t.welve

1.8K 267 35
                                    

Kaki jenjangnya mulai menyusuri koridor rumah sakit yang sepi. Terlihat di wajahnya terdapat banyak luka memar saat ini. Saat tiba di depan salah satu pintu ia pun berhenti.

Tangannya terulur untuk memutar kenop pintu namun tiba tiba, tangannya terasa lemah untuk sekedar memutarnya. Otaknya terus berfikir, masih pantas kah dia untuk datang kesini begitu saja ?.

Setelah membulatkan tekatnya dengan kuat, perlahan dia membuka pintu ruangan itu kemudian menutupnya kembali.

Tubuhnya terasa lemas saat melihat keadaan seorang berwajah kecil itu, banyak alat alat medis di sekitarnya. Kabel kabel serta selang selang kecil melekat pada tubuhmya.

Perlahan dia berjalan menuju samping ranjang yang kini di tiduri jinyoung. Kemudian dia menduduki kursi yang tersedia disana.

Diraihnya tangan kecil yang kini terpasang selang infus diatasnya, tangan itu terasa dingin saat ini, diusapnya perlahan dengan niat membuatnya hangat.

"Hai.. apa kabar dek ? Lo ga cape tidur terus ? Udah 5 hari lo ga bangun bangun. Lo ga laper ? Ga haus ? Bangun dong dek ?". Lai guanlin, ya dia adalah lai guanlin.

Sudah dikatakan bukan jika perasaannya kepada jinyoung sudah bukan lagi main main ?.

Saat ini dia menahan air mata yang hampir keluar jika saja dia berkedip.

"Jinyoung. Gua tau gua udah keterlaluan. Gua tau gua udah sering nyakitin lo, bahkan gua engga habis pikir lo bakal bisa maafin gua setelah ini semua atau engga".

Guanlin menghela nafas perlahan, tangan sebelahnya yang tidak menggenggam tangan jinyoung terarah untuk mengusap surai light honey yang lembut itu.

"Gua... gua suka sama lo dek. Ayo dong bangun. Tolong kasih gua kesempatan kali ini aja buat gua ngungkapin ini semua. Heung.. gua seenaknya aja ya dek mau ngungkapin perasaan ? Padahal gua minta maaf sama lo aja belom. Gua ngerti kok kata maaf emang ga sebanding sama apa yang udah gua lakuin ke elo".

Beberapa jam guanlin hanya terdiam sambil menusap tangan kecil jinyoung dan memandang wajah damai nya yang saat ini tertidur.

"Ga kerasa gua udah lumayan lama disini. Gua pulang dulu ya dek, besok gua kesini lagi. Gua harap lo udah bangun kalo besok gua kesini lagi".

Guanlin sejenak memperhatikan wajah jinyoung sebelum benar benar keluar ruangan. Entah mendapat dorongan dari mana, di kecupnya kening jinyoung perlahan, setelah merasa cukup dia melepasnya kemudian keluar.

Sedari tadi guanlin tidak menyadari sepasang mata memperhatikannya dari kaca pintu yang terdapat di ruanga rawat jinyoung.

Saat guanlin hendak keluar tadi, orang itu bersembunyi dibalik tembok rumah sakit. Melihat guanlin mulai menjauh dari ruang rawat jinyoung, dia mendekati pintu dan membukanya.

Hatinya mencelos saat melihat keadaan jinyoung saat ini. Dia tak kuasa menahan tangisnya, hingga ia lemah dan jatuh bersimpuh tepat di depan ranjang yang terdapat jinyoung di atasnya.

"Hiks... lo gila park jihoon, apa yang lu lakuin udah keterlaluan". Ya. Itu jihoon. Kini dia menangis sambil mengacak surainya.

Dia merasa sangat amat bersalah saat ini. Dia perlahan bangun dan mendekat kearah samping ranjang jinyoung. Memegang tangan jinyoung dan menunduk dalam.

"Maafin gua, maafin gua udah buat lu kaya gini. Tolong bangun.. gua mohon jangan buat gua makin ngerasa bersalah sama lo dek, tolong". Tangis jihoon semakin deras saat ini.

Namun entah mengapa masih belum ada respon sama sekali dari jinyoung sendiri. Bahkan alat yang terpasang untuk mengukur detak jantung jinyoung tidak mengalami perubahan sama sekali saat ini.

Bully-? pandeepwinkWhere stories live. Discover now