22

235K 13.3K 114
                                    

Author POV

Saga collapse. Sekarang di UGD

Sebaris pesan dari Marco sejak 2 jam lalu itu mampu membuat Yolan tak berkonsentrasi selama pelayanan. Boleh jadi, raganya memang ada di poli, melayani pasien. Namun sungguh pikirannya melayang ke Saga. Apa yang terjadi? Bagaimana bisa? Apa dia kecelakaan? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang berputar sedari tadi dalam kepalanya.

Karena itu, begitu selesai dengan pasien terakhir, tak perlu menunggu lama langkah kakinya langsung berlari ke UGD, tak lagi peduli dengan apapun termasuk Med-Rep yang telah menunggunya sejak pagi.

"Cari siapa dok?" Tegur seorang dokter interenship yang tengah bertugas di sana.

"Katanya dokter Saga di UGD?" Ujar Yolan diantara napasnya yang pendek-pendek sambil melihat bed yang semuanya kosong. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Saga maupun Marco.

"Dokter Saga sudah pindah ke VIP 2 30 menit yang lalu dok," jawab si dokter interenship ramah. Setelah mengucapkan terima kasih, Yolan segera keluar dan kembali berlari ke ruang VIP yang berada di lantai 3.

Ting!

Lift yang membawa Yolan terbuka begitu sampai di lantai yang dituju. Dia kembali berlari ke sebuah kamar yang berada di ujung lorong. Tangannya sudah memegang gagang pintu dan membukanya dengan cepat.

Brugh! Yolan menabrak sesuatu dan terhuyung ke belakang. Namun sebuah tangan lebih cepat menahan pinggangnya sehingga dia tak terjatuh.

"Hei," bisik Marco pelan. "Hati-hati,"

Yolan menatap Marco, tepat di manik mata coklat tersebut. Dia benci pria ini. Apalagi jika pria tersebut berhasil membuat jantungnya berdetak cepat seperti sekarang. Yolan refleks mendorong dada Marco saat pria itu malah mendekatkan bibirnya ke wajah Yolan.

"Jangan kurang ajar bibir lo," desis Yolan dengan tatapan yang penuh kebencian.

"Tapi elo suka, kan sama bibir kurang ajar gue?" Marco tersenyum lebar dan menaikkan alisnya dengan cepat. Yolan memasang tampang juteknya dan berjalan melewati Marco untuk melihat Saga. Lagi-lagi langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik Marco keluar dari kamar, hingga masuk ke dalam lift setelah perlawanan Yolan sia-sia.

"Apaan sih narik-narik gue ke sini?! Gue mau liat Saga!" Teriaknya membuat Marco harus menutup kedua telinganya.

"Dia lagi istirahat sayang... Saga positif tipus, gejala malaria, maag dan GEADS kalo lo penasaran," ujar Marco tenang sementara wanita di depannya seperti banteng yang siap menyeruduk kapan pun.

"Kok bisa parah begitu? Terus dia ke UGD sama siapa? Lisa?" Yolan menatap Marco tak percaya. Selama dia bekerja di sini, baru kali ini Saga sakit lumayan parah. Pria itu jarang sakit, dan sangat menjaga pola makan dan pola hidupnya. Beda dengan Marco yang suka makan sembarangan, tidur tak tentu dan sangat jarang berolahraga. Kecuali, olahraga di atas tempat tidur. Bersama Yolan tentunya.

"Dia nyetir. Sendirian. Gue kebetulan liat dia karena ada pasien gawat gue di UGD,"

"Terus Lisa?" Yolan masih penasaran di mana Lisa saat suaminya lagi sakit parah. Bahkan Saga harus menyetir sendirian ke UGD.

"Mana gue tahu? Pokoknya dia sendirian di UGD,"

Yolan mendengus dan segera mengambil ponsel dari saku jas.

"Nggak aktif," ketusnya setelah mendengar suara operator. Saat Yolan lengah, Marco iseng mengecup cepat bibir Yolan yang sedari tadi menggodanya. Yolan menatap Marco tajam, sementara pria itu hanya cengengesan senang berhasil membuatnya marah.

"Makan, yuk. Lapar," ajak Marco kembali menarik tangan Yolan ketika berada di lobby rumah sakit. Dengan sekali sentak genggaman Marco terlepas.

"Gue udah bilang, nggak boleh ada kontak fisik di tengah keramaian. Lo bego apa bego banget?" ujar Yolan dengan nada rendah agar tak ada yang mendengar meski hanya beberapa orang yang lewat disekitar mereka. Tangan Marco mengepal di samping, mencoba menahan amarah karena peraturan konyol Yolan. Toh, semua orang pernah tahu mereka sepasang kekasih. Dulunya...

Are We Getting Married Yet?Where stories live. Discover now