Part 6

121 24 6
                                    

Ini tentang dia, dia si masa lalu yang belum enggan untuk pergi dan menjauh dari hati

♥♥♥

"Ghibran?" nama itu yang pertama kali diucapkan Nafa ketika melihat siapa pemilik suara itu.

"Nafa?" ucap pria itu. Raut wajahnya tampak bingung.

Detak jatung Nafa seakan meningkat berkali-kali lipat, aliran darahnya juga menjadi lebih cepat. Bayangan-bayangan masa silam itu kembali tereka ulang.

Arsyi yang melihat kejadian itu juga ikut melongo, ia tak menyangka bahwa Nafa dan Ghibran saling mengenal.

"Lho? Kok lo ada di sini?" tanya Ghibran dengan ekspresi bingung.

"Elah, kan gue sekolah di sini," ucap Nafa "bukannya lo tinggal di Singapur bareng bokap lo?" sambung Nafa lagi sambil mengingat-ingat kejadian-kejadian 4 tahun silam.

"Jadi lo sekolah di sini? Anak IPA 1 juga? Nggak nyangka gue, lo bisa pintar," jawab Ghibran sambil mengacak-acak rambut Nafa.

Nafa yang diperlakukan demikian hanya bisa mematung, membiarkan detak jatungnya yang mulai bermain dengan irama hatinya. Ia masih ingat jelas dengan perlakuan Ghibran yang serupa, tapi itu tepat 4 tahun yang lalu. Ketika itu, Ghibran akan pindah ke luar negri, karena ia memutuskan untuk tinggal dengan ayahnya setelah bercerai dengan ibunya.

"Eh, ntar pulang bareng ya. Ada banyak yang mau gue ceritain ke lo. BTW, itu tas disandang mulu, nggak bakal dicolong kali, tarok dulu gih!" ucap Ghibran sambil menurunkan tangannya dari puncak kepala Nafa.

"Gimana mau naroknya coba, tas lo juga ada di sana," jawab Nafa, yang jari telunjuknya mengarah ke kursi yang tepat ada di depannya.

"Eh lo duduk di sini?" tanya Ghibran "tapi waktu pertama gue ke sini kata Arsyi, kursinya kosong" jawab Ghibran, pandangannya kini terarah pada Arsyi.

Arsyi yang mendapat tatapan dari Ghibran dan Nafa hanya bisa nyengir kuda.

"Hehehe, sory. Sebenernya Nafa emang duduk di situ Ghib, tapikan waktu lo datang Nafanya gak ada, makanya gue bilang kosong," jawab Arsyi memperjelas.

"Ooo, ya udah kalo gitu, gue aja yang pindah," jawab Ghibran, lalu mengambil tasnya dan berjalan ke bangku paling belakang.

Setelah Ghibran pindah ke bangku belakang, Nafa mulai duduk di bangkunya masih agak kaget dengan pertemuan yang tak terduga ini.

"Fa, lo kenal sama Ghibran?" tanya Arsyi agak berbisik.

"Hmm"

"Elah, tu mulut lo kenapa, habis nelan lem yak? Singkat amat jawabnya."

♥♥♥

Saat itu semua kelas free, karena semua guru sedang ada rapat mengenai acara study tour.

Ghazi sebagai ketua osis yang baik tidak seperti siswa kebanyakan, yang memilih molor di pojok kelas ataupun bolos sekolah. Ia hanya duduk di mejanya sambil mendengar lagu di handfone lewat earphone-nya.

Ia berulang kali membaca pesan singkat yang dikirim oleh Nafa, mantan kekasihnya itu. Sempat terfikir olehnya untuk membalas dan menyetujui pertemuan tersebut. Tapi egonya terlalu tinggi sehingga ia menolak, bahkan ia langsung memblokir nomor Nafa dari handfonenya.

"Woi, lo ngeblock nomor Nafa?" tanya Ravin yang dari tadi mengintip hal yang dilakukan Ghazi sambil menarik salah satu earphone yang digunakan Ghazi.

"Emang kenapa kalau nomor dia gue block?" jawab Ghazi singkat, dan mengabaikan sebelah earphonenya yang terlepas.

♥♥♥

HESITATIONWhere stories live. Discover now