chapter 13

1.9K 89 0
                                    

Ahh gimana bisa gue lupa, kalau disekitar Rooftop itu sepi. Gimana bisa ada yang ngedenger gue?

Karena kehabisan tenaga melakukan hal yang sama sekali gak berguna kayak gitu, gue memilih duduk didepan pintu rooftop. Lemes rasanya.

Gue kan belum ngabisin makanan gue yang dikantin tadi, gara-gara pertengkaran Alexa yang bener-bener membosankan dan brisik.

Oh God, semoga gue gak mati disini.

**

Sedangkan disisi lain.....

Seorang laki-laki tertawa-tawa tak jelas ditempatnya yang ditatap ngeri teman sebangkunya.

Pasalnya ia baru saja mengerjai gadis yang notabennya adalah pacarnya sendiri.

Ahhh persetan dengan itu, lagian mereka pacaran hanya tipuan untuk keuntungan mereka saja bukan? Lalu apa yang harus dipermasalahkan.

"Mampus lo!" umpatnya dalam hati. Oke, ia bisa dibilang jahat, tidak, mungkin begitu jahat karena telah mengerjai gadis yang baru saja sembuh dari sakitnya itu.

Tega? Yaa, cowok berwajah tampan itu bisa dibilang tega pada gadis yang dikerjainya.

Tapi heyy, bagaimana dengan harga dirinya? Masih ingat kejadian di mal? Gadis itu melukai harga diri dan egonya dengan menonjoknya didepan umum. Memalukan!

Tentu saja, ia tak terima, namun pengendalian yang hebat pada dirinya seolah-olah orang akan menganggap dia begitu konyol tak punya malu.

Walau emang begitu kenyataannya sih, tetapi ia juga tak terima jika harga dirinya terluka.

Pendendam?

Bukan, ia bukan pendendam, ia hanya suka bermain-main pada sasarannya dan mencari waktu yang pas untuk melakukan pembalasannya.

Adil bukan? Tentu saja, hanya saja cara yang ia lakukan agak berbeda dan terasa lebih....menyenangkan mungkin?

Soal bagaimana ia bisa mendapatkan kunci untuk rooftop? Ia menduplikasikannya dengan kunci yang ia pinjam sebentar, atau mungkin mengambilnya diam-diam.

"Lo kenapa Rel?" tanya teman sebangkunya yang masih menatapnya ngeri.

"Gue? Lo gak liat gue lagi bahagia? Hahaha, Tuhan baik banget sama gue" pernyataan Darrel yang absurd itu membuat chairmatenya bergidig ngeri dan memilih meninggalkan Darrel sendiri. Takut-takut Darrel kesurupan.

Darrel tak peduli dan masih tertawa walau teman sekelasnya terutama kaum hawa dominan menatapnya terpesona. Pesona akan wajahnya yang entah mengapa terukir sempurna dan tanpa celah yang sebenarnya tak cocok disandingkan dengan tingkahnya.

***

Author pov.

"Duhh, Candy dimana sih" gerutu Lynxi. Mereka sudah hampir setengah jam berkeliling sekolah untuk mencari gadis itu, dia juga bahkan tak mengikuti pelajaran keempat dan kelima.

"Masa sih dia bolos lagi? Ckck, mana gak ngajak kita lagi" gerutu Alexa.

Mereka melihat kesekeliling sebentar, dan pandangan Alexa menemukan Darrel berjalan bersama teman-temannya yang tak lain adalah Andreas, Keenan, dan Arthur. Zen entah pergi kemana.

"Oh iya, siapa tau aja si kunyuk tau dimana tuh bocah" gumam Alexa.

Tanpa menunggu Lynxi, Alexa langsung berlari kearahnya.

Alexa menghentikan langkah mereka, yang seketika saja berhenti dan menatapnya heran. Pasalnya bahkan Alexa bahkan tak ingin untuk sekedar melihat mereka.

"Kenapa Al?" tanya Andreas heran.

Alexa tak memperdulikan pertanyaan Andreas dan langsung menatap Darrel tajam.

"Lo! Lo sembunyin dimana Candy!?" tuduh Alexa sambil menunjuk wajah Darrel.

"Hah? Maksud lo?" tanya Darrel mengernyit masih belum paham.

"Ckck, gue yakin pasti lo yang nyembunyiin Candy kan?" tiba-tiba Lynxi sudah ada saja disamping Alexa, entah sejak kapan.

"Nyembunyiin Candy? Siapa?" tanya Darrel  dengan ogebnya masih belum sadar.

"Ya elo lah goblok!" ucap Alexa berusaha sabar.

Darrel berpikir sebentar kemudian berdecak. "Lo nanya apa nuduh!" ucap Darrel tak terima.

"Gue nanya, cepet dah lo jawab" geram Alexa.

"Ckck pertanyaan lo udah kayak tuduhan aja sayang" bukan Darrel yang menjawab tetapi Keenan. Darrel dan yang lainnya hanya terkekeh melihat bagaimana Keenan selalu saja membuat gadis tomboy itu marah. Seperti sekarang wajah Alexa memerah menandakan kesal setengah mati yang tertahan.

"Diem lo!" ucap Alexa tajam pada Keenan lalu kembali menajamkan pandangannya pada Darrel yang cekikikan.

"Cepet jawab!" ucap Lynxi tak sabaran.

"Dihh maksa banget sih lo" ucap Darrel jail masih sambil terkikik.

Alexa rasanya ingin menguliti makhluk bernama Darrel ini hidup-hidup. Darrel yang sadar, merasa kasihan melihat wajah Alexa yang semakin memerah saja. Darrel kemudian menghentikan kikikannya

"Oke, biar gue konfirmasi dulu, yang pertama gue gak nyembunyiin Candy karena gue bukan wewe gombel, yang kedua gue gak tau gimana keadaan Candy sekarang karena gue ngunciin dia di rooftop udah dari jam pelajaran pertama" jawaban Darrel yang santai, lebih tepatnya kelewat santai membuat mereka cengo.

Seriously?

Oke, mungkin sebelum dikuliti cowok ini bisa di cekik terlebih dahulu.

"Serius lo Rel?" tanya Arthur tak percaya. Yang lainnya pun sama. Tak terkecuali 2 gadis dihadapannya yang seperti siap membunuhnya.

"Are you fucking kidding me!?" umpat Alexa marah, tanpa basa-basi lagi ia langsung berlari ke rooftop. Menyadari sesuatu hal yang mungkin akan membahayakan nyawa seseorang.

"Shit, anjing lo Rel!?" ucap Lynxi tak kalah marah. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana keadaan Candy. Ia langsung berlari menyusul Alexa yang sudah berlari terlebih dahulu.

In other place...

Sepertinya gadis itu begitu sial, bagaimana tidak, ia pun juga tidak membawa ponselnya. Ia menyimpannya didalam tas. Mana dirinya belum makan. Gadis itu bahkan sudah terlihat lemas dan pucat.

Sudah hampir bel pulang sekolah, tetapi mengapa ia tak kunjung keluar. Aduh, kalau begini namanya seperti menunggu doi yang gak peka-peka juga. Eh.

Daripada sibuk menggerutu tak jelas dari tadi, lebih baik ia duduk di pinggiran rooftop.

Semilir angin tak hentinya menerpa wajah cantik gadis itu, yang kini tengah terduduk manis di pinggiran rooftop sehingga kakinya menggelantung kebawah begitu saja. Dan ia bisa melihat suasana kota Jakarta pada siang menjelang sore hari ini.

Keheningan begitu dirasakannya. Suasana yang cocok untuk menyendiri dan terutama berpikir..............bagaimana cara ia nanti bisa membalaskan dendam pada orang yang mengunci dirinya dirooftop. Si Darrel sialan itu.

"Duhh, rasanya mau pingsan gue" gumam Candy. Ia terdiam dan sesekali meremas perutnya yang entah mengapa begitu terasa sakit. Mungkin karena belum makan?

Tiba-tiba lamunannya terganggu saat pintu terbuka dengan kencang dan langkah terburu-buru terdengar.

"Candy, lo gapapa!?" tanyanya dengan nada cemas.

Alexa?.

***

Cerita mainstream? Maaf author masih pemula. Jangan lupa tinggal jejak kalian diaini.

#maksa.







EverlastingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang