Part 3

150 31 21
                                    

Sekeping rasa itu mendorongku untuk berjuang

Meski ku tau, aku hanya berjuang sendirian.
♥♥♥

Jeje dan Arsyi berjalan melewati koridor sekolah, mereka hanya saling diam, sedikitpun tak bicara. Hingga mereka berdua tiba di ruang kelas.

"Je, sepi ya kalo nggak ada Nafa," ujar Arsyi sambil mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Iya, ntar pulang sekolah jenguk yuk!" usul Jeje.

"Okeh, gimana kalau kita ajak yang lain, pasti asik!" jawab Arsyi dengan antusiasnya.

"Serah lo aja, gue ngikut deh," pasrah Jeje.

Guru yang mengajar jam pertama belum datang, jadi suasana kelas masih sangat ribut. Arsyi yang melihat itu langsung memanfaatkan keadaan, beranjak dari kursinya dan berdiri di depan kelas, sambil teriak,

"WOII, NANTI PULANG SEKOLAH JENGUK NAFA KUYY!" teriak Arsyi.

Mendadak isi kelas semuanya diam.

"WOI, KOK DIEM SIH, NGGAK ASIK LO SEMUA, TEMEN LAGI SAKIT MASAK NGGAK ADA YANG MAU JENGUK!" ujar Arsyi masih dengan teriakannya.

Jeje yang saat ini duduk anteng di kursinya, mengedip-ngedikan mata ke arah Arsyi, memberi aba-aba, namun Arsyi masih tidak mengerti.

"LO KENAPA JE? KELI... A.. A.. ADUH.. SAKIT BUK.. AUUU.." teriak Arsyi setelah mengetahui bahwa gurunya telah masuk, dan menjewer telinga Arsyi.

"Ngapain kamu teriak-teriak di depan? Kamu kira ini hutan?" ucap guru itu sangar, membuat Arsyi meringis ketakutan.

"Hehe, Ma..maap bu, saya nggak sengaja. Janji deh, saya nggak bakal ulangin." jawab Arsyi memelas.

"Ya sudah, sekarang kamu duduk! Awas kalo diulangi lagi." perintah guru itu.

♥♥♥

"JEJE.. KENAPA TADI LO NGGAK BILANG, KALAU GURUNYA UDAH MASUK, JADI SAKIT TAU TELINGA GUE," teriak Asryi pada Jeje, di koridor sekolah menuju kantin.

"Lo nya aja yang nggak peka Syi, dari tadi tu gue udah nyuruh duduk, lo malah bilang gue kelilipan, tuh rasain, hahah!" jawab Jeje sambil tertawa melihat Arsyi yang masih memegang telinganya.

"Yaelah, lo pikir gue orang utan yang ngerti bahasa isyarat? Gue mana ngerti Je," ucap Arsyi masih tidak terima.

"Lo tau nggak sih, ini telinga gue udah hampir putus. Untung aja gue nggak disuruh keliling lapangan atau bersihin toilet sekolah yang baunya minta ampun. Nggak kebayangkan tangan gue yang cantik ini megang sikat WC. OMG, belum lagi ceramah gurunya yang panjang banget, padahal yang diucapin itu-itu aja." Arsyi terus mengoceh, tanpa jeda.

"Huftt, udah selesai ngocehnya?" ucap Jeje, lelah sendiri mendengar ocehan temannya itu.

"Heheh, kepanjangan yak?, sory deh!" jawab Arsyi, dengan tampang tanpa bersalah.

Mereka lalu memesan makanan pada ibu kantin, dan menikmatinya tanpa basa-basi.

Arsyi sesekali melihat ke sekeliling isi kantin, hingga pandangannya terhenti pada sosok cewek yang duduk di pojok kantin.

"Eh..eh..eh, Je, liat tu,!" ucap Arsyi sambil menepuk bahu Jeje.

"Uhuk..uhuk.. apaan sih, keselek nih gue," jawab Jeje sedikit emosi dengan Arsyi.

HESITATIONWhere stories live. Discover now