15 - Lessons Are Learned

23.7K 3.9K 126
                                    


Sudah cukup lama Arum tidak jalan keluar dengan Yusra. Sudah bukan hal aneh bagi seluruh staf, bahkan mungkin beberapa pelanggan di YPC kalau kedua orang ini memang akrab dan dekat. Mungkin karena setiap hari mereka habiskan bersama di tempat kerja. Juga seolah sudah menjadi satu paket komplit kalau mereka juga sering jalan berdua. Karena kadang sungguh tak tertahankan rasanya berada di tempat yang sama selama berminggu-minggu bertemu rutinitas yang cukup menjemukan. Baik Yusra maupun Arum adalah orang-orang normal yang membutuhkan sedikit perubahan suasana maupun jeda. Jadi, acara makan di tempat-tempat yang sedang ngehits menjadi rutinitas semi wajib untuk dilakukan. Mungkin hanya untuk sedikit membandingkan, mungkin untuk mencari ide pengembangan, bahkan kadang tanpa alasan apapun selain jenuh. Kalau tidak, mereka juga kerap nonton bareng bila memang ingin, atau kegiatan yang paling seru adalah berbelanja. Berbeda dengan kebanyakan laki-laki dan perempuan, di mana perempuan lebih suka berbelanja sementara laki-laki cenderung mengikuti dengan malas, dalam kasus Arum-Yusra ini kondisi berbalik 180 derajat. Karena sering Yusra yang berbelanja tak terkontrol sementara Arum berada pada posisi polisi resek yang dengan berisik mengingatkan Yusra kalau dia hampir mencapai limit.

Semua terjadi sebelum hubungan mereka menjadi seruwet ini. Dikatakan ruwet, karena Arum merasa dia sudah tidak lagi memandang Yusra dengan perasaan bebas seperti dulu. Arum menyalahkan perasaan nggak jelas yang dengan tidak sopannya mengganggu hubungan harmonis pertemanannya dengan Yusra. Rasa yang nyelonong tiba-tiba tanpa bisa dicegah, dan untuk mengendalikannya harus dengan susah payah.

Dan Yusra juga, berdasarkan yang Arum rasakan, akhir-akhir ini lebih banyak menahan diri. Ada beberapa topik yang sama-sama mereka hindari. Juga ada beberapa hal yang lebih baik tidak ditanggapi. Yang paling terasa adalah sekarang Yusra tidak pernah lagi meledek status Arum yang jomblo. Atau menyuruhnya pulang cepat untuk cari cowok atau pacaran. Sungguh Arum kehilangan momen-momen itu.

Maka tak heran ketika siang itu tiba-tiba saja Yusra muncul di depan Arum yang sedang ngobrol dengan pegawai di bagian display. Dengan tenang pria itu mengatakan, "Ntar malem temenin aku yuk, Rum."

Arum sampai berkedip karena menganggap ini halusinasi. "Eh?"

"Ntar malem, temenin aku," Yusra mengulang dengan nada tak sabar.

Melihat suasana mulai agak berbahaya, karyawan yang sedang ngobrol dengan Arum pun meminta diri untuk ke belakang. Sepertinya dia juga ogah kalau harus kena semprot bila kedua orang ini nanti bertengkar.

"Ke mana?" tanya Arum berhati-hati. Padahal hatinya sudah deg-degan, bahkan mungkin sudah salto berkali-kali. Tapi Arum berusaha menenangkan diri sambil menyugesti diri bahwa ini hanya ajakan biasa. Mungkin untuk urusan toko juga. Jangan keburu gede rasa.

"Inget nggak temenku yang dulu kasih mushroom sauce? Yang aku ceritain mau pindah ke sini?" Yusra balik bertanya.

"Oh, yang katamu mau memboyong keluarganya itu?" tebak Arum.

"Iya."

"Apa kabarnya sekarang?"

"Dia sudah mendapatkan pekerjaan itu," Yusra tersenyum, sepertinya bahagia sekali karena temannya kini dekat di kota ini. "Dia mengundang kita untuk bertemu malam ini."

"Ke mana?" tanya Arum, berusaha untuk terlihat santai meskipun dalam hati sudah sorak-sorak. Kamu menyedihkan banget sih Rum? Segitunya berharap jalan sama Yusra! "Eh jangan bilang makan di restoran ya!" Arum ingat dengan tiba-tiba. "Makan di tempat instant aja, bukan yang rumit."

Yusra tertawa melihat kekhawatiran Arum. Yusra mengakui kalau dirinya bukanlah pengunjung restoran yang baik. Seringkali dia merasa tak sabar bila makanan pesanan mereka lama dihidangkan. Karena Yusra juga seorang chef, sehingga dia akan ngomel-ngomel sambil mendata apa saja kesalahan chef setempat yang dinilai lama menyediakan makanan bagi pembeli. "Padahal bahan ini tuh mudah didapat, ngolahnya juga nggak perlu lama. Kalau dilihat dari foto di menu juga penyajiannya bukan yang kelas rumit bla...bla...bla..."

Patissier & Chocolatier (TAMAT)Where stories live. Discover now