43

212K 12.6K 559
                                    

Jika berpisah adalah jalan terbaik...

***

Author POV

Saga tiba di rumah tepat pukul 1 dini hari. Setelah memarkir mobil di garasi, dia berhenti sebentar di depan pintu. Tangannya bergerak mencari sesuatu dari dalam tas kerjanya.

Sebuah kotak beludru merah berhasil Saga temukan dari dalam tas miliknya. Dia membuka sebentar untuk mengecek sebuah cincin berlian yang tidak terlalu besar namun pas dan akan sangat indah jika tersemat di jari manis Lisa. Saga tersenyum membayangkan bagaimana ekspresi Lisa ketika Saga memakaikan cincin ini di jarinya.

Hari ini, Saga akan meminta maaf pada Lisa, mengakui semua kebohongannya, bercerita tentang siapa itu Marly, kemudian melamar Lisa untuk kedua kalinya. Saga akan kembali memulai hubungan yang baru dengan cara yang benar bersama Lisa. Tidak akan lagi ada kebohongan atau pun kesepakatan. Yang ada hanya cinta dan ketulusan yang melandasi rumah tangganya.

Kotak beludru tersebut Saga simpan dalam saku celananya, kemudian berjalan dengan langkah ringan ke dalam rumah setelah membuka pintu. Senyum terus terpatri di wajah tampannya. Senyumnya semakin lebar saat melihat Lisa sedang duduk di meja makan dengan segelas minuman yang masih mengepulkan asap. Seperti sengaja menunggunya.

Ketika mendengar langkah yang mendekat, Lisa yang sedari tadi menunduk mengangkat wajahnya, mendapati Saga sedang tersenyum padanya. Lisa membalas senyuman itu, namun terlihat sedang memaksakan diri.

"Maaf buat kamu menunggu lama," ucap Saga. Saga yang memilih duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Lisa.

"Nggak apa-apa" gumam Lisa dengan ekspresi datar. Sebenarnya dia juga baru saja tiba di rumah 15 menit yang lalu setelah menitipkan Ben pada Nina, sekretarisnya. Ada hal yang lebih penting yang harus Lisa selesaikan bersama Saga.

Lama mereka berdiam sambil bertatapan sesekali, hingga keduanya mengucapkan kalimat bersamaan.

"Aku mau ngomong sesuatu,"

"Saya mau mengatakan sesuatu"

Mereka mengucapkan bersamaan, kemudian kembali terdiam. Saga akhirnya bersuara sebelum mereka kembali mengucapkan bersamaan "apa yang ingin kamu katakan Lisa?"

Jari Lisa saling memilin menandakan dia sedang cemas, sementara Saga terus memasukkan salah satu tangan ke dalam saku, memainkan kotak cincin sambil berpikir kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkan, kemudian meminta Lisa untuk bersama dirinya selamanya, sampai rambut mereka sudah tak hitam lagi.

"Menurut kamu, pernikahan yang bahagia itu seperti apa?" Tanya Lisa dengan kepala tertunduk. Saga terhenyak dalam diam. Matanya menatap lurus pada Lisa yang masih menundukkan kepala. Perasaannya berkata ada sesuatu yang buruk akan terjadi saat Lisa bertanya seperti ini, namun segera menepis pikiran negatifnya.

"Pernikahan yang bahagia tentu saja hidup bersama dengan orang yang kita cintai selamanya..." Saga menggantung kalimatnya dan tersenyum. Terdengar Lisa mendengus, sangsi akan jawaban Saga. "Seperti kita berdua,"

"Tapi kenapa aku nggak bahagia, Ga?" Ekspresi Saga berubah bingung, terlihat dari alisnya yang menyatu. "Kenapa aku nggak bahagia dengan pernikahan ini? Rasanya seperti ada beban berat yang membuat aku pada akhirnya kelelahan menjalani ini semua," Lisa berani menatap Saga setelah lama tertunduk. Matanya memerah menahan tangis, namun Lisa menguatkan diri agar tidak menitikkan air mata, terutama saat masih bersama Saga.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang