Part 11 : Apakah Salah Jika Dia Inyik Terkuat?

27 7 0
                                    


"Nis," suara Wira Nampak lebih berat dari sebelumnya.

"Entah kenapa kau nampak menawan hari ini," ucap Wira serius.

Matanya beringas tatkala memandangku seraya tersenyum. Aku terdiam, mulutku setengah menganga dan tak mampu bergerak dari tempat dudukku. Tubuhku terpatung bak seekor mangsa yang tak mampu lari dari terjangan pemangsanya.

Dalam sepersekian detik, setelah tubuhku benar-benar berhenti pada titik tertentu, seseorang meneriakiku.

"Awas...!"

Dia menarik baju belakangku, aku terhanyut mengikuti tarikan yang perlahan namun berlangsung cukup cepat.

Terlalu cepat hingga saat aku tersadar dari ketidak berdayaanku terlihat tangan Wira berubah menjadi berbulu, membesar dan memiliki cakar. Corak loreng di lengannya itu menandakan kalau Wira akan segera berganti wujud.

"Kalau aku telat sedikit saja...kau sudah kehilangan kepalamu," ucap seseorang yang menarikku.

Aku mengenali wajahnya, lekuk bibir dan bentuk alis itu, aku mengingat betul, "namun dimana?" pikiranku meracau karena pertanyaan itu.

"Wah...wah...bau yang amat kubenci..." ucap Wira yang saat itu wajahnya nampak tak beraturan, mulut dan hidungnya nampak menonjol ke depan, bola matanya berubah merah dan berbentuk oval lancip. Bulu-bulu mulai menyebar bersamaan ketika dia menggertakkan taring-taring di mulutnya.

Bentuknya berubah menjadi seekor harimau setengah berdiri. Lengan-lengan itu membesar bahkan lebih dari dua ukuran tanganku jika di satukan, masing-masing memiliki cakar yang panjangnya lima centimeter lebih.

Tak menyia-nyiakan moment itu, pria di depanku melompat dan menendang tepat kearah kepala Wira. Tendangan kaki kiri itu ditahan dengan mudah, padahal aku ikut merasa hembusan angin kencang ketika pria ini melompat.Bahkan sedikit asap keluar dari kedua lengan Wira yang menahan kaki itu.

Dengan sedikit dorongan pria tadi berjungkir balik kembali ke tempatnya semula.

"Bau...yang...amat...kubenci..." ucap Wira terbata-bata.

"Bau....Anjing...!" alisnya berkerut, kedua bolamatanya nampak tajam memandang, bahkan untuk kedua kalinya aku membeku di tempat.

"Aku akan mengalahkanmu tanpa harus berubah wujud," ucap pria tadi.

Wira geram, dia mulai berlari kearah kami.

Dengan sigap pria tadi meraihku, mengambil bagian bawah tubuhku kemudian mendudukkanku di kedua tangannya. Bukankah dia menggendongku seperti seorang pangeran?.

Tapi tak ada waktu untuk tersipu saat ini, karena dibelakang kami mengejar seorang monster yang sebenarnya temanku sendiri. Pria ini menggenggam erat badanku seraya berlari menjauhi Wira yang sedang mengamuk.

Kami terus berlari menjauh dari Wira, melewati beberapa blok menuju kawasan kebun kota dibelakang perumahanku.

"Aku akan mencoba membawanya keluar dari pemukiman," ucap Pria yang saat ini menggendongku.

Tak kusangka orang ini ternyata lumayan tampan jika dilihat dari dekat, hidung mancung bola mata hijau rambut hitam yang sedikit acak-acakan ala boyband korea. Mengingatkanku pada seseorang.

"Ah...si adik kelas," teriakku sambil menunjuknya.

"Hah... Siapa?" dengan wajah bodoh pria itu bertanya padaku.

Kami sampai di kawasan hutan. Taman kota yang sebagian besar diisi pepohonan endemik propinsi ini.

Pria itu menurunkanku, menyuruhku bersembunyi dibalik sebuah pohon beringin berukuran lima kali tubuh orang dewasa.

Dia memasang kuda-kuda, seakan siap menerima setiap serangan yang datang padanya.

Wira tiba, asap menyembul dari tubuhnya. Kini yang terlihat hanyalah seekor harimau dengan ukuran yang luar biasa besar, melebihi ukuran harimau pada umumnya.

Matanya memandang tajam, bak sebuah tombak yang terhunus bebas. Nafasnya memberikan effect berasap pada tubuhnya, seolah seluruh badanya adalah gelombang panas yang bergerak dinamis.

Dia menerjang.

Mataku seakan kehilangan jejaknya.

Bruuuk...!

Cukup keras suara hantaman yang terjadi, pria yang tadinya nampak gagah kini terlempar dan terkapar di depan pohon beringin dimana aku sembunyi.

"Kau...Anjing...Kecil...Aku...Bunuh..." ucap Wira dengan suara berat dan terbata-bata.

"Astaga," Pria itu masih sadar, darah segar mengalir dari bibir bawahnya.

"Tak kuduga kau ternyata benar-benar kuat." Sambil tersenyum pria itu mencoba bangkit. Seluruh tubuhnya gemetar, darahnya menetes dari lengan kirinya yang nampak lemas. Sepertinya Wira mematahkan lengan pria ini.

"Mungkin kau adalah inyik terkuat yang pernah kulawan," tangan kananya mengusap darah di dagunya.

"Aku akan mulai serius," tak tinggal diam, Pria ini menerjang Wira, dalam sekejap pria itu berubah wujud menjadi sesosok manusia serigala.

Tanpa jeda sedikitpun, tubuhnya seakan tau apa yang harus dilakukan. Tak sampai lima detik pria itu merubah dirinya disaat dia terbang menerjang Wira, lengan kirinya otomatis bergerak kembali sesaat setelah tubuhnya benar-benar berubah.

Bukan tuk manusiaWhere stories live. Discover now