28. sensitif

2.9K 118 4
                                    

Kehamilannya memasuki bulan ke 3. Morghan begitu menyayangi shirley dan juga anaknya. Namun morghan terlihat begitu sibuk belakangan ini, ia terlihat sering pulang larut malam hampir setiap hari.

"Morghan.. Apa kau sibuk sekali sampai harus pulang larut  malam  terus? " ucap shirley khawatir.
"Banyak hal yang ku kerjakan, kau istirahatlah.. Jangan melakukan hal berat, dan jangan pergi kemana-mana. "
"T-tapi... "
"Aku pergi dulu. " ucapnya seraya meninggalkan shirley sendirian di dalam kamar.

Shirley merasa tercampakkan. Dirinya sangat membutuhkan kasih sayang, namun morghan tak memenuhi keinginannya. Setiap hari ia terus berada di dalam rumah. Rasa jenuh dan bosan memenuhi otaknya. Dengan sangat terpaksa shirley memutuskan untuk membeli perlengkapan bayi sendirian.

Sesampainya disana

Shirley tengah berdiri di halte bus.
Tak lama bus datang, kerumunan orang berbondong-bondong berebut untuk mendapatkan tempat duduk. Shirley merasa terganggu, pada akhirnya shirley masuk di dalam bus itu namun ia berdesak-desakan. Rasa penat tertahan di dalam benaknya. Ia mencoba untuk tetap tenang.

Dan Tak lama seorang ibu-ibu datang menyerobot  tempat  yang  telah shirley tempati.
tanpa disangka perut shirley tersikut oleh tangan ibu itu. Sontak membuat shirley terkejut dan merasakan sakit yang tak tertahankan dari dalam perutnya. Shirley begitu takut dan khawatir akan keadaan bayi kecilnya. dari situlah amarahnya tak dapat tertahan lagi.

"Aaarggg!! Bajingan! Jangan sentuh  bayiku!!!" bentaknya  yang  langsung  membuat  dirinya  sebagai  pusat  perhatian.
"Dasar  nggak  sopan! Saya  ngga  sengaja nyenggol  dikit doang, Lebay  banget.cih!.." ucapnya dengan  penuh  kesombongan. Shirley tak  tinggal diam  mendapat  perlakuan itu.

bus  berhenti. Sang  ibu itu  turun, lantas  shirley mulai  membuntutinya kemana pun ia pergi dengan  rasa  dendam yang melekat.

Rencana  kejam  terukir  di  dalam  pikirannya. Shirley terlihat sangat bahagia  dengan  akal  permainannya  itu. menunggu, itu  yang  shirley lakukan.

Saat ibu itu melewati jalanan yang sepi nan sunyi dari situlah shirley memulai permainannya.

Srett...

"Hello mother... " shirley tersenyum pahit seraya menodongkan pecahan kaca di leher nya. Sontak membuat sang ibu panik...
"S-siapa kau!! Pembunuh!! "
"Sttt.... Diam dan ikuti aku. "
Shirley membawa ibu itu ke pelosok jalan, sangat gelap. Kesempatan ini ia manfaatkan dengan baik. Tanpa ragu shirley mulai menggorok leher wanita itu dengan beringas.

"Hoooekk! Khhhh!! Siia-lan!!! Hooeegg!! " ucap si ibu dengan nafas yang terengah-engah.
"Hmmpp... Rasakan rasa sakit ini! Ini belum setara dengan apa yang kau lakukan padaku saat itu... "
"A-ampun.. Ak... Uu kesulitan un.... Tuk... Berna... F... As...!!! Hhooeekk! Aaaaaaaaaaaaaa!!"

Glundung..

Kepala ibu itu terpisah dari tubuhnya. Shirley tersenyum puas, namun rasa dendam di hatinya terus menggebu-gebu. Dengan cepat ia membacok tubuh si ibu itu dan terus mengulanginya lagi. Cipratan darah membanjiri tangan shirley. Tak ada sedikit pun rasa penyesalan dari dalam dirinya. Ia merasa hal yang di lakukan nya benar.

"Mati!! Kembalilah ke neraka!! Brengsek!!  Hah... " shirley menghentikan aksinya dan langsung tersungkur lemas di samping jasadnya.

"Ooh.. Kau disini rupanya. " ucap morghan dengan ponsel dalam genggamannya.
"M-morghan?! " sontak membuat shirley berdiri takut.
"Kau yang membunuhnya? " tanya morghan dengan jari telunjuk yang mengacung ke arah jasad itu.
"Ya.. Dia sudah menyakitiku. "
"Jadi ini alasan kenapa kau membunuh nya? "
"Aku sudah muak bersikap baik. Mereka menginjak-injak harga diriku. Tak ada balasan yang setimpal dengan apa yang aku berikan pada mereka, sungguh memalukan. " ucap shirley spontan.

Morghan yang mendengar ucapan istrinya pun terlihat senang.
"Aku menyukaimu yang bijaksana seperti ini ...kau bisa melakukannya tanpa sepengetahuan ku. Ini  seperti sebuah hadiah. "  morghan mendekat kearah shirley. "Jangan keluar rumah tanpa sepengetahuan ku Ya? Aku  sungguh mengkhawatirkanmu.. Untung  saja  kau  membawa  ponsel mu. Jadi  aku  bisa  melacak  keberadaanmu." ucapnya lembut.
"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi. " senyuman manis terukir di bibirnya.  Morghan melumat bibir shirley dengan lembut.

"Pakailah ini dulu.. Urusan ini serahkan pada suamimu. " morghan menyerahkan jaket itu pada shirley.
Shirley tersenyum, dan langsung memakainya.
"Aku akan pergi untuk mencuci tanganku sebentar, aku akan kembali. "

Shirley pergi untuk menghilangkan jejak di tubuhnya. Sedangkan morghan ia membawa dua anjing liar yang entah dari mana asalnya dan lansung melepasnya dihadapan jasad wanita tua itu. Di luar kendali morghan, kedua anjing itu langsung melahap daging dari tubuh wanita itu dengan brutal. Morghan tersenyum menyeringai Lalu ia pergi menemui istrinya dan segera pulang kembali menuju rumahnya.






Ke  esokan  harinya

"Berita  hari  ini, telah  ditemukan jasad seseorang yang kondisinya sangat mengenaskan.tubuhnya sudah tidak utuh, Polisi menduga Kejadian ini di akibatkan serangan dari hewan liar, karena terdapat luka gigitan di sekujur tubuh korban. Polisi akan segera melakukan otopsi. Sekian berita pagi dari kami, dan selamat beraktivitas. Kami melaporkan langsung dari TKP ."

"Kak.. Ini  ulah  kaka  lagi?" tanya  marc  seraya  memakan sepotong ayam  dalam genggamannya.
"Bukan." sambil menyeruput kopi  dalam  cangkirnya.
"Hmm?? Lalu?"
"Istriku."
"Uhuk!! Uhuk!!.... Ngghh!! Minum!! " ucap marc yang tersedak. Dengan sigap shirley menuangkan air dalam gelas marc.

"M.. Makasih" marc meneguk habis air itu.
"Kakak ipar, apa itu benar ulah mu? "
"Iya.. Itu ulahku, kenapa? "
"Woah... Sejak kapan kaka jadi beringas seperti itu.. Aku terkejut. Ternyata aslinya kau orang yang sadis. Sepertinya aku harus berhati-hati. "
"Jangan membuat ku kesal, kalau tidak aku akan memenggal kepalamu juga?! " ucap shirley dengan nada tinggi.
"Y-yayyayayaaya!! " marc pergi dengan tubuh yang bergetar. Morghan yang melihat kelakuan adiknya itu tertawa kecil.

The Mannequin (END)Where stories live. Discover now