Chapter 2
Gelisah
Just stop using your brain, A love no need a logic.
-------
Kertas-kertas itu berserakan di meja kerjanya. Tumpukan map dengan berbagai laporan menumpuk disana. Beberapa berkas juga ditaruh asal, menunggu untuk segera di tanda tangani. Komputer dibiarkan menyala tak digunakan dan tak tersentuh.
Kim Taehyung mengabaikan pekerjaan di kantornya yang menumpuk. Otaknya sedang tidak bisa diajak kompromi untuk berkutat dengan berbagai macam laporan yang sudah berjajar di meja kerjanya sejak tadi pagi. Bisa dibilang, Mood-nya sedang tak bagus atau mungkin kondisinya lagi tidak baik. Dia menopang kepalanya seperti itu, menghabiskan hampir separuh waktu kerjanya untuk melamun hal yang tak jelas.
Dia memikirkan gadis itu, gadis Jembatan Banpo.Lagi.
Entah sejak kapan gadis itu memasuki dan mulai memenuhi otak Taehyung, mencari tempat dan kemudian tersimpan rapi di otaknya, membuatnya kelimpungan setengah mati memikirkannya tiap detik. Dia tidak bisa menghentikan keinginannya untuk tidak menemui gadis itu secara diam-diam dan gilanya, dosis ketergantungannya pada gadis itu semakin hari semakin bertambah parah. Taehyung mendengus seraya mengacak rambutnya kasar.
"Aku bisa gila kalau terus-terusan seperti ini !!!"
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka. Sepupunya, Kim Seok Jin, masuk, melenggang santai tanpa mengetuk pintu. Dia berseru, "Yaa! , Kim Taehyung, apa yang sedang kau lakukan, huh?! Memikirkan gadis itu lagi ??" Kim Seok Jin menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa hitam panjang di sudut ruangan, melipat kakinya, lalu menatap Taehyung dengan senyum miring sedikit mengejek.
"Aigoo! Ada apa dengan wajahmu, bro? Kenapa kelihatan sangat frustasi begitu?" Kim Seokjin mendecak dengan nada yang dibuat-buat sok khawatir. Sejurus kemudian, ia tertawa geli. Karena Kim Taehyung tidak menunjukkan tanda-tanda akan membuka mulutnya.
Kim Seok Jin berbicara lagi, "Apa kau tidak bertemu dengannya kemarin sore? Oh, ini keliatannya semakin mengkhawatirkan. Aku rasa, kau mungkin butuh menemui Psikiater atau Dokter. Oh ya bro, Aku punya teman, dia seorang Psikiater. Mau kupanggilkan untukmu??".
Kim Taehyung memutar kursinya, menatap Kim Seokjin dengan alis yang dinaikkan sebelah, " Apa katamu Hyung? Apa Hyung, baru saja mengataiku gila secara tak langsung?!!"
Jin mengangkat bahunya. " Kelakuanmu ini tidak wajar bro. Menguntit gadis yang tidak kau kenal. Hampir 3 bulan. Mau sampai kapan kau mau terus menguntit gadis itu? Seumur hidup??" Kim Seokjin mengakhiri kalimatnya dengan tawa geli yang hiperbolis.
Taehyung menghembuskan napasnya berat. Diam beberapa saat, lalu mengaku, "Kau benar Hyung, ini tak wajar". Ia bergumam seperti orang sedang melakukan pengakuan dosa. Wajahnya kelihatan frustasi, dan itu membuat penampilan Kim Taehyung benar-benar semakin kacau.
"Jadi, seorang Kim Taehyung sekarang sedang mengalami sindrom jatuh cinta diam-diam pada gadis yang tak dikenalinya, eh?" Kim Seokjin menyeringai mengejek memamerkan barisan gigi putihnya.
Dia tidak menatap Taehyung sama sekali, menjatuhkan pandangan matanya pada vas bunga edelweiss yang terletak di meja kaca sebelahnya. Kim Seok Jin memainkan bola matanya. Rahang laki-laki itu tegas, tapi kelihatan santai dan sedikit menyindir. Kim Taehyung memutar mata, mengawasi Kim Seok Jin dengan padangan tak mengerti. Dahinya mengerut. "Jatuh cinta" ucapnya tanpa sadar. Lalu, matanya menerawang seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridge And Destiny (Taehyung X Irene ) Vrene Fanfiction
Fanfiction(SELESAI - END) Aku selalu berandai-andai bisa mendengar suaranya,bisa menyentuhnya, menggengam tanganya, lalu bertanya, apa yang sedang kau tunggu setiap senja disini? - Kim Taehyung --- Taehyung sudah lama memata-matai gadis itu.Gadis yang set...