Part 9

125 30 17
                                    

"Assalamualaikum," ucap seorang perempuan yang masih mengenakan seragam putih abu-abunya sambil mengetuk pintu besar itu.

Suara gadis itu hanya terdengar samar-samar akibat hujan yang mulai turun dengan deras.

"Assalamualaikum." ulang gadis itu lagi, dengan suara yang sedikit di tinggikan.

Masih belum ada jawaban dari dalam rumah bernuansa putih itu. Namun beberapa saat kemudian, sebuah mobil hitam memasuki pekarangan rumah.

"Mau apa lagi lo ke sini? Masih belum puas lo sama bekas gue?" ucap Nafa ketika turun dari mobil dan langsung melihat Jeje yang berdiri di depan rumahnya sambil mengetuk-ngetuk pintu.

"Fa, gue bakal jelasin semuanya ke lo. Ini semua tu salah paham Fa!" Jeje langsung menghampiri Nafa. Tatapannya amat memelas, bahkan terlihat di pelupuk matanya ada tetesan air yang beberapa saat lagi akan mendarat di pipi mulusnya.

"Salah paham apanya, hah? Lo jelas-jelas udah pacaran sama Kak Ghazi. Jadi apa lagi yang mau dijelasin." jawab Nafa, ia mengalihkan pandangannya dari Jeje, tak menghiraukan Jeje yang sekerang telah menangis di depannya.

"Je, dengerin ya, gue nggak bakal marah kok kalo lo jadian sama Kak Ghazi, lagian dia juga cuma masa lalu gue kok, udah nggak urusan gue lagi. Tapi, sikap lo sendiri yang bikin gue marah, di depan gue lo seolah-olah benci banget sama dia, karna dia udah ninggalin gue bahkan sempat buat gue masuk rumah sakit. Tapi di belakang gue lo ada rasa sama dia, kalo emang ada rasa ya nggak usah bilang benci. Atau mungkin lo cuma kasihan sama gue yang seolah drop banget waktu dia ninggalin gue? Hey, gue nggak butuh rasa kasihan lo." kata-kata Nafa membuat Jeje termenung, kembali berfikir betapa bodohnya ia yang rela merusak persahabatan hanya karena satu orang cowok.

"Gue minta maaf Fa. Gue gini juga ada alasannya. Jujur, dari awal bahkan sebelum lo jadian sama Kak Ghazi, gue suka sama dia. Gue stalk semua akun sosmednya dia buat cari tahu tentang dia, gue juga sempat chating-an sama dia. Awalnya gue kira dia juga suka sama gue, tapi ternyata anggapan gue salah. Dia deketin gue cuma pengen cari tahu tentang lo, dia suka sama sahabat gue. Lo bayangin Fa, gimana perasaan gue waktu itu, gue tiap malam nangis karena udah ngelepas dia buat elo, gue rela lo sama dia, supaya kita tetap sahabatan. Sejak lo jadian, dia mulai menjauh dari gue, dari situ gue sadar gue nggak berhak deketin dia lagi. Dan sekarang, lo udah putus sama dia, gue pikir ini kesempatan buat gue. Tapi gue masih punya otak Fa, gue sama sekali nggak berusaha buat deketin dia, karena gue tahu lo masih sayang sama dia." Jeje menarik nafasnya, dalam. Kemudian ia menghapus air mata yang telah membuat pipinya basah. "Dan kemarin malam, dia nelfon gue, dia bilang sayang sama gue, dia nembak gue. Fa, lo juga cewek, lo pasti tau gimana rasanya ketika orang yang lo sayang bilang sayang sama lo. Munafik kalo gue nggak bahagia. Udah hampir setahun gue berusaha ngelupain dia, tapi gagal, trus dia datang ke gue bilang sayang, jujur gue nggak tau dia bener sayang atau cuma jadiin gue pelampiasan dia. Tapi setidaknya gue senang dia bilang gitu, logikanya gue bodoh banget kalo nolak dia." Jeje kembali diam, tidak lagi melanjutkan ucapannya.

"Lo yang salah Je, kenapa nggak dari awal lo bilang semuanya? Kenapa nggak dari awal lo bilang kalo lo suka sama Kak Ghazi. Coba kalo dari awal gue tau, semua nggak bakal jadi kayak gini. Gue mungkin akan ngerelain dia buat lo. Tapi elo yang terlalu nutup diri dari gue sama Arsyi." jawab Nafa setelah sekian lama diam tak bergeming.

"Lo egois Fa, di mata lo selalu aja gue yang salah. Lo nggak tau seberapa sakit yang gue rasa. Yang lo tau cuma elo yang paling tersakiti di sini. Padahal apa yang lo rasa nggak sebanding sama apa yang gue rasain." Jeje tak mampu lagi membendung amarah serta tangisnya. Benteng pertahanannya sudah hancur, ia meluapkan semua yang ia rasakan.

"Iya gue egois, gue salah, elo aja yang paling bener." bentak Nafa. Ia lalu meninggalkan Jeje dan masuk ke dalam rumah sambil menutup pintu dengan kasar dan menendangnya.

HESITATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang