Part 4

147 27 17
                                    

Karena kamu, aku tau bagaimana rasanya mencintai tanpa dicintai, berjuang tanpa dihargai, dan menanti tanpa ditemui.
♥♥♥

Jeje memarkirkan mobilnya, lalu turun bersama dengan Asryi dari mobil tersebut. Mereka berdua melangkah menyusuri koridor rumah sakit yang aroma obat-obatannya amat terasa.

"Njay, obatnya bauk banget Syi," ucap Jeje sambil berbisik, tampak jijik.

"Biasa aja kali Je, nggak nyangka gue, lo juga bisa jijik? Padahal, lo aja mandi cuma sekali dua hari, masak sama bau obat aja jijik," jawab Asryi santai sambil tertawa meremehkan.

"Serah lo," jawab Jeje sinis, lalu melangkah lebih cepat meninggalkan Asryi.

"WOI, JE, TUNGGUIN!!" teriak Asryi yang mendapat tatapan tajam dari para pengunjung dan beberapa karyawan rumah sakit.

"Mmm, ma..maaf pak, buk,!" ucap Arsyi pada orang-orang yang merasa terganggu itu. Ia melewati koridor sambil menunduk malu.

Arsyi merasa jengkel dengan sikap Jeje yang neninggalkannya, ia membesarkan langkahnya menyejajarkan dengan langkah Jeje.

"Woi, njir. Enak aja lo ninggalin gue. Tau nggak sih, mata mereka semua melotot ke gue, kayak mau keluar tu mata," ucap Asryi masih jengkel sambil menghentakkan kakinya.

"Makanya, nggak usah ngejek gue," jawab Jeje dingin.

"Wihh, lo marah Je? Gila, lo marah cuma gara-gara itu? Nggak asik lo." ucap Asryi sambil geleng-geleng kepala.

♥♥♥

Wajahnya tampak murung, tak seharusnya ia begitu. Bahkan ini adalah hari terakhirnya di rumah sakit, dan sepantasnya ia sangat gembira. Namun wajahnya kali ini seakan tertutupi awan mendung.

Vivi, mama Nafa, tampak sibuk mengurus surat-surat yang sepertinya adalah dokumen-dokumen kerjanya. Nafa sama sekali tak tertarik pada aktivitas mamanya itu, hingga pintu kamar inap-pun diketuk oleh orang dari luar.

Tok..tok..

"Ya, sebentar," jawab Vivi, lalu berdiri dan membukakan pintu.

"Assalamuaalikum tante," ucap Jeje dan Asryi bersamaan sambil menyium punggung tangan Vivi.

"Walaikum salam. Ayo masuk!" jawab Vivi.

"Nah, kebetulan banget kalian datang. Tante mau balik ke kantor, kalian tungguin Nafa bentar ya, nanti tante balik lagi, ada berkas yang tinggal soalnya," sambung mama Nafa, sambil membereskan kertas-kertas yang berserakan.

"Sip tante, tenang aja kalau sama kita. Jangankan bentar, lama juga nggak pa pa," ucap Asryi sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Makasih ya, Je, Syi." lalu Vivi menghampiri ranjang Nafa "Sarapannya dimakan Fa!" ucapnya, sambil mengelus rambut putri semata wayangnya itu.

Setelah mama Nafa keluar, Jeje dan Arsyi segera berhamburan ke ranjang Nafa, sambil melontarkan banyak pertanyaan.

"Gimana Fa, efek putusnya? Berfaedah nggak?" ucap Arsyi sambil terkekeh.

"Faedah pala lo? Badan gue sakit semua bego." jawab Nafa jengkel. Ucapannya terdengar begitu lesu tak bersemangat.

"A elah, lo marah mulu. Udahlah Fa, nggak usah mikirin dia, itu cuma buat lo makin sakit. Sakit di fisik lo aja belum sembuh, apa lo masih mau nambah sakit lo secara mental dengan ngebebanin hati lo? Dia nggak pantas buat lo!" ujar Jeje panjang, dengan nada suara tenang.

HESITATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang