chapter 22

1.5K 64 0
                                    

Pukul 7 malam.

Laki-laki itu menuruni anak tangga dengan langkah gontai. Entah mengapa ia merasa mual saat pulang sekolah tadi.

Canda tawa begitu terdengar dari ruang tamu, mencerminkan betapa hangat dan harmonis suasana keluarganya.

Ia pergi menuju ruang tamu, disana ternyata ada papa, mama, dan adiknya yang baru berusia 5 tahun, tetapi sudah banyak omongnya.

"Eh Darrel, baru kamu turun dari kamar?" ucap papanya basa-basi.

Darrel tak menyahuti, ia langsung duduk disamping mamanya.

"Kak Darrel kenapa?" Tanya gadis kecil itu dengan raut wajah lugunya, sambil sesekali merapikan poni doranya.

Darrel tersenyum tipis tapi tak menyahuti, ia malah memejamkan matanya.

"Kamu kenapa nak," Suara lembut yang mengalun ditelinganya, membuat ia kembali membuka matanya, apalagi saat tangan halus dari sang ibu menyentuh dan mengelus perlahan puncak kepalanya, membuat ia tenang.

"Gapapa ma, cuma mual aja tadi" ucap Darrel.

"Kakak mual kenapa?" Tanya Kyla, adiknya, dengan nada lugunya.

"Mungkin salah makan kali ya" jawab Darrel mengedikkan bahu acuh tak acuh.

"Ihh kakak jangan makan sembarangan, nanti kakak sakit, Kyla yang repot" oceh gadis itu dengan raut wajah marah yang dibuat-buat. Darrel terkekeh. Ia kemudian menarik Kyla kepangkuannya.

"Kyla kan cuma liatin doang kalau kakak sakit"

"Ihh enggak, Kyla bantuin kok"

"Bantuin apa?"

"Bantu doa" ucap gadis kecil itu dengan lugunya, membuat Darrel tertawa. Orangtuanya hanya menatap mereka tersenyum.

"Ihh kok kak Darrel ketawa?" Ucapnya mengerucutkan bibir sebal, tetapi malah terlihat lucu dan imut.

"Abisnya Kyla lucu nih, makasi doanya ya sayang"

Kyla tersenyum lalu memeluknya.

"I love you" ucapnya yang membuat Darrel lagi-lagi tertawa.

"I love you too, baby"

"Keadaan kamu udah lebih baik Rel?tanya papanya dengan suara khas yang berwibawa.

Darrel menoleh, lalu menganggukan kepanya pertanda bahwa ia baik-baik saja.

"Sebenarnya sekarang kak Michelle pulang lho, kita mau jemput, kalian mau ikut?"tanya mamanya.

Michelle adalah kakak dari Darrel dan Kyla, mereka tiga bersaudara.
Ia jarang pulang karena berkuliah di Australia.

Kompak mereka menoleh.

"Yeay, kak Michelle pulang, Kyla mau ikut!" Girang Kyla dan melepas pelukan mereka.

"Kamu gimana Rel?" Tanya papanya.

"Umm, biar aku aja yang jemput kak Michelle pa, papa sama mama kan jarang pulang, kalian disini aja" ucap Darrel. Kedua orang tuanya saling pandang.

"Kamu yakin Rel?" Tanya mamanya memastikan.

"Kamu emang kuat?, kayaknya kamu lemes hari ini" ucap papanya tak yakin.

"Aku kuat kok pa, sekuat cinta aku ke Kyla" ucap Darrel ngelenceng.

Kyla tertawa senang, orang tuanya hanya menggelengkan kepala tak heran lagi dengan sikap Darrel yang dominan absurd.

"Kyla ikut" ucapnya.

"Iya, Kyla boleh ikut kok"

"Yeayyhh" soraknya gembira

"Kamu beneran gapapa?" Tanya mamanya sekali lagi memastikan.

"Iya ma" ucap Darrel yakin.

"Yaudah, kamu siap-siap gih, mama nanti tinggal gantiin baju Kyla, gak mungkinlah Kyla kebandara pakai piyama. " ucap papanya terkekeh.

Darrel tersenyum dan mengangguk, kemudian ia segera bersiap-siap.

**

Disisi lain....

"Aduh, laper gue" keluh gadis itu. Rumahnya kosong melompong kayak keadaan hatinya sekarang, yang udah beberapa hari ini tak terisi oleh tambatan hati.
Loh?

Asisten rumah tangga yang biasanya menyiapkan makanan, sudah dua hari tak bekerja karena anaknya sakit. Kakaknya sendiri? Ahh orang sibuk sepertinya mana mungkin pulang kerumah secepat ini. Persetan dengannya, lebih baik ia tak pulang sekalian, udah kayak bang toyib aja.

Dirumahnya yang segede gedong gini, dengan hanya ada seonggok manusia seperti dirinya didalam rumah, benar-benar terasa sepi.

Ia berpikir kemana harus mencari makan, tak mungkin kan ia minta makan ketetangga dengan alasan tak bisa masak dan takut menghidupkan kompor?

Yang benar saja! Ia tak mau mempermalukan dirinya sendiri, apalagi dengan gengsi setinggi langit.

Ia kemudian memutuskan mencari makanan disekitar depan komplek saja. Seingatnya, disana ada tukang sate yang lewat.

Ia hanya memakai jaket agar tak kedinginan, lalu keluar dengan berjalan kaki.

Candy pov.

Keadaan udara malam ini, entah kenapa lebih dingin dari biasanya. Sedingin hati gue kalau lagi ketemu mantan yang tiba-tiba nongol tanpa dikehendaki.

Ternyata bukan cuma rumah dan hati gue yang sepi, lahh ini disekitar komplek juga sepi, para manusia kemana? Udah mirip kayak ruang uji nyali dengan lampu temaram dimana-mana. Bedanya kalau ruang uji nyali ada tambahan beragam jenis setannya, kalau disini tambahannya cuma bayangan gue.

Ahh iya, kenapa gue bisa lupa, disini kan orang-orangnya super sibuk, tanpa sosialisasi dan dengan individualisme tinggi, bahkan sama tetangga aja belum tentu saling kenal.

Gue melangkahkan kaki kedepan komplek, suasana depan komplek setidaknya tak begitu sepi.

"Mang, beli satenya yaa, bungkus aja" ucap gue saat sudah sampai didepan pedagang sate.

"Sip neng" ucap mamang itu.

Karena keadaan tak begitu ramai, jadi pesanan gue gak lama juga udah siap.

Setelah itu gue langsung membayar sate pesanan gue.

"Ehh, kenapa gue gak beli seblak sekalian ya?" gumam gue. Seblak memang makanan favorite gue, apalagi yang super pedas.

Ahh gue jadi ngiler ngebayanginnya, tukang seblak ada dua komplek lagi darisini, agak jauh sih, eh tapi gapapa deh, demi seblak level super pedas, gue rela jalan jauh darisini.

Gue berjalan lurus, kearah komplek dimana tukang seblak favorit gue berada. Sesekali mencomot satu dua tusuk sate yang masih dibungkus karena saking lapernya.

Udara dingin ini terasa menusuk kulit gue, walau gue udah pakai jaket.

Gue mengeratkan jaket, agar tak terlalu terasa dinginnya.

Tukang seblak favorit gue kira-kira tinggal 200 meter dari posisi gue sekarang.

Saat gue menunduk untuk mencomot sate yang keempat kalinya, kemudian mendongak lagi hendak memakan satenya, tiba-tiba lampu yang begitu terang begitu menusuk indra penglihatan gue, membuat gue terlonjak kaget dan reflek melempar sate gue dan menutup mata gue.

"Arghhhhhhhhh"

Gue berharap, gue gak mati konyol sekarang karena berkorban untuk seblak.

*****

Candy ketabrak apa gimana ya? Apa dia gak jadi makan seblak favoritnya?, baca ceritanya di chapter selanjutnya yaa. Jangan lupa vommentnyanya okey,(・・;










EverlastingWhere stories live. Discover now