setia mengenggam erat pergelangan tangan Jennie.

Mata mereka berdua bertemu, saling menatap dan mencari jalan keluar untuk pertanyaan mereka masing-masing.

Genangan airmata terlihat di mata lentik Jennie.
"appo" lirih Jennie hampir terdengar seperti bisikan. Sontak Wonwoo melepas genggamannya dan meninggalkan warna merah.

"mianhae"

Jennie mengusap-usap pergelangan tangannya. Tapi, tatapan tajam matanya masih mengarah ke laki-laki jangkung di depannya.

Wonwoo menghembuskan nafasnya kasar lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodienya.

Ya, sekarang adalah musim panas, dan Wonwoo menggunakan hoodie,

di pantai.

"eomma-mu mencarimu, aku punya firasat ada sesuatu yang terjadi"

Jennie mengerutkan dahinya, ia berfikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya pelan.

"arraseo"

"terlalu lama jika kau menunggu taxi, denganku saja" ucap Wonwoo masih berdiri tegap di posisinya. Ia tak berani lagi berbuat semena-mena dengan tubuh "si lemah"nya ini.

"aniya, aku akan menunggu taksi saja" Jennie menoleh kanan-kiri memperhatikan jalanan.

Wonwoo yang melihat itu melipat tangannya lalu memutarkan bola matanya.

"sampai kapan kau mau menunggu, eoh?" ucap Wonwoo kesal.

"diam!" bentak Jennie.

Merasa dirinya tidak dihargai, Wonwoo menggerutu pelan lalu muncullah ide nakal di kepala Wonwoo.

Laki-laki itu menarik tangan Jennie tiba-tiba membuat Jennie membelalakan mata sipitnya.

Posisi mereka sekarang seperti orang sedang berdansa. Tangan kekar Wonwoo melingkar penuh di pinggang ramping Jennie, dan tangan Jennie berhasil mendarat di pundak lebar Wonwoo.

"pergilah bersamaku, Tuan Putriku"

Jennie membulatkan matanya, mulutnya sudah siap mengeluarkan kata-kata kasar. Tapi, Wonwoo malah menampilkan senyuman nakalnya.

*******

Hanya dengan sekali pejaman mata, mereka berdua sudah sampai di gerbang depan rumah Jennie.

Masih dengan posisi mereka, Jennie melepaskan genggaman tangannya dan memberi jarak dengan laki-laki dingin itu.

Jennie sudah mengepalkan tangannya siap memukul dada bidang Wonwoo.

"Ya! Kau! Byuntae!"

Wonwoo hanya melindungi tubuhnya.

"tolong...tolong jangan ambil semuanya" isakan orang paruh baya terdengar dari dalam rumah Jennie.

Wonwoo dan Jennie serempak menoleh ke sumber suara.

Eommanya terlihat bersimpuh di bawah kaki seorang pria menggunakan setelan jas lengkap dan membawa temannya dengan berpakaian seperti preman.

Tangisan eommanya semakin menjadi-jadi saat para preman itu mulai mengeluarkan barang-barangnya menuju mobil box.

"eomma!" Jennie berlari memeluk eommanya yang sudah menangis tersedu-sedu.

"apa yang terjadi?" airmata Jennie berhasil turun di pipi mulusnya.

"appamu...appamu mempertaruhkan sertifikat rumah dan tanah kepada rentenir"
eommanya menarik nafas lalu melanjutkan ucapannya.

"untuk ia berjudi dengan mereka" isakan eomma Jennie semakin menjadi-jadi. Terdengar seperti meronta-ronta.

Eommanya sekarang hanya bekerja sebagai penjual sayur di pasar, penghasilannya pun tidak seberapa.

Melihat eommanya menangis seperti itu, Jennie ikut terisak kecil.

"eomma..eomma tenanglah, masih ada aku disini"

Wonwoo yang melihat pemandangan itu tanpa ia sadari meneteskan air matanya. Laki-laki itu merasakan sesak di dadanya.

Telinganya mendengung karena isakan Jennie semakin keras.

"kau....kau adalah harta paling berharga yang kumiliki sekarang, Kim Jennie" eomma Jennie mengelus pipi mulus anaknya. Gadis itu hanya menganggukan kepalanya, menggenggam tangan eommanya.

Barang-barang Jennie sudah hilang semua, rumahnya kosong hanya tersisa kerdus-kerdus berisi barang pribadi Jennie dan eommanya.

Sudah hampir 1 jam para rentenir dan premannya pergi dari rumahnya.

Bukan. Bukan lagi rumahnya Jennie.

Jennie dan eommanya saling memeluk dan mengucapkan kata-kata penenang.

Wonwoo berdiri di depan gerbang.
Ia tak tahu apa yang harus dilakukan.

Laki-laki itu mendekatkan tubuhnya ke kedua wanita yang sedang bersedih itu.

Tak sengaja Wonwoo menguping pembicaraan Eomma Jennie.

"dulu, Appamu adalah seorang pengusaha sukses di Seoul, kami bertemu di taman saat Appamu sedang merefreshingkan otaknya"

Eomma Jennie menatap kosong ke depan. Jennie mengelus punggung tangan Eommanya pertanda ia mendengarkan ucapan orang yang paling ia cintai.

"kami menjalani hubungan selama 3 tahun sebelum kami memutuskan untuk menikah dan hidup sederhana"

"Appamu meninggalkan semua hartanya dan mendonasikannya ke panti asuhan dan orang tidak mampu, dan hanya menyisakan rumah ini."

Eomma Jennie menghembuskan nafasnya pelan.

"tapi ternyata, Appamu yang dari dulu sudah hidup bergelimpah harta, menjadi susah saat harus hidup serba sederhana seperti ini. Ia mulai berjudi dan mempertaruhkan semua sisa harta yang ia miliki. Appamu menjadi seorang pecandu alkohol dan obat-obatan"

Tangisan eomma Jennie mulai mengisi di tengah-tengah ceritanya.

"saat Appamu meninggalkan eomma untuk selamanya, saat itulah eomma tahu bahwa ada bidadari kecil sedang tumbuh di rahim eomma"

Eomma Jennie mengelus pipi semata wayangnya. Jennie meneteskan air mata.

"kau..kau sangat berharga bagiku, anakku" mereka berdua menangis dalam diam dan saling memeluk.

"nde, eomma. Maafkan aku"

*******

Otak buntu guysss hahaha.

Hampir tembus 800 kata woahh...

Don't forget to vote and comment❤❤










Wonwoo cute wallpaper by me😄

Follow twitter aku juga boleh @touchdemoon

Thxx


OH MY FAIRYWhere stories live. Discover now