14 : comeback

2.1K 293 86
                                    

Namjoon

Disini,

Kini aku tengah menjalani pengobatan kejiwaan. Aku merasa lebih lega sebenarnya karena psikiater yang mengurusku benar-benar merawatku dengan baik. Aku juga mulai bisa mengontrol diriku meskipun aku tahu setelah pengobatan ini aku harus menjalani hukuman penjara.

Sebenarnya aku masih takut akan apa yang terjadi ke depannya setelah mereka semua tahu bahwa aku adalah seorang pembunuh meskipun itu ku lakukan di bawah alam sadar. Setiap hari aku merenung memikirkan Taehyung dan Jimin. Andai aku dapat memutar waktu, maka aku akan segera menjalani terapi kejiwaan bukan seperti sekarang. Bahkan keluargaku sendiri pun menanggung malu atas kasus yang menimpa diriku ini. Tapi psikiater yang mengurusku selalu menguatkanku dan berusaha menghiburku.

"Namjoon-ssi, bagaimana kondisimu sekarang? Lebih baik? " Tanya psikiaterkuㅡHyejin-noona.

"Baik noona, tapi aku masih kepikiran bagaimana aku ke depannya, " Ucapku lirih.

"Jangan khawatir, ku rasa dengan klarifikasimu dan atas keberanianmu bertindak jujur maka respon mereka akan lebih baik di banding menyangkalnya dengan suatu alibi. Kau pasti tidak apa-apa, " Hyejin-noona menepuk pundakku pelan.

"Pasti hukuman penjara tidak akan sebentar, kan? Ah aku khawatir dengan ayah, ibu, dan Hyebin. "

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan selama ada Tuhan yang menjaga keluargamu. Orang-orang pasti akan memaklumi atas apa yang kau lakukan. Ini sebuah ketidak sengajaan, banyak orang yang akan mendukungmu. "

Aku tersenyum mendengar ucapan Hyejin-noona. Dan yang sekarang ku pikirkan adalah masalah hukum pidana yang harus ku lewati. Namun aku kini yakin aku pasti dapat melakukannya.

"Besok kau akan diwawancarai polisi kan? Semangat Namjoon-ssi! Aku yakin semuanya akan lancar, " lanjut Hyejin-noona kepadaku.

•••


Author

"Apa?" Jungkook menekuk alisnya kebingungan.

"Kita bukanlah boneka penghasil uang! Apa-apaan maksud si keparat Bang Sihyuk?!"  Dada Jungkook naik turun mendengar penjelasan dari Yoongi yang baru kali ini ia beritahu.

"Tunggu dulu Jungkook. Aku tahu ini sulit dimengerti tapi kau tahu ini juga akan mengancam kita semua. Kita juga akan ikut menjadi tersangka, kita saksi akan penyakit Namjoon, " balas Yoongi berusaha menenangkan Jungkook.

"Saksi katamu? Ku rasa hanya kalian bertiga saja yang tahu! Aku bahkan tidak pernah tahu perihal penyakit Namjoon hyung! Juga, aku percaya jika adik Namjoon hyung ikut membunuh Taehyung dan Jimin hyung! " balas Jungkook.

"Dan satu lagi, apa kalian tidak merasa ada hal janggal? Suara aneh saat itu apa kalian tidak dengar? Aku mendengarnya juga hyung, aku juga melihat post-it dan pesan yang setiap hari ada di depan pintu dorm. Apa kalian rasa ini juga sebuah halusinasi?! "  Jungkook mendorong pundak Yoongi kasar.

"Jalani saja apa yang terjadi. Jangan egois hanya karena kau menyesal Namjoon meninggalkan kita. Ini adalah takdir yang sudah ditentukan, "  jawab Jin berusaha melerai Jungkook dari Yoongi.

Jungkook menggeleng pelan, ia menangis. Ya benar, ia sangat lemah sekarang karena mengingat kepergian Taehyung, Jimin, dan nasib Namjoon yang harus menanggung malu.

"Ini sulit dimengerti. Aku bingung siapa yang harus ku salahkan, " Jungkook meinggalkan para hyungnya yang masih setia di tempatnya.

"Maklumi saja Jungkook. Emosinya memang mudah sekali meledak, " lanjut Jin menenangkan Yoongi.

"Entah bagaimana ke depannya grup kita ini nanti. Aku membenci takdiri ini, " Yoongi menatap kilat Jin lalu masuk ke dalam kamarnya.

"Hyung, aku juga akan ke kamar, " lanjut Hoseok meninggalkan Jin sendirian.

Jin memutuskan untuk duduk diatas sofa lalu mengusap wajahnya pelan.

"Aku akan berusaha sedikit lagi, " gumam Jin lalu menundukkan wajahnya menatap kedua kakinya.

---

Jungkook

"Aku rindu kalian hyungdeulㅡ,"   Aku menatap sendu fotoku dengan Taehyung-hyung dan Jimin-hyung beberapa waktu yang lalu.

"Namjoon-hyung juga sekarang sudah tidak disini. Jika kalian tahu aku malah merasa kesepian padahal masih ada Jin,Yoongi, dan Hoseok hyung. Aku rindu kalian sungguh, " bibirku bergetar. Aku berusaha menggigit kuat  bibir bawahku.

"Jika suatu saat nanti kita bertemu, aku harap kita akan menjalani kehidupan yang lebih bahagia daripada disini. Aku berjanji akan membuat kalian bahagia, "

Air mataku membasahi layar ponselku sejak tadi. Tidak peduli dengan air mata yang malah terus mengalir, aku kini benar-benar sakit walaupun kondisiku sehat.

"Jinjja apasseo. Hyung, bogosipeoyo."  (benar-benar sakit. Hyung, aku merindukanmu.)

'Ka talk!'  Satu pesan masuk lewat ponselku.

Unknown
Jangan menangis tikus kecilku,

Mereka akan bahagia aku yakin.

Bagaimana dengan Hyebin? Apa ia bahagia sekarang?

19.00pm

"Geu sibal. " (sialan ini)

Starting calling to unknown ....

"......"

"Berhenti mengganggu kehidupan kami dan menjauhlah dari sekarang. Ku rasa Tuhan akan menghukummu lebih dari apa yang kau lakukan pada kami suatu saat nanti jadi cepat lah berhenti!"

Ia terkekeh dari sebrang sambungan sana. Aku berusaha setenang mungkin agar tidak berbicara kasar untuk menunggu jawaban darinya.

"Kau takut?" tanyanya.

Keheningan menyelimuti kami berdua untuk sejenak. Jujur aku memang agak cemas dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya nanti yang bisa saja mengancam nyawa kami semua.

"Jawab pertanyaanku bocah!"

Aku menguatkan genggamanku pada ponsel lalu kembali menjawab panggilan.

"Tidak. Untuk apa aku takut dengan seorang pengecut yang bahkan membunuh diam-diam dan tidak berani menampakkan diri," Balasku dengan lantang.

"Harus kah aku menampakkan diriku padamu? Jadi hal ini yang kau inginkan? Kalau begitu nanti di akhir dari kejadian rumit ini aku akan menampakkan diriku. Kau tenang saja bocah. " ia berulang kali terkekeh seolah meremehkanku.

"Kalau begitu aku akan menunggu dan bertahan hingga akhir. Kita lihat saja siapa yang akan menjadi pengecut nanti, " []

•••

debut | kim namjoon





































nah loh makin rumit kan hewhew 🌚

debut | kim namjoon Where stories live. Discover now