Part 2 : Apakah salah bila aku berkenalan denganmu?

64 10 5
                                    

                     Dimulai dari pindahan berjamaah. Hari itu genap dua bulan semester pertama kelas 2. Dua orang murid baru dan seorang guru di pindahkan secara bersamaan ke sekolah ini.

                     Kabar yang kemudia menjadi booming di sekolah. Seorang guru bahasa yang cantik dan dua orang murid kaya bin tampan datang kesini.

                    Nampak seperti kebetulan memang, akupun berfikir demikian pada awalnya.

                    Satu dari dua anak itu pindah ke kelasku, 2 IPA3. Namanya Luis Van Heis Nampak dari namanya dia keturunan belanda, wajahnya cukup tampan dengan kulit sedikit pucat, hidung mancung mata hitam pekat dan nampak tajam memandang keseluruh penjuru kelas hingga kemudian berhenti padaku.

                   Dia Nampak sedikit tersenyum, perasaanku aneh antara geer dan merinding melihat senyuman lelaki yang nampak dingin ini. Rambutnya lurus sebahu berwarna selaras dengan bola matanya dikuncir di belakang mirip ekor kuda.

                  Gaya rambutnya mengingatkanku pada seorang karakter di anime pelayan favoritku.

                  Hal yang membuatku sedikit kesal disini adalah, kenapa yang jawa asli rambutnya kuning keemasan yang keturunan belanda malah hitam pekat. Ijinkan aku protes padamu, oh... dunia.

                 Guru menyuruhnya duduk paling belakang samping kanan kelas. Namun bukannya bergegas duduk ke bangku yang ditunjukkan, dia malah menuju ke arah sebaliknya.

                 Berjalan cukup anggun, Nampak seperti bangsawan yang berjalan di karpet merah. Dia berhenti sambil terus memandang kedepan. Tubuhnya tinggi posturnya pun Nampak gagah walau hanya mengenakan baju seragam abu-abu putih.

                 Bagaimana aku bisa menjelaskan detail tentang posturnya?, karena saat ini dia benar-benar telah berhenti tepat di sebelah mejaku.

                Dia menolehkan tubuhnya, membungkuk kemudian meraih tangan kananku yang saat itu cuma terparkir di atas meja.

                "Perkenalkan nama saya Luis... bolehkah saya berkenalan dengan anda?" bahasa indonesianya lumayan lancar, bahkan teramat lancar karena terdengar cukup sopan dan terhormat.

                 Dan gaya bahasa itu membuatku sedikit teralihkan dari suasana kelas yang tanpa sadar terasa begitu meriah saat itu.

Cie...ciee...cieee...

                Sorakan demi sorakan terdengar tatkala tanganku berada di genggaman dua telapak cowok bule ini. Sesekali bahkan terdengar suara siulan siswa lelaki.

                Aku bingung, wajahku memanas. Melihat itu lelaki bernama Luis tadi melepas genggamannya, dengan halus meletakkan lagi tangan kananku di tempat dia tadi mengambilnya.

                "Kita lanjutkan perkenalan kita nanti saja yah, aku takut membuat pelajaran kita terganggu karena sikap saya... mohon maaf karena mengganggu waktu anda," Katanya seraya menaruh tangan kanan di dada kirinya, benar-benar seperti seorang bangsawan eropa. Menyuguhkan senyuman kecil, kemudian bergegas berjalan lagi kearah bangkunya.

                 Semua mata tertuju padanya, namun beberapa lirikan dari para gadis di kelas membuatku seidikit bergidik.

Bukan tuk manusiaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon