The Day

496 42 3
                                    

"kalau yang ini bagaimana, Changi-ya?"

"kalau yang ini?"

"bagaimana kalau warna putih?"

Semua pertanyaan yang di lontarkan Mingyu -calon suami Jennie-
Tidak dihiraukan oleh Jennie.

Mereka sekarang berada di sebuah toko emas, sedang memilih cincin pernikahan mereka.

Jennie sibuk melihat ke arah pintu kaca dan menengok kanan kiri.

Entah apa yang sedang di cari Jennie, sepertinya gadis itu sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Mingyu menghela nafasnya, dan berjalan mendekat ke arah Jennie yang sedang menatap keluar toko.

"Apa yang kau pikirkan, Jennie?"

Suara bariton Mingyu mengagetkan gadis itu, ia berusaha bersikap biasa saja.

"ti-tidak ada, Mingyu" gadis itu menunduk dan menggigit jari kukunya. Sangat terlihat kalau ia sedang menutupi sesuatu.

Mingyu meremas pundak Jennie, memaksa pandangan mereka bertemu.

Mingyu tak melihat cahaya kebahagiaan dari mata Jennie. Hanya kesedihan dan kekhawatiran yang malah terlihat jelas.

"Maafkan aku" lirih Jennie.

"untuk?"

"karena sudah mengabaikanmu"

Jennie menutup matanya dan menunduk.

Mingyu tersenyum tulus. Betapa bahagianya dia memiliki calon istri seperti Jennie.

Baik hati, cantik, dan juga penurut.

Ia mengusap puncak kepala Jennie lalu mengecupnya pelan.

"Kau pasti sangat khawatir karena pernikahan kita, aku bisa menunda memilih cincin pernikahan untuk hari ini"

Jennie mendongak kaget.

"a-aniya, jangan seperti itu. Ayo, kita selesaikan hari ini"

Jennie menarik tangan Mingyu ke arah etalase yang menampilkan puluhan model cincin pernikahan yang dibalas dengan senyuman lebar Mingyu.

"aku membencimu, Jeon Wonwoo"

Batin Jennie.

*********

"aku pulang"

Jennie melangkah kerumah megah milik Jeon Wonwoo, yang sempat menjadi rumahnya beberapa waktu lalu.

Hening.

Tidak ada jawaban. Hawa dingin menyambut indra perasa Jennie.

Gadis itu mengerutkan dahinya. Melangkahkan kakinya masuk lebih dalam.

Mencari sosok yang ia cari, sosok yang menjadi alasannya datang kemari.

"Wonwoo-sshi" ucap gadis itu sedikit berteriak. Berharap sang empu nama menjawabnya.

3 detik, 5 detik, 10 detik. Tidak ada jawaban.

Ia memutuskan untuk naik ke kamar Wonwoo.

Wajah khawatirnta terukir jelas saat melihat kamar Wonwoo bersih dan rapi.

Buku-buku dengan sampul tua masih tersisip rapi di raknya.

Kasur dengan warna bedcover dominan putih terlihat bersih dan juga mulus.

Tanpa melangkah lebih dalam, ia berlari kecil ke arah balkon.

Nihil, Jeon Wonwoo menghilang.

OH MY FAIRYWhere stories live. Discover now