Part 5

122 29 12
                                    

Sakit itu ketika kita marah karena kita ingin diprioritaskan, tapi realitanya kita bukan siapa-siapa.
♥♥♥

"Aku masih ingin diprioritaskan, tapi aku bukan siapa-siapa" Memang terdengar egois, tapi apalah daya jika hati ini telah bertindak. Aku marah, ketika aku bukan yang utama lagi baginya, meski nyatanya aku sedikitpun tak berhak untuk marah. Aku bukan siapa-siapanya lagi, tapi aku pernah menjadi yang utama di hatinya. Jika hati mu itu dapat ku sewa, aku ingin memperpanjang masa kontrakku sebagai prioritas mu. Aku ingin kau bahagia, tapi bukan berarti aku rela sakit karena kau dengan dia. Percayalah, di balik bahagia mu, ada hati yang patah dan belum terobati.

♥♥♥

Alarm di kamar Nafa telah berdering dua kali, sedangkan Nafa masih saja tidur nyenyak tanpa merasa terganggu dengan suara bising dari alarmnya itu.

Matanya masih tampak bengkak, sangat jelas kalau ia semalaman habis menangis. Buku kecil yang berwarna merah jambu itu, masih terletak di atas kasurnya.

Nafa mulai terbangun ketika mamanya membangunkan Nafa.

"Fa, bangun. Udah jam 9, anak cewek kok males-malesan," ucap mama Nafa sambil menarik selimut Nafa. Nafa masih diam, tidur nyenyak, tak menggubris sama sekali.

Mama Nafa yang membuka selimut Nafa, ia melihat mata anaknya itu merah.

"Fa, bangun, mandi sana. Trus sarapan!" ucapnya lagi, sambil menggoyang-goyangkan badan Nafa. Namun Nafa masih tak berkutik.

Hingga mama Nafa melihat sebuah buku yang sepertinya terjatuh dari kasur Nafa. Ia lalu mengambilnya, dan membaca semuanya.

Mama Nafa mulai mengerti, ternyata perubahan sikap Nafa yang beberapa hari ini sering murung diakibatkan oleh hubungannya yang telah renggang.

Hingga akhirnya mama Nafa memutuskan tidak membangunkan Nafa lagi, dan membiarkan Nafa tetap istirahat. Ia lalu berjalan keluar kamar Nafa.

"Aduhhh... ini buku kenapa coba, kok ada di sini? Apa mama baca semuanya ya?" ucap Nafa yang gelisah sendiri di tempat tidurnya karena mamanya telah membaca diarynya.

Sebenarnya Nafa memelang telah bangun ketika mamanya masuk ke kamar. Tapi Nafa memilih untuk pura-pura tidur saja daripada mamanya itu melihat matanya yang kembali sembab. Namun, semua yang terjadi di luar dugaan Nafa, mamanya malah membaca buku diarynya.

Nafa hanya bisa pasrah. Ia lalu keluar kamar dan menuju ruang keluarga.

"Hai ma, pa!" sapa Nafa lesu.

"Eh, kamu udah bangun? Mandi dulu sana! Bauk tau!" ucap mamanya yang membuat Nafa mengerucutkan bibirnya.

"Ihhh mama, ya udah deh. Afa mandi dulu," ucapnya, lalu membalikkan punggung dan berjalan kembali ke kamarnya.

"Set dah. Itu mak gue belajar akting di mana coba? Atau dia emang nggak baca diary gue ya? Aduhh, bikin bingung," batinnya. Ia merasa ada yang beda dari mamanya itu. Seolah-olah mamanya tak tau apa-apa. Nafa kira mamanya akan membahas masalah ini panjang lebar, tapi ternyata yang terjadi di luar dugaannya lagi.

Nafa memilih diam, dan terus berjalan menuju kamarnya.

♥♥♥

"Fa, mama masuk ya," ucap mama Nafa sambil mengetuk pintu kamar putrinya itu.

HESITATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang