47

230K 12.8K 273
                                    

Author POV

Lisa dan Rere duduk terdiam selama 20 menit, dengan mata terus tertuju pada sebuah ranjang yang ditutupi oleh kain penutup. Ya, Yolan ada di dalam sana, sedang diperiksa oleh dokter jaga UGD dan seorang perawat yang sesekali masuk-keluar mengambil sesuatu. Setelah drama panjang, Yolan, bersama Saga dan Lisa bergegas ke rumah sakit. Tak lama kemudian Rere menyusul di antar oleh Joe yang melanjutkan perjalanannya menuju rumah Marco.

Terdengar Rere sesenggukan sambil menyeka air matanya yang lolos. Lisa berpaling ke samping, mendapati Rere tertunduk. Dia merangkul pundak Rere, mengelus bahunya dengan tangan yang sama.

"Yolan pasti baik-baik aja," gumam Lisa dari atas kepala Rere. "Begitu pun dengan anaknya,"

"Gue juga pengen positive thinking, tapi... gue bisa dengar dengan jelas betapa kerasnya... Yolan..." kalimat Rere terputus tangisannya tersendiri.

"Tetap berharap yang terbaik, Re. Yolan dan anaknya sama-sama kuat. Gue yakin mereka berdua selamat," 

"Tapi ini udah lama banget, Lis dan mereka juga belum keluar kasih kita kabar atau apa yang bisa biki gue tenang! Saga juga lama banget di dalam," protes Rere dan mulai tidak sabaran. Memang Saga juga ada di dalam. Sebagai dokter kandungan, tentu dia dibutuhkan di dalam sana memeriksa Yolan dan janinnya, bekerja sama dengan dokter UGD yang berjaga malam ini.

"Mungkin banyak yang harus diperiksa Re. Kita hanya perlu sabar dan berdoa. Lo ngeluh terus juga, keadaan nggak akan membaik," Lisa mulai jengah sebenarnya melihat tingkah Rere yang tidak sabar. Salah satu sifat buruknya. Rere terdiam, kemudian, merasa salah lalu melanjutkan tangisnya.

"Gue beli minum dulu," ucap Lisa yang diangguki Rere sebagai jawaban. Mungkin dengan minum Rere bisa tenang dan dapat mengendalikan emosinya. Setelah berteriak dan memukul Marco, tentu saja dia butuh banyak cairan. Lisa mengarahkan kakinya keluar dari UGD, mencari kantin melalui papan petunjuk yang tergantung di atas langit-langit. Dalam perjalanannya, Lisa berhenti sebentar ketika menatap keluar melalui sebuah pintu yang menghubungkan ke sebuah taman indah dalam temaram cahaya lampu. Seperti tersihir oleh keindahan lampu yang berwarna-warni, tubuhnya seakan berjalan sendiri menuju taman tersebut. Kemudian memilih berdiri di salah satu sudut yang aman. Aman untuk menumpahkan segala risau dan khawatirnya. Lisa menangis cukup keras dengan bahu yang berguncang. Melepaskan segala perasaan yang berkecamuk yang sedari tadi ditahannya. Sengaja dia terlihat tegar dihadapan Rere. Karena kalau tidak, siapa yang akan menguatkan sahabatnya? Sedangkan Lisa sendiri termasuk sangat rapuh, sehingga menangis sendirian dapat membasuh luka hatinya. Entah karena Yolan, atau Saga.

Belum lama Lisa menangis, terdengar daun kering yang diinjak seseorang, sehingga suara tangisnya berhenti seketika. Lisa cepat-cepat menyeka air mata agar menghilangkan jejak tangisnya. Ketika merasa siap untuk pergi tanpa terlihat menyedihkan, Lisa berbalik, sejurus terkejut dengan siapa yang berdiri di belakangnya.

"Kenapa sendirian?" Tanyanya lembut, masih dengan senyuman tulus yang sudah beberapa hari tidak dilihat Lisa.

"A-aku habis telpon," jawab Lisa dengan suara serak sehabis menangis. Terlihat Lisa begitu bingung mendapati pria ini bisa menemukannya di sini.

"Kata Rere kamu ke kantin. Saya mencoba untuk menyusul, ternyata kamu ada di sini,"

"Iya tadi aku mau ke kantin. Oh? Kalau kamu di sini berarti Yolan udah selesai diperiksa? Bagaiman Yolan? Dia baik-baik saja?" Terlihat Lisa antusias hingga mengatupkan tangan di depan dadanya, berharap mendapat jawaban terbaik.

Lagi-lagi Saga tersenyum sebelum menjawab "Iya, Yolan dan janinnya baik-baik saja. Hanya dia harus menginap sehari untuk observasi lanjutan,"

Lisa mengusap wajah dengan lega. Tiba-tiba saja tubuhnya terasa ringan, seluruh rasa takut dan khawatirnya lenyap seketika.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang