Part 7

100 23 10
                                    

Perlahan kau menghilang, tapi bekas luka yang kau buat tak akan pudar seiring kau menjauh.
♥♥♥

Langkah kaki itu terus melangkah meski lunglai. Perlahan tangan gadis itu menarik gagang pintu rumahnya dengan lesu. Kejadian yang tadi dialaminya masih saja berputar di kepalanya, tak ada sedikitpun kajadian yang terlewati saat terlintas di benaknya.

Ghazi yang dulu ia kenal sangat jauh berbeda dengan Ghazi yang ia temui di rooftop tadi. Meski demikian rasa sayang Nafa tak segampang itu untuk pudar.

Nafa memasuki rumahnya yang sepi itu, lalu melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Ia lalu mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar, hingga tatapannya mematung pada sebuah kotak berwarna biru langit yang terletak di atas meja belajarnya. Nafa menghampiri kotak itu dan kemudian membukanya.

Tangan Nafa bergetar ketika akan menyentuh tutup kotak itu dan perlahan membukanya. Ada sebuah boneka panda kecil dan beberapa lembar foto yang terdapat dalam kotak biru langit tersebut.

Tangan Nafa masih saja bergetar ketika mengeluarkan barang-barang yang ada di dalamnya, terutama ketika melihat foto yang berisikan gambar bocah laki-laki dan perempuan yang mengenakan seragam merah putih-SD.

"Gue nggak nyangka lo bakal nepatin janji ke gue," batin Nafa berbicara sambil terus menatap beberapa foto yang mulai kusam itu.

*FlashBack on*

Seorang anak laki-laki berseragam SD yang baru saja keluar dari kelas 6A tampak berjalan tergesa-gesa seperti ada sesuatu yang harus ditemuinya saat itu juga. Anak itu berjalan ke arah kelas 6B yang berada sekitar 3 meter dari kelas 6A.

Ia masuk ke dalamnya dan menemui seorang siswi perempuan yang tengah duduk sendirian sambil membolak-balik rapor yang ada di tangannya.

"Cie, yang dapat NEM paling tinggi, selamat ya!" ucap anak laki-laki tadi sambil mengulurkan tangan kanannya.

Anak perempuan yang mendapat pujian itu tak membalas uluran tangan tersebut, ia malah mengusir tangan itu untuk menjauh dari hadapannya.

"Kamu kenapa Nafa? Kok kayak sedih gitu? Kan sekarang impian kamu udah kecapai untuk dapat NEM tertinggi. Tapi kok malah nggak senang gitu wajahnya?" tanya siswa itu, bingung.

"Aku bahagia kok. Tapi,.." Nafa tidak melanjutkan ucapannya.

"Tapi apa Fa? Jangan bikin aku bingung dong!" tanya nya lagi masih belum paham.

"Tapi aku sedih, kita bakalan pisah, Ghibran. Waktu kelas 5, kamu pernah janji, kita bakal sekolah di SMP dan SMA yang sama. Tapi, sekarang kamu malah pindah, ngelupain janji kamu gitu aja." mata Nafa berkaca-kaca ketika mengucapkan kata-kata itu.

"Kamu tenang aja Fa, aku bakal nepatin janji kok. Mungkin SMP kita emang nggak bisa bareng, tapi aku bakal balik, dan akan nepatin janji." jawab anak laki-laki bernama Ghibran itu.

Kemudian seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan kemeja warna merah maroon sudah berdiri di depan pintu kelas.

"Ghibran, ayo, kita harus buru-buru ke bandara." ucap pria paruh baya itu yang dibalas anggukan kepala oleh Ghibran.

HESITATIONWhere stories live. Discover now