9 - Messy Bun and Getting Stuff Done

19.4K 3.7K 88
                                    

Arum tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana. Yusra tetaplah Yusra. Yang setiap pagi sudah duduk di teras menunggu Arum keluar rumah, untuk berangkat kerja bersama. Yang selalu mengucapkan terima kasih pada secangkir kopi yang dibuatkan Arum, dan menikmatinya seolah itu adalah minuman paling enak di dunia. Yang dengan senyumnya, kemudian berkeliling menyapa para pelanggan yang sudah duduk manis menikmati sarapan mereka. Menjawab gurauan-gurauan mereka, bahkan tak jarang ada satu atau dua pelanggan wanita yang menunjukkan ketertarikannya secara terus terang. Yang disambut Yusra dengan senyum manis khas teller bank, tidak menolak, namun tetap menjaga jarak, sebelum akhirnya menghilang di balik pintu dapur, dan tenggelam dalam dunianya di antara aneka bahan kue yang memenuhi rak-rak yang berdiri menutup permukaan dinding.

Tidak ada yang berubah. Tidak lebih dekat, namun juga tidak lebih jauh. Membuat Arum kelabakan sendiri. Karena dia tak tahu sampai kapan jantungnya yang menggelepar ini akan tahan melalui semuanya. Hingga Arum tiba pada satu kesimpulan, bila Yusra tidak berubah, maka dialah yang harus berubah. Arum berharap perubahan akan memberi perspektif yang berbeda baginya.

Pagi itu diawali dengan keputusan Arum menolak berangkat kerja bersama Yusra. Kepada pria itu Arum beralasan kalau pada hari-hari mendatang dia akan masuk pada jam kerja normal. Dan hari ini dia minta izin datang terlambat karena ada satu keperluan. Setelah beberapa bulan keluar dari pekerjaannya bersama Fares, Arum memutuskan ini saatnya dia untuk kembali membenahi penampilannya. Terutama rambutnya. Jadilah dia berada d sebuah salon yang terletak di salah satu pusat perbelanjaan. Ketika menjelang makan siang Arum muncul di toko, kehadirannya disambut heboh oleh beberapa karyawan yang bertugas di depan.

"Wah! Mbak Arum ganti penampilan!" mereka bersorak lebay. Untung toko belum ramai oleh para pemburu makan siang.

"Sstt... jangan berisik," Arum memberi isyarat dengan meletakkan telunjuk di bibirnya.

"Mas Yusra udah tahu belum, Mbak?"

Arum tertawa kalem. "Emang apa hubungannya aku potong rambut sama Mas Yusra? Kan nggak ada aturan tentang panjang rambut?" katanya mengelak.

Iya juga sih, batin Arum. Tapi sejujurnya Arum juga penasaran apa reaksi Yusra melihatnya memendekkan rambut sampai seperti ini. Kedua telinganya terasa terekspose. Bahkan dia bisa merasakan angina berhembus di tengkuknya. Dan jauh dalam hatinya, meskipun dia beralasan ingin berubah untuk berganti suasana, tapi Arum tidak bisa mendustai diri bahwa satu-satunya orang yang ingin dibuatnya terkesan dengan penampilan barunya adalah Yusra.

Arum sudah berada di dalam ruangannya, bersiap meneliti kertas-kertas tagihan dan laporan penjualan dari kasir, serta hasil rekapan daftar menu yang sudah dibuat Yusra bersama timnya agar dia bisa melakukan pemesanan bahan baku jauh-jauh hari, ketika Yusra masuk. Melihat kemunculan pria itu, Arum menghentikan gerakannya dan membalas tatapan Yusra yang tajam. Gerakan pria itu ketika menutup pintu tidak menghalanginya untuk terus memperhatikan Arum dengan seksama.

"Rambutmu dipotong," katanya seolah tidak kepada siapa-siapa.

"Iya, ingin suasana baru," jawab Arum, menahan diri agar tidak menyentuh kepalanya.

"Sekarang lebih pendek dari rambutku," masih dengan ekspresi yang sama, Yusra melanjutkan perkatannya.

"Kan emang rambut Mas Yusra udah panjang. Tuh, poninya udah menutupi mata," ujar Arum.

"Aku nggak pernah suka perempuan berambut pendek," kata Yusra.

Bagai seember air dingin disiramkan ke mukanya, Arum mendadak pucat. Pernyataan Yusra yang terakhir sungguh tidak dia sangka.

"Tetapi kenapa kamu terlihat lebih cantik ketika berambut pendek?"

Eh? Arum terkejut. Demi Tuhan, hari belum juga beranjak petang, dan Yusra sudah menghujaninya dengan kalimat-kalimat yang membuat jantungnya berakrobat. Arum tak tahu kejutan apalagi yang dilontarkan oleh Yusra setelah ini. Kita tunggu saja!

"Hetty dulu selalu berambut panjang. Dan mengikatnya serta menyembunyikannya dengan rapi di balik topi ketika bekerja. Dia cantik sekali dengan rambut panjangnya."

Duh Gusti! Namanya Hetty, gadis pujaan Mas Yusra!

"Sampai kemudia dia memangkas rambutnya menjadi pendek. Katanya biar lebih trendy. Padahal aku sama sekali tidak berharap dia tampil trendy. Dia sudah menarik apa adanya. Aku menyukainya apapun keadannya. Dan tidak ingin dia berubah," suara Yusra tiba-tiba tercekat. "Ternyata memang dia sedang berusaha menarik perhatian orang lain yang menyukai perempuan berpenampilan trendy. Seorang koki sederhana dengan mimpi yang juga sederhana sepertiku ternyata tidak cukup buatnya."

Arum hampir lupa kalau dia harus bernapas. Kepahitan dalam suara Yusra begitu terasa hingga hatinya ikut sakit. Hanya saja Arum lebih sakit hati karena Yusra selama ini hanya berbuat baik kepadanya. Bahwa di hati Yusra masih ada Hetty, entah siapa perempuan itu. Yang jelas perempuan itu telah memotong rambutnya dan meninggalkan Yusra, meninggalkan kepedihan di hati Yusra. Dan sekarang Arum telah mengingatkan Yusra kepada Hetty.

Mungkin Arum sakit hati karena Yusra memang selama ini tidak memiliki rasa istimewa untuknya. Malu karena telah jatuh cinta lagi kepada bosnya. Dan semakin rendah diri karena ternyata bosnya hanya bersikap baik padanya tanpa bermaksud apa-apa. Tetapi Arum juga lega karena kini tahu di mana posisinya berada. Jadi Arum bisa dengan bebas menentukan sikap. Patah hati boleh saja. Tetapi setidaknya Arum akan memendamnya sendiri.

"Apakah perempuan selalu begitu?" tanya Yusra.

Arum tergagap. "Maksudnya?"

"Apakah perempuan selalu begitu? Berubah penampilan karena suatu maksud tertentu?" tanya Yusra menegaskan.

Arum terdiam. Lalu memutuskan untuk bicara jujur. "Iya. Kebanyakan kami begitu," jawabnya.

Yusra menatap Arum lebih tajam.

"Karena aku juga sama. Aku ingin mengubah penampilan, karena ingin suasana baru. Aku jomblo, ingin punya pasangan. Mungkin dengan berubah gaya, peruntunganku akan datangnya jodoh juga akan berubah. Aku anggap penampilanku yang dulu kurang menarik. Jadi aku memperbaikinya. Salah satu bentuk usahaku untuk memperbaiki adalah potong rambut."

"Bagaimana mungkin memotong rambut bisa merubahmu? Yang berubah hanya penampilanmu. Bukan dirimu," bantah Yusra.

"Itu bagi orang yang mengenalku. Tetapi orang, terlebih lagi pria yang belum mengenalku, akan menilaiku yang pertama adalah dari penampilan. Kalian makhluk visual. Menyukai apa yang kalian lihat. Aku sudah mencoba peruntunganku dengan rambut panjang, dan gagal. Karena selama berambut panjang, aku belum menemukan orang yang menyukaiku. Jadi aku mencoba peruntunganku dengan rambut pendek. Siapa tahu ada pria penyuka perempuan berambut pendek bertemu denganku dan menganggapku menarik."

Yusra memandang Arum, seolah Arum berbicara dalam Bahasa Urdu yang tidak dia pahami. Ketika akhirnya dia mengangguk, Arum juga tak yakin apakah Yusra paham dengan apa yang barusaja dia katakana. Jadi, begitu Yusra mengangguk dan berkata ," Oh, begitu rupanya," Arum juga tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

Akhirnya Yusra mengkahiri kekikukan ini dengan mengatakan, "Baiklah kalau begitu. Sepertinya aku memang tidak bisa memahami kalian, para wanita, dengan cukup baik. Tetapi, apapun itu, kamu terlihat menarik dengan rambut pendek," katanya sambil melangkah keluar sambil menutup pintu di belakangnya.

Ditinggalkan sendiri, Arum tidak tahu apakah diaharus menangis sedih atau tertawa lucu. Semuanya serba tak pasti. Satu-satunyakepastian yang dia percaya adalah bahwa tidak ada tempat untuknya di hatiYusra. Paham kan Rum?    

Patissier & Chocolatier (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang