6 - Let Life Surprise You

20.7K 4K 77
                                    

Arum sedang memeriksa lembar-lembar invoice yang tersusun di atas mejanya, ketika dia mendapati satu kejanggalan. Tak mempercayai apa yang diingatnya dan bukti yang ada di hadapannya, Arum mencari-cari lagi invoice lain yang dia anggap si biang kerok. Ketika akhirnya ketemu, matanya membelalak horror dan berteriak "Mas Yus!"

Untungnya Yusra sedang tidak berada pada posisi penuh konsentrasi mempelajari resep baru atau sedang mencoba-coba ide variasi makanan baru. Sebaliknya pria itu sedang asyik berdiskusi dengan desainer interior dari sebuah biro jasa konsultasi yang disewa untuk mendesain lay out toko agar selalu terlihat menarik.

"Mas Yus!" teriak Arum lagi.

Di jam antara sarapan dan makan siang memang tidak banyak pengunjung. Bahkan saat ini tidak ada satu pun pengunjung yang duduk di meja yang tertata di ruang depan. Hany terlihat karyawan yang bertugas di belakang etalase sedang melayani pembeli abang-abang ojek online dengan jaket mereka yang khas, sedang memesan makanan untuk para pelanggan mereka yang melakukan pembelian melalui fitur online.

Pada teriakan ketiga, Yusra langsung melangkah masuk ruangan Arum dengan wajah berang. "Apaan sih? Masih ada tamu juga!"

"Mas Yus order almond powder dua kali?" tanya Arum galak sambil melambai-lambaikan kertas bukti tagihan yang baru ditemukannya. Arum tidak akan sefrontal ini kalau dia tidak melihat nilai yang tertera dalam tagihan. Usaha ini masih tergolong kecil dan baru merintis. Dan Arum menjaga keseimbangan cashflow bagai induk ayam yang protektif terhadap anak-anaknya yang baru bertelur.

Yusra yang semula hendak marah-marah, langsung bungkam. Dengan bukti sekuat nota tagihan, bahkan bos besar pun akan kalah di hadapan akuntan galak seperti Arum.

"Masalahnya, pembelian pertama itu nggak cepet datangnya. Dan aku sedang butuh banget. Kamu tahu kan kalau di sini item best seller-nya itu macaron? Dan kamu tahu sendiri kan kalau satu biji macaron itu udah menghasilkan keuntungan untuk menutupi produk-produk lain yang karena penjualannya nggak sebagus macaron, sehingga untungnya kecil?" Yusra mulai beralasan.

"Masalahnya, ini akhirnya datang di hari yang sama. Nih, tanda bukti terima barang!" Arum menunjuk kepada buku penerimaan barang. "Mas Yus sendiri yang tanda tangan. Dua-duanya!" Arum masih belum menurunkan intensitas emosinya. "Dan Mas Yus membeli dari supplier kedua, lebih mahal hampir tujuh puluh lima persen dari langganan! Itu maksudnya apa?" Arum berkacak pinggang. Tak peduli siapa bos siapa karyawan, dalam kasus uang, si pemegang kuasa pembukuan lah yang akhirnya menang.

"Itu namanya faktor tak terduga Rum. Siapapun juga nggak bakalan bisa memprediksi kalau orderanku yang kedua, dari supplier yang berbeda akan datang barengan sama orderan pertama. Di atas kertas, jelas-jelas orderan pertama baru datang hari Kamis, karena memakai ekspedisi biasa. Sementara aku kan nggak bisa mengabaikan adanya pesanan dadakan, macaron sebanyak itu, dengan mengandalkan orderan almond yang datangnya kemungkinan besar akan molor. Jadi wajar kan kalau aku membeli lagi, dari supplier yang berbeda, yang sanggup menyediakan dalam jumlah besar tanpa harus nunggu dia open pre order. Barang dia ready, bisa datang lebih cepat, meskipun dengan harga yang lumayan mahal. Kalau kemudian ternyata orderan pertama yang aku prediksi baru datang hari senin minggu depannya, ternyata datang lebih cepat di hari Kamis, itu namanya kebetulan yang menguntungkan kan?" Yusra memaparkan panjang lebar.

"Masalahnya adalah, kenapa kita harus bayar lebih mahal untuk barang yang sama dan datang di hari yang sama? Padahal kalau dikalkulasi, dari supplier pertama kan bisa aja harga tetap. Hanya saja kita tinggal minta dia kirim pakai ekspedisi lain yang dijamin lebih cepat. Begitu kan?" Arum tak mau kalah.

"Waktu itu nggak kepikir, Rum," Yusra ngeles. "Kamu kan tahu kalau kadang aku suka nggak fokus untuk mengantisipasi kebutuhan logistik. Eits! Jangan bilang kalau kita butuh tenaga gudang saat ini. Kamu tahu sendiri cashflow kita bagaimana."

"Masalahnya Mas Yusra, kondisi kita ini harus diatasi. Mas Yusra nggak bisa handle sendiri menu sama kebutuhan logistik. Udah overload itu Mas. Harus cari bantuan. Biar nggak salah-salah mulu kaya gini. Okelah Mas Yusra kejar keuntungan dengan pesanan yang lumayan. Tetapi kalau salah perhitungan kan jadinya bukannya untung malah rugi."

Yusra memegang dagunya sambil menunduk, ciri khas pria itu ketika sedang berpikir.

"Kalau aku amati sih Mas ya, dari nota yang masuk, sebenarnya kebutuhan kita akan bahan baku udah mulai stabil kok dua bulan terakhir ini. Artinya udah bisa kita prediksi, dalam sebulan kita perlu stock tepung berapa, butter berapa, granola, mentega, almond, coklat, dan lain-lain. Bisa deh kayaknya kita memulai untuk lebih sedikit professional dengan perencanaan produksi yang lebih serius, sekaligus menetapkan target penjualan serta strategi marketingnya."

"Aku udah mikirin itu sih, Rum. Cuma emang nggak kepegang. Apa yang ada di kepalaku masih tumpang tindih antara bisnis sama ide-ide variasi produk. Kadang ketika konsen di satu hal, hal yang satunya bakal lost."

"Itu artinya emang sudah saatnya tambah orang, Mas. Mungkin Mas Yusra membutuhkan seorang partner yang berkonsentrasi penuh mengurus masalah bisnisnya, sementara Mas Yus bisa fokus pada pengembangan produk," usul Arum berhati-hati.

"Iya. Tetapi aku maunya orang ini sehati dengan aku dalam bisnis. Biar enak kerjasamanya. Satu visi. Jadi aku bisa dengan sepenuh hati percaya sama partnerku ini. Dan partnerku juga percaya sama aku. Tanpa prasangka. Karena bisnis ini sekarang adalah taruhan hidupku, Rum."

Arum memandang sosok pria di hadapannya. Yusra mungkin baru menginjak usia tiga puluh satu tahun. Tetapi kedewasaannya tak bisa diragukan. Secara fisik pria ini bukan jenis lelaki tampan sekali. Tidak seperti Fares yang memiliki keanggunan khas dan sedikit angkuh. Yusra adalah sosok sederhana dengan pembawaan santai yang ramah dan bersahabat. Tipe laki-laki yang enak untuk dijadikan teman, bisa berakrab-akrab tanpa banyak kekhawatiran. Sikap kalemnya menenangkan. Membuat perasaan menjadi aman dan nyaman. Masih secara fisik, tubuh ramping tinggi Yusra mengingatkan Arum pada sosok Will dalam film Me Before You, dalam versi yang berbeda. Tapi bentuk jakunnya yang menonjol dan caranya berbicara yang seperti mengulum bibir, membuat Yusra seperti orang kikuk tapi menawan. Apalagi dengan rambut yang susah dirapikan, sehingga Yusra hampir selalu mengenakan bando di saat sedang bekerja di dapur membuatnya unik. Juga matanya yang ramah, senyumnya yang menawan, memberi poin tambahan tersendiri yang menjadikannya menarik.

Dan Arum baru menyadari daya Tarik Yusra setelah bekerja bersamanya beberapa lama. Ketertarikan yang membuat Arum khawatir dengan dirinya sendiri. Arum jenis perempuan yang mudah jatuh hati dengan pria-pria yang menjadi atasannya. Fares adalah kepalanya di divisi akuntansi. Sekarang Yusra yang pemilik Yu's Patissier and Chocolatier. Jangan aneh-aneh, Rum! Arum menghardik dirinya sendiri.

"Banyak ide bermain di kepalaku. Setelah macaron dan roti-rotian, aku ingin mengembangkan lagi beberapa variasi pie dan pastry agar menjadi menu andalan berikutnya. Aku ingin membuat menu sarapan spesial, mengelola varian beverage menjadi lebih variatif, membuat variasi kue kering yang bisa dibeli dalam packing, bisa didapatkan di gerai-gerai lain atau supermarket, aku ingin membuat paket-paket ulang tahun, paket hantaran, dan lain-lain. Begitu banyak ide di kepalaku. Dan aku perlu partner seperti yang kamu bilang tadi. Tetapi syarat utamanya hanya satu. Aku mau partnerku mengenal aku dengan baik, memahami kekurangan dan kelebihanku. Aku ingin partnerku orang yang mengenalku seperti kamu Rum."

Eh?

@�8��T/

Patissier & Chocolatier (TAMAT)Where stories live. Discover now