Part 8

120 26 18
                                    

"Kalo mau, ngomong! Lo pake taktik nikung plus fake face? Nyampah banget cara lo buat rebut bekas gue"
.
.
.

Pagi ini cuaca seakan tak bersahabat dengan Nafa. Suara petir terdengar menggelegar di tengah hamparan derasnya hujan. Namun hal ini tak menghilangkan keinginan Nafa untuk tetap berangkat ke sekolah.

"Fa, hujannya deras banget, kamu diantar Pak Amat aja ya, ngga usah bawa mobil dulu hari ini," ucap mama Nafa sambil menyiapkan makan pagi keluarganya.

"Iya ma, tapi nanti kayaknya Nafa pulang agak lambat deh ma, soalnya mau ke rumah Jeje dulu," jawab Nafa dengan wajah datarnya.

"Fa, gimana sekolah kamu? Papa liat belakangan ini kamu sering murung, ada apa? Ada masalah dengan nilai kamu? Atau kamu kurang enak badan?" tanya papa Nafa membuka pembicaraan baru.

"Nggak ada masalah kok pa, biasa aja, nggak usah khawatir." jawab Nafa singkat, seadanya.

"Oh iya, mama dengar, Ghibran anaknya Tante Aurel pindah ke Indonesia loh Fa," ucap mama ketika mengingat teman lama anaknya itu.

"Iya, dia bahkan sekolah di tempat aku," jawab Nafa agak gugup ketika mengingat kejadian dimana Ghibran mengungkapkan perasaan padanya.

"Kamu serius? Kenapa nggak diajak main ke rumah!"

"Iya, lain kali Nafa ajak."

♥♥♥

"Pagi Jeje," sapa Arsyi dengan senyum manisnya.

"Pagi juga Arsyi," jawab Jeje tak kalah ramahnya.

"Eh tumben nih my beb gue belum dateng, kamane tuh anak ye?" oceh Arsyi sambil melihat ke sebelah bangkunya yang masih kosong.

"Gila, Nafa maksud lo? Sejak kapan lo jadi alay gini ha? Hahaha" jawab Jeje sambil tertawa tak habis fikir dengan sahabatnya yang satu ini.

"Lo cemburu ya? Tenang aja, lo udah di hati gue kok Je," ujar Arsyi lagi sambil mengedipkan sebelah matanya pada Jeje.

"Jijik gua anjir."

Drrtt...
Jeje merogoh saku rok-nya ketika mendengar notifikasi pesan masuk. Ia langsung membacanya.

From : Nafa
Ke taman belkng sekarng, gw mau ngomong

"Nafa ngajak ke taman belakang nih Syi," ucap Jeje setelah mengetahui isi pesan itu.

"Lah, ada apa ya? Kok tuh anak nggak langsung ke kelas aja? Gerimis gini lagi," jawab Arsyi sedikit bingung.

"Gue juga kagak tau, samperin yuk!" jawab Jeje.

Arsyi dan Jeje langsung berdiri dari duduknya dan beranjak menuju taman belakang sekolah untuk menemui Nafa.

Ketika beberapa langkah lagi menuju taman, Jeje dan Arsyi sudah bisa melihat punggung Nafa yang tengah berdiri membelakngi mereka.

"Nah tu Nafa," ujar Arsyi sambil menunjuk ke arah Nafa.

"Hai, Fa. Ada apa, kok tumben lo nyuruh kita ke taman, katanya mau ngomong, kok nggak di kelas aja, lo nggak liat rintik-rintik hujan yang jatoh, hah?" jawab Jeje sambil sedikit tertawa ketika Nafa sudah berbalik badan.

"Munafik banget senyum lo, bangsat. Ini yang lo bilang sahabat, anjing?" ujar Nafa dingin, namun terdengar menyeramkan.

Jeje yang mendengar umpatan dari Nafa sontak terkejut, tak menyangka Nafa akan mengeluarkan kata-kata itu. Tapi, meski begitu Jeje tak sedikitpun membalasnya.

"Woi, santai Fa, lo kenapa?" tanya Arsyi yang mulai bingung dengan sikap Nafa.

"Lo tanya aja sama bajingan yang satu ini!" jawab Nafa masih dingin, sambil jari telunjuknya mengarah lurus ke wajah Jeje.

Jeje yang diperlakukan demikian masih saja diam membisu, ia mulai menyadari sesuatu yang membut sahabatnya ini teramat marah padanya. Namun Jeje belum berani untuk mengungkapkannya.

"Lo bener-bener bangsat Je. Lo tau seberapa menjijikannya anjing? Bahkan lo lebih menjijikkan dari itu!" Ujar Nafa ketus. Ia lalu berlalu meninggalkan kedua temannya sambil dengan sengaja menyenggol bahu Jeje dengan bahunya.

Setetes air mata mulai jatuh dengan mulusnya di pipi tirus milik Jeje.

"Lo sama Nafa kenapa sih Je? Aneh banget! Si Nafa kenapa lagi, pake ngomong tajam bat kayak golok punya bokap." ujar Arsyi masih bingung dengan apa yang terjadi.

Jeje yang mulai mengerti kesalahannya, berlari mengejar Nafa yang telah jauh berada di depannya, dan hanya mengabaikan pertanyaan dari Arsyi.

"Fa tunggu gue. Gue bakal ngejelasin semuanya ke lo," ucap Jeje yang berhasil meraih pergelangan tangan Nafa.

"Nggak usah pegang-pegang gue bangsat!" jawab Nafa sambil menarik kasar tangannya yang digenggam Jeje.

"Fa, gue minta maaf. Gue bakal jelasin ke lo semuanya Fa," ucap Jeje yang air matanya terus mengalir di pipi.

"Lo mau jelasin apa lagi hah? Gue udah tau seberapa busuknya lo. Lo nggak usah sok pencitraan deh di depan gue, jijik gue liat lo. Anjing banget sikap lo, di depan gue lo baik, lo ngedukung apa yang gue lakuin, lo selalu ngasih solusi kalo gue ada masalah. Ternyata di belakang gue, lo malah nikung gue, pinter banget lo muka dua." Nafa tak sedikitpun menghiraukan permintaan maaf dari Jeje dan berlalu meninggalkan Jeje yang masih berurai air mata. Ia benar-benar marah, umpatan-umpatan kasar terus mengalir dari mulutnya.

"Woi, lo jangan lari-larian deh Je, capek gue." ujar Arsyi dengan ngos-ngosan ketika sudah berhasil menyamakan langkahnya dengan Jeje.

"Lo mending cerita sama gue! Kenapa Nafa bisa semarah itu, lo lakuin apaa sama dia? Ntar gue bantu deh buat nyelesaiin masalahnya," sambung Arsyi lagi setelah tak ada jawaban sedikitpun dari Jeje.

"Gue mau jelasin ke Nafa dulu, sebelum gue ngejelasin ke orang lain," jawab Jeje sambil mengusap air matanya, lalu berlalu meninggalkan Arsyi yang masih berdiri mematung.

"Aelah, gue ditinggal lagi. Nasib jadi bocah ya gini." omelan Arsyi terdengar sedikit nyaring seiring dengan Jeje yang telah mendahuluinya.

♥♥♥

Setelah menemui Jeje di taman belakang sekolah, Nafa tidak langsung ke kelasnya. Ia malah berjalan ke arah kantin sekolah. Saat di kantin, ia melihat sosok Ghazi yang sedang mengambil sebotol minuman.

"Lo jadian sama Ghibran?" tanya Ghazi ketika menyadari keberadaan Nafa di sampingnya.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Nafa tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari sederetan minuman botol di depannya.

"Iya gue ngomong sama lo. Lo beneran jadian sama Ghibran?" ulangnya masih dengan nada datar.

"Huh, peduli banget lo sama gue, nggak usah ngusik hidup gue deh lo," jawab Nafa dengan ketus.

"Gue harap lo jauhin dia, dia nggak baik buat lo!" sambung Ghibran lagi.

"What you say? You said he is not good to me? Hey, look at you! Lo bahkan lebih busuk dari dia. Urus aja deh pacar lo!" jawab Nafa sambil menekankan kata pacar. Ghazi yang mendengar itu mematung seketika, tak menyangka kalau Nafa mengetahui satu hal di luar dugaannya.

♥♥♥

Masih ada ngga ya yang baca? Au ah, yang pasti buat yang baca, kata2 jeleknya kagak usah ditiru😂
Jangan lupa vote and coment!

Salam sayang dari author
BungaNafandra💛

HESITATIONWhere stories live. Discover now